Chapter 3(Bagian 1) : Ulangan dan Istirahat

4 4 0
                                    


Bu Latif masuk ke kelas dan mengumumkan ulangan secara tiba-tiba.

Mendengar hal itu, semua orang memasang raut muka kecewa karena mereka tidak ada persiapan sama sekali.

"Hei bu kenapa ulangannya dadakan sekali? Kami jadi tidak punya waktu belajar."

"Itu salah kalian sendiri, harusnya sebagai pelajar kalian itu belajar minimal satu jam sehari, bukan malah main game!! Sudah ibu tidak mau tahu, pokoknya sekarang ulangan!!"

Mau tidak mau ini harus dilakukan ya. Tapi ini kesempatan bagus bagiku untuk melihat sudah sejauh apa aku belajar.
Bu Latif membagikan semua lembar soal kepada kami yang kelihatannya jumlah soal itu ada tiga puluh pilihan ganda dan sepuluh esay.

Dengan aba-aba yang diberikan oleh Bu Latif, ulangan dadakan ini pun dimulai dengan waktu dua jam.

Dan selama dua jam itu fokus kami hanya tertuju pada lembar soal dan lembar jawaban saja, karena Bu Latif adalah guru yang terkenal ketat apabila sedang mengwasi suatu ujian. Bahkan saat melihat teman sebelah saja kau akan langsung dicurigai.

Akibat ketegangan itulah kami semua terasa seperti menerima serangan dari dua arah yang berbeda. Tapi, jika kau ingin memiliki nilai bagus kuncinya hanya satu.

"Tenang, tenang, tenang dan tenang. Huuuuuffffff." Ucapku pelan.

Setelah merasa lebih tenang dari sebelumnya, aku mulai mencoba mengerjakan beberapa soal.

"Aku akan mulai dari pilihan ganda."

Jika disimak secara perlahan, ternyata soal-soal ini cukup mudah juga. Meskipun tetap ada beberapa sial yang sulit, tapi itulah ujian.

Meskipun ini sebenarnya bukan ujian resmi, karena tadi Bu Latif mengatakan kalau ujian ini untuk menambah nilai individu saja.

Tapi, meskipun hanya sebagai nilai tambahan kalau kau memiliki nilai bagus maka tambahan nilainu juga akan bagus.

"Fokus, fokus........."

**********

Dua jam sudah berlalu dan untungnya aku bisa menjawab semua soal sebisaku, tidak ada yang asal-asalan dijawab.

"Aku harap kali ini hasilnya lebih baik dari sebelumnya."

Perlahan tapi pasti, itulah tujuan yang ingin aku capai. Tidak perlu tergesa-gesa, yang penting prosesnya lancar dan tidak ada kendala.
Dan sekarang aku sedang berada di kantin sekolah seperti biasa dan bersama dengan temanku yang biasanya juga, yaitu Hamzah.
"Hei Hamzah, kelas kami tadi melakukan ulangan dadakan, bagaimana dengan kelas kalian?"

"Eh? Ulangan dadakan? Tidak ada tuh. Kelas kami hanya belajar normal seperti biasa."

"Begitu ya, berarti hanya kelas kami yang melakukan ulangan dadakan." Balasku.

"Ulangan dadakan ya, bagiku itu terasa seperti kejutan ulang tahun."

"Tapi itu sama sekali tidak menyenangkan."

"Kau pikir kejutan ulang tahun itu menyenangkan?" Hamzah balas bertanya kepadaku.

"Yah karena jawabanmu seperti itu kau memiliki masa lalu yang kelam tentang perayaan ulang tahun ya."

"Begitulah, aku tidak ingin membahasnya lebih jauh lagi."

"Aku mengerti."

Sekarang, dua orang itu kembali menghampiri tempat duduk kami dan bahkan mereka menambah satu orang lagi yang berpotensi menganggu.

"Hai Leo dan Hamzah, kita ketemu lagi ya. Kebetulan sekali tempat yang lain penuh lagi, jadi apakah boleh kalau kami bertiga duduk dengan kalian?"

"Yah terserah saja kalau kalian mau dan Hamzah tidak keberatan."

Leo : Dia yang Seorang Idola[ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang