Chapter 4(Bagian 3) : Maaf

6 4 0
                                    

Saat berada di sekolah, aku dipanggil ke ruangan kepala sekolah untuk membahas mengenai kelanjutan dari kelulusanku dan prosesnya untuk menuju ke Universitas Tokyo.

Saat aku kembali ke kelas, aku dipanggil oleh Putri.

"Leo, kau melakukan sesuatu yang buruk ya sampai dipanggil kepala sekolah?"

"Begitulah." Jawabku asal karena kalau aku jawab jujur pasti dia akan bertanya lebih banyak lagi.

Tapi sertifikat yang kuletakkan dimeja tak sengaja jatuh ke lantai. Alhasil, Putri pun melihat sertifikat itu dan mengetahuinya.

"Sertifikat... jangan-jangan kau bukannya membuat masalah, tapi kau..."

Aku segera mengambilnya dan memasukannya ke dalam tasku.

"Leo, kau akan melanjutkan pelajaranmu di Jepang?"

Akhirnya dia menanyakannya. Karena dia sudah melihat sertifikatku jadi harus kujawab jujur.

"Ya itu benar. Aku melakukan tesnya saat libur sekolah kemarin dan aku diterima."

"Wah hebat, kau bisa kuliah diluar negeri. Jadi karena itulah selama ini kau terus giat belajar ya."

"Ya. Dan sebaiknya kau kerjakan soal latihanmu daripada mengangguku."

"Ya."

Di satu sisi Putri senang karena Leo bisa kuliah ke luar negeri untuk mencapai impiannya. Dia tahu sedikit tentang impian Leo karena saat itu dia pernah melihat Leo berdiri di depan brosur yang ditempel di sekitaran dinding di jalan.

Dan di satu sisi lainnya, Putri merasa sedih karena dia tahu kalau Leo akan segera meninggalkan sekolah ini.

"E-eh....? Kenapa aku merasa sedih ya." Ucapnya dalam hati.

Meskipun merasa sedih, dia tidak memperlihatkannya karena dia tidak mau Leo tahu. Jadi dia menutupi mukanya dengan menempelkan wajahnya ke meja lalu menutupinya dengan tangan.

**********

Waktu terus berlalu dan sekarang sudah waktunya pulang sekolah. Tapi, sebelum itu aku mendapatkan tugas piket untuk membersihkan papan tulis dulu.

"Putri kau masih disini? Kenapa tidak pulang? Kau kan tidak ada jadwal piket hari ini?" Tanyaku.

"Aku mau menunggu disini dulu beberapa saat karena lagi malas gerak." Ucapnya.

Tanpa mempedulikan kalimatnya, aku mengambil penghapus dan menghapus papan tulis yang kotor akibat pelajaran tadi.

Setelah selesai, aku meletakkannya kembali dan keluar dari kelas. Tapi sebelum aku keluar, dia menghalangiku.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Rumah kita tidak terlalu jauh kau tahu? Jadi, aku ingin kita pulang bersama hari ini." Ucapnya.

"Hmm... baiklah."

Aku mengiyakan dan kami keluar dari kelas bersama.

Saat di jalan, dia tiba-tiba berhenti.

"Ada apa?"

"Aku ingin mengucapkan selamat karena kau sudah mempunyai universitas sebagai tujuan belajar selanjutnya, dan juga selamat atas semua pencapaian bagusmu di semester satu ini. Lalu, aku ingin mengucapkan salam perpisahan juga."

"Emmm iya terima kasih atas ucapan selamatmu, aku menghargainya."
Dia pun berjalan lagi dan kami melanjutkan jalan untuk pulang ke rumah.

Saat rumahku sudah terlihat, tiba-tiba dia menarik bajuku seperti memintaku untuk berhenti sebentar.

"Ada apa lagi?"

"Karena kau akan segera pergi jadi izinkan aku untuk mengatakannya sekarang, aku ingin mengatakan kalau aku menyukaimu Leo, karena itulah tolong lihat aku!"

Ucapannya yang keras itu menandakan kalau dia serius. Sejujurnya aku merasa kaget mendengar pengakuannya.

"Tapi kenapa harus aku? Kau itukan primadona sekolah, jadi dari sekian banyak orang yang menyukaimu kenapa kau malah menyukaiku?"

"Aku tidak tahu, awalnya aku hanya penasaran tapi lama-lama rasa penasaran ini berubah menjadi rasa suka. Karena itulah, sebelum kau pergi aku ingin kau mengetahuinya."

Menyukai seseorang tanpa tahu alasannya. Dari beberapa website yang tak sengaja aku baca katanya itu adalah perasaan suka yang murni. Tapi, aku tidak bisa berbohong.

"Putri, maaf. Aku bahkan menyukai seseorang yang tidak akan pernah bisa kugapai. Saat ini hanya dialah orang yang aku sukai, tidak ada siapapun selain dia. Karena itulah, aku mohon maaf."

Meskipun ini menyakitkan baginya, tapi aku harus jujur. Karena orang yang aku sukai itu hanya satu, yaitu Yuki Futaba dan aku akan terus menyukainya.
"Begitu ya, jadi karena itulah selama ini kau tidak pernah melihatku. Jadi, sebelum bersaing ternyata aku sudah kalah ya." Ucapnya dengan nada yang sedih dan tersedu-sedu.

"Iya."

"Baiklah. Rumahmu sudah dekat kan? Aku pulang dulu, sampai jumpa."

Dia meninggalkanku dan berjalan sendiri disana. Sepertinya itu menyakitkan, tapi lebih baik aku jujur seperti ini karena aku tidak mau mengkhianati Yuki Futaba meskipun dia tidak tahu aku hidup sama sekali.
Saat aku sampai di depan rumahku. Aku melihatnya juga masuk kerumah yang jaraknya mungkin sekitar dua puluh meter atau mungkin lima puluh meter dari rumahku.

"Ternyata beneran dekat ya."

**********

Leo : Dia yang Seorang Idola[ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang