-
-
-
Akhirnya kita sampai di chapter 4, buat yang baca mohon tinggalkan vote dan komennya yak, terima kasih!
-
-
-
-
Happy Reading!
-
-
_________________
Dengan membawa kabar yang menggembirakan ini, tentu aku jadi semangat untuk pulang ke rumah dan segera memberi tahu ibu.
Saat ini aku sudah berada dalam transportasi umum dan sedang menuju kerumah.
Kira-kira memakan waktu hingga empat puluh menit perjalanan, aku baru sampai ke rumahku.
Lalu aku mengetuk pintu, ayah dan ibu langsung menyambutku dan mulai bertanya-tanya.
"Nak, bagaimana hasilnya? Apakah kau lulus? Apakah kau tidak lulus?" Tanya ibuku.
"Apapun hasilnya kami akan menyemangatimu nak, kalaupun kau gagal masih ada kesempatan lain." Ucap ayahku.
"Terima kasih. Tapi ayah, aku tidak perlu kesempatan lain lagi karena aku sudah lolos dan aku ditempatkan untuk kuliah di Tokyo!"
"Benarkah? Itu bagus sekali! Ayah sangat senang mendengarnya nak. Akhirnya kau bisa mewujudkan impianmu untuk belajar ke Jepang."
"Dan mungkin saja aku bisa melihat Yuki Futaba secara tidak sengaja, hehe "
"Hahahahahaha kau ini ada-ada saja. Ayo masuk, ayah jadi ingin bertanya banyak hal kepadamu."
Lalu kami masuk ke rumah dan duduk di meja makan, ibu pun datang dengan membawakan pisang goreng.
"Jadi bagaimana tesnya? Apakah sulit?" Tanya ayahku.
"Kalau ayah bertanya tentang tingkat kesulitan dari ujian itu, sudah pasti itu ujian yang sulit. Bahkan jumlah pesertanya saja mencapai seratus orang."
"Banyak sekali. Dan kau adalah satu-satunya yang lolos?" Tanya ibuku.
"Tidak bu aku tidak sendiri, yang lolos ada lima orang termasuk aku. Hanya saja, kami berlima ini ditempatkan di lima universitas yang berbeda."
"Wahhh jadi kau salah satu dari lima orang yang lolos itu ya. Ibu tidak menyangka kalau kau bisa berubah sedrastis ini gara-gara idol favoritmu itu."
"Hahaha ibu bisa saja."
"Ibu tidak bercanda loh nak. Dulu kamu itu tidak bisa belajar dengan baik. Jangankan belajar, menyimak saja kau kesulitan. Tapi sekarang, kau bahkan menjadi lima orang terbaij dari seratus orang."
"Yah terima kasih. Tapi ini tentu tidak lepas juga dari doa ayah dan ibu yang selalu mendukungku. Kalau kalian tidak mendukung mungkin aku tidak akan jadi seperti ini." Ucapku.
"Kau ada benarnya juga nak, dimanapun dan kapanpun itu, dukungan orang tua adalah yang utama. Oh iya, kau kan sudah diterima disana, sekarang kapan kau akan berangkat ke Jepang?"
"Yah kasusku ini mungkin bisa dikatakan istimewa. Aku akan diberangkatkan saat semester dua baru akan dimulai. Tapi sebelum itu, pihak penyelenggara akan mrndatangi sekolahku dulu dan minta tujuan untuk diluluskan anaknya secara cepat."
"Lulus secara cepat? Wah nak kamu pasti sebenarnya adalah orang yang genius. Hanya saja, selama dua tahun ini kejeniusanmu itu ditutupi oleh dirimu yang kurang maksimal." Ucap ibuku.
"Hahaha mungkin saja."
"Tapi kenapa kau diberangkatkan lebih awal ya? Bukankah tahun ajaran baru disana itu dimulainya hampir bersamaan dengan tahun ajaran baru setelah kau lulus sekolah di Indonesia?" Tanya ibu.
"Mereka bilang aku perlu adaptasi juga dan kursus Bahasa Jepang selama kisaran tiga hingga empat bulan itu agar saat kuliah aku tidak hanya diam saja."
"Jadi pada intinya itu maksudnya apa? Tanyak ayahku.
"Intinya aku harus belajar Bahasa Jepang dulu melalui kursus disana selama mungkin empat bulan, setelah empat bulan itu jurusanku akan ditentukan dan aku mulai menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk mulai kuliah saat tiga bulan kemudian."
"Begitu ya."
"Tapi karena mengurus surat izin di sekolah ini bisa dikatakan cukup sulit, mungkin aku baru bisa berangkat paling lama satu bulan kemudian."
Ayah dan ibuku hanya mengangguk-angguk saja mendengar semua yang aku katakan karena mungkin mereka tidak terlalu mengerti dengan semua proses yang aku jelaskan.
"Pokoknya ayah dan ibu tidak perlu khawatir, kalian percaya saja padaku."
Libur sekolah itu untuk semester satu ini hanya dua minggu dan selama dua minggu itu sepertinya tidak ada staff ataupun guru yang datang ke sekolah.
"Sepertinya tak ada pilihan selain menunggu hari masuk sekolah ya. Tapi sebaiknya aku coba menghubungi Bu Latif dulu."
Aku mencoba meneleponnya di hari libur ini, kuharap ini tidak menganggunya.
"Halo? Ada apa Leo?"
Untung saja dia mengangkatnya jadi aku bisa membicarakan ini lebih cepat.
"Begini bu, saya tadi mengikuti seleksi beasiswa pemerintah untuk kuliah di Jepang dan saya diterima."
"Oh benarkah?! Syukurlah kalau begitu Leo. Dan apakah ada sesuatu yang bisa ibu bantu?"
"Begini bu, saat semester dua dimulai nanti katanya saya akan langsung diberangkatkan ke sana. Yang jadi masalah disini proses pembelajaran saya disekolah. Apakah ibu bisa membantu saya mengurus itu?"
"Oh iya tentu saja. Tapi besok kau datang ke rumah ibu ya untuk mendapatkan informasi lebih jelasnya."
"Baik bu, kalau begitu sampai jumpa." Ucapku dan dia pun mematikan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo : Dia yang Seorang Idola[ TERBIT ]
JugendliteraturWaktu itu, aku sedang menonton televisi karena aku tidak punya sesuatu yang ingin dilakukan. Nilaiku juga hanya biasa-biasa saja. Tapi, tiba-tiba ada seorang idola yang bersinar di televisi saat aku sedang menonton. Leo Kasandra adalah seorang pelaj...