DAG DIG DUG
Suasana hening yang mencekam beberapa detik terasa lama bagi Sophie. Ia hanya bisa mendengar suara jantungnya yang berdebar kencang. Melihat wajah Noura yang excited hingga perlahan penuh curiga, Sophie perlahan tersadar. Dia memutar otak, berusaha mencari solusi terbaik...
"Ruby?"suara Noura tiba-tiba. Sophie merasa ini satu-satunya kesempatan emas.
"Meeoong!?"jawab Sophie manja sambil menunjukkan wajah menggemaskan yang bisa menaklukkan pecinta kucing dengan acting.
Noura terdiam, berpikir. Matanya berbinar, menggelengkan kepalanya sesekali dan perlahan seringai kecil nampak saat ia memandang Sophie.
"Sophie!"
"...."
"Ruby!"
"Meong!"
"Sophie!"
"...."
"Ruby!"
"Meong!"
"Sophie!"
"...."
"Sophie!"
Hampir saja Sophie menjawab. Ditahannya lidahnya hingga hampir tergigit. Rasa tegang yang menguras adrenalinnya membuatnya hampir gila.
'Dasar psikopat!'umpat Sophie dalam hati. Dia benar-benar merasa frustasi di hadapan Noura yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali. Keinginannya untuk kabur menjadi semakin kuat.
"Aneh, biasanya kamu selalu cuek, kecuali saat kamu lapar. Kenapa sekarang kamu menjadi penurut sekali,Ruby?"gumam Noura curiga sambil memandang lebih dekat Sophie. Membuat Sophie sedikit mundur ke belakang, berusaha menjaga jarak dengan Noura.
'Berbahaya!'insting Sophie mengirimkan sinyal ke seluruh tubuhnya. Dengan zero experience acting yang dimilikinya, lambat laun rahasianya pasti akan terbongkar. Ia juga tidak tahu apakah wanita dihadapannya baik dan bisa dipercaya kedepannya, atau malah sebaliknya. Meski prinsip Sophie bahwa pecinta kucing biasanya berhati baik, namun Sophie merasa tidak nyaman disamping Noura. Supeeer sangat tidak nyaman.
"Apa kamu lapar?"tebak Noura. Sophie hanya diam, takberani mengeluarkan suara. Ia tidak yakin kelakuan Noura tadi disengaja atau tidak.
'Dan satu hal...Bagaimana bisa dia memanggil kucingnya dengan namaku? Apa ia tahu aku adalah Sophie? Atau dia hanya bercanda?' pikir Sophie curiga. Tetapi ia tidak bisa membayangkan hal itu sebagai gurauan. Bahkan orang tuanya tidak pernah mengira putrinya adalah seekor kucing.
Sophie terus berpikir, merangkai semua kejadian yang dialaminya. Tetapi dia bahkan tidak bisa mengingat seluruh kejadian sebelum kecelakaan menimpanya.
Noura yang tidak mengetahui isi kepala Sophie akhirnya menyerah.
"Boring,"gerutunya pelan. Speechless, Sophie hanya bisa melototkan mata mungilnya penuh amarah, membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Sayangnya, Noura kini tidak memperhatikannya, melainkan mengalihkan perhatiannya ke pintu ICU yang mulai terbuka.
Seorang pria perlahan muncul dari dalam. Melihat Noura, lalu melihat sekelillingnya yang sepi, ia sedikit terkejut, tetapi kembali tenang dan menghampirinya.
"Kemana teman-teman yang lainnya? Om Gunadi dan tante Helen juga?"
"Mereka semua sudah pulang. Sedangkan Om Gunadi dan tante Helen pergi menuju kantin. Mungkin mereka sedang makan siang sekarang,"jawab Noura lembut. "Aku sempat berpikir untuk pulang juga. Tetapi bukannya kamu masih ada di dalam? Aku khawatir kamu kebingungan melihat tidak ada siapa-siapa. Aku sempat meminta ijin ke perawat untuk memperbolehkanku sebentar di sini."
"Terima kasih, Noura."
"Sama-sama. Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin? Kamu tidak akan membiarkan temanmu ini kelaparan,kan?" ucap Noura dengan nada bercanda sambil memeluk perutnya.
Pria itu akhirnya mengangguk. Mereka berjalan ke arah kantin dengan santai sambil mengobrol.
"Bagaimana kondisi Sophie?"tanya Noura.
"Masih belum siuman,"terdengar suara pria itu menjawab sedih.
"Sabar,ya. Kita doakan yang terbaik bagi Sophie,"hibur Noura sambil menepuk pelan punggung pria tersebut.
"Benar,"jawabnya pasrah."Kamu...bukankah dilarang membawa hewan peliharaan disini?"lanjutnya berbisik setelah menyadari apa yang dibawa Noura.
"Aku tahu,"jawab Noura. "Aku menemukan Ruby di rumah sakit. Ingat,kan? Aku sempat kehilangan kucingku beberapa hari yang lalu." Lalu Noura menceritakan tentang pertemuannya dengan dokter dan bagaimana ia menemukan Ruby.
Sophie yang mendengar obrolan mereka, menjadi penasaran dengan pria tersebut. Ia merasa sedikit familier dengan suara tersebut. Sayang sekali, Sophie tidak bisa melihat wajah pria itu, hanya kaki panjangnya berbalut jeans biru yang terlihat.
Sampailah mereka di kantin. Pria tersebut melihat dan mengamati sekelilingnya. Setelah menemukan orang tua Sophie, ia dan Noura memesan makanan dan memilih duduk di tempat kosong persis sebelah orang tua Sophie.
"Siang, Om Gunadi, Tante Helen," sapa Noura riang.
"Kamu...pemilik kucing tadi."
"Iya, Om. Nama saya Noura, dan ini Vincent." Noura sekali lagi memperkenalkan dirinya dan pria di sampingnya. "Kami salah satu teman sekolah Sophie yang mengunjunginya tadi. Sayangnya, kami dilarang masuk oleh perawat. Vincent tadi sempat masuk sebagai perwakilan kami,"Noura menjelaskan.
"Ah,,ya..Om ingat,"Pak Gunadi teringat kedatangan beberapa orang yang mengenalkan diri mereka sebagai teman putrinya. Ia senang melihatnya, berharap putrinya bisa segera sadar dengan dukungan keluarga dan teman-temannya. Namun, perawat melarang mereka masuk bersama karena bisa mengganggu pasien. Perawat hanya memperbolehkan satu pengunjung untuk masuk. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan memilih salah satu sebagai perwakilan mereka untuk melihat keadaan Sophie di ICU. "Sekali lagi, Om mengucapkan banyak terima kasih karena sudah datang mengunjungi Sophie."
"Sama-sama,Om. Semoga Sophie segera siuman dan membaik." Kali ini suara pria, Vincent, yang menjawab.
Sophie sekarang mengetahui identitas pria tersebut. Itulah mengapa, ia tidak merasa asing dengan suaranya. Vincent dengan senyuman hangatnya. Vincent yang jago olahraga tetapi memilih menemani dirinya yang tidak bisa mengikuti karena penyakitnya. Vincent takut dirinya merasa kesepian dan bosan. Menemaninya ke perpustakaan, belajar bersama, dan selalu membuatnya tertawa dengan jokes ringan dan konyolnya. Mengingat kedekatan dirinya dan Vincent dulu, dan sebelum ia berangkat ke luar negeri... Sebelum, Sophie sempat bernostalgia lebih lama, ia mendengar suara ayahnya.
"Noura, kucing ini terlihat lesu. Om khawatir kucingmu kelaparan. Bagaimana kalau Om bawa ke belakang kantin untuk diberi makan?" Pak Gunadi menawarkan. Melihat kebimbangan Noura, ia melanjutkan,"Jangan khawatir, Om kenal beberapa staff kantin di sini. Setahu Om, Om juga sempat melihat mereka memberi makan hewan yang dirawat di rumah sakit."
Mendengarnya, mau-tidak mau Noura akhirnya setuju. Ia menyerahkan kandang berisi kucing tersebut ke Pak Gunadi. Pak Gunadi segera membawanya ke belakang kantin dan menitipkan Sophie kepada staff di sana untuk diberi makan. Dia menaruh beberapa lembar uang di kantong baju staff dan berpesan untuk menjaga dan memberi makan kucing tersebut sampai ia kembali. Staff pun dengan senyum lebar mengiyakan dan berjanji untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Melihat sosok ayahnya yang kembali ke dalam kantin, terbersit sebuah ide di kepala Sophie. Ide untuk kabur! Ia tidak bisa membiarkan kesempatannya untuk kabur dari Noura sia-sia begitu saja.
Tetapi, hatinya galau. Di satu sisi, ia takut Noura menyalahkan ayahnya dan staff kantin akan kehilangan kucingnya lagi. Ia tidak berharap orang lain terkena masalah karena dirinya.
'Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?'ucap Sophie bimbang sambil mengawasi staff yang sedang menyiapkan makanan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yum Yum Moments
Romansa【Pewaris cantik, gadis Bar-bar×Suka makan+Cinta segiempat+Romantis】Siapa yang tidak suka dengan kucing? Suka. Bahkan ketika hewan satu ini dalam bahaya sontak kita berusaha melindunginya. Namun, ketika akibatnya adalah dirimu yang menjadi kucing, ba...