School Mission :: 01

31 4 0
                                    

Sekolah megah itu di pagi hari sangat ramai dengan deretan mobil mewah yang mengantarkan siswa-siswi ke sekolah. Seorang laki-laki turun dari mobil mewah, berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam kantong celananya, sementara tas yang dibawanya hanya di bahu kirinya. Dengan santai, dia mengunyah permen karet dan melangkah masuk ke dalam sekolah.

"Kael!" tiba-tiba seseorang merangkulnya.

"Aduh, Tur! Jangan rangkul gua!" Kael menyingkirkan tangan pemuda bernama Arthur itu dengan pundaknya.

Arthur mendelik sebal. "Kenapa sih? Cardigan lu mahal sampai ga boleh gua pegang?" tanyanya heran.

"Iyalah mahal! Lu kira gua pake sepatu murahan kaya lu?" balas Kael sambil melanjutkan langkahnya, meninggalkan Arthur yang kesal.

"Eh, ini kaga murah ya! Enak aja main bilang murah!" Arthur berusaha menyusul Kael, berjalan cepat. "Ini bokap gua beli di Inggris, murah mata lu!" Ia mendesak Kael dengan badannya hingga Kael hampir menghantam tembok.

"Aduh, untung enggak kena"pikir Kael dalam hati, kalo nabrak muka Kael mau di taro mana.

Tanpa Kael sadari, di belakangnya ada dua temannya yang tertawa melihat situasi itu mereka adalah Rigo dan Dante.

"Dikit lagi padahal itu ciuman sama tembok," kata Dante, masih terkekeh karena lucu.

"Kalo si Kael beneran nabrak tembok, image anak kayanya mau ditaro di mana?" tawa Rigo kencang.

"Ngetawain apaan si?" tiba-tiba terdengar suara dari belakang mereka.

Mereka berdua langsung terkejut saat Erza muncul di belakang mereka. "Aduh, ganggu momen ketawa aja nih," keluh Rigo.

"Sorry ya," hanya itu yang diucapkan Erza. Rigo hanya mengangguk sebal, tidak mau memaafkan. Canda.

"Wih, ini jam Rolex terbaru ya?!" seru Dante, salfok pada jam yang dikenakan Erza. Dengan antusias, ia mengangkat tangan Erza, menatap jam mahal itu dengan mata berbinar. Ini adalah jam yang selalu ia incar, tetapi selalu kehabisan stok.

"Bukan," jawab Erza sambil melepaskan tangannya. Ia tidak suka jika ada yang memperhatikan barang-barang mahalnya.

"Benar loh itu!" Dante tetap berkeras, berusaha melihat jam di tangan Erza.

"Ini jam yang gua cari, tapi kehabisan stok terus," wajah Erza mendadak muram, mengingat betapa sulitnya ia mencari jam tersebut.

"Lebay amat lu. Gua juga punya kok," ledek Rigo, sambil menunjukkan jamnya.

"Anjirlah! Kok pada dapet sih!" Dante kesal. Kenapa ia yang berjuang, malah mereka yang dapat? Tidak adil!

Mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas, karena jika tidak ada yang menegur mereka, mereka mungkin akan terus terjebak dalam obrolan dan menghalangi jalan.

-§-

tempat basecamp sepuluh anak itu, suasana penuh keceriaan. Mereka asyik bermain kartu, game online, dan bahkan ada yang tidur.

"Ah, kampret! Lu kenapa bunuh gua?!" tanya Ethan kesal, menatap temannya yang hanya tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Main lagi aja," tawar Liam dengan kikuk, takut melihat Ethan yang sudah kesal.

"Enggak, gua mau tidur," jawab Ethan sambil berbaring di sofa tunggal. Matanya mulai tertutup.

Di sisi Liam, tiba-tiba terdengar suara tawa. Itu adalah Gion dan Dante yang sedang mengerjai Zean den
gan cara menutup hidungnya. Jail sekali.

School Mission || 05line'•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang