11

1.2K 224 12
                                    

_OBSESI_

Beberapa hari berlalu, Marsha telah menyelesaikan jadwal shotingnya, dia juga meminta Ashel untuk mengosongkan jadwal, karena dirinya merasa lelah butuh healing. Frustasi rasanya jika hidupnya terus saja bekerja tanpa adanya jeda beristirahat untuk membahagiakan diri, me time.

Karena merasa kasihan toh juga Marsha selalu bekerja keras, Ashel menyetujui, dia mengurangi jadwal Marsha dan mencarikan hari intuk artisnya itu bisa berlibur.
Namun, tentunya dia harus ikut. Tak mungkin Ashel membiarkan Marsha pergi sendiri. Bisa saja sih, tapi Ashel juga ingin dong liburan, jadi dia tetap ikut kemana Marsha ingin menghabiskan masa cutinya. Semoga Marsha tak muak melihat wajah Ashel terus-terusan di setiap hari.

Marsha mendorong kopernya ke halaman rumah, di sana sudah ada Sopir yang menunggu dan Ashel yang tengah bicara dengan kedua orang tuanya. Koper Marsha diambil alih oleh sopir untuk dimasukkan ke dalam bagasi.

"Jagain Marshanya ya Shel, kalau ada apa-apa langsung lapor ke kita," kata Papa Marsha.

"Siap, Marsha pasti aman kalau sama aku, kan udah biasa," jawab Ashel.

"Jaga diri kalian baik-baik. Kamu Sha, jangan bandel. Jangan sering nyusahin Ashel nanti di sana," peringat Papa Marsha pada anaknya. Marsha mengangguk di dalam dekapan Mamanya.

"Udah sana kalian berangkat, nanti keburu jalanan macet," kata Mama Marsha.

"Bener juga. Ayo Sha," ajak Ashel. Kemudian mereka berdua berpamitan pada Mama, Papa Marsha. Setelah berpamitan mereka masuk ke dalam mobil dan siap untuk berangkat.

Mobil Marsha membelah jalanan ramai yang untungnya tidak sampai. Terus menelusuri jalan sampai memasuki tol kota. Tujuan liburan mereka kali ini ada sebuah pegunungan, mereka ingin melihat yang hijau-hijau menyegarkan mata. Tidak melulu di kota yang terus saja melihat banyaknya gedung-gedung besar. Mereka ingin melihat sesuatu yang berbeda. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama membuat Marsha dan Ashel memejamkab mata sejenak karena mengantuk, membiarkan sang Sopir berkendara sendiri.

Mobil yang tiba-tiba berjalan tersendat membuat Marsha dan Ashel terbangun dari tidurnya. Mobil berhenti lalu sang Sopir keluar untuk mengecek kondisi mobil itu. Ternyata ban belakang mobil bocor, pasti penyebabnya karena jalanan yang tak bagus. Sopir celingak-celinguk memperhatikan sekitar berhadarap ada bengkel terdekat. Namun, kosong tidak ada bengkel di sekitar sana.

Ashel dan Marsha ikut keluar dari dalam mobil dan bertanya pada Sopir, "Mobilnya kenapa Pak?" tanya Ashel.

"Aduh ini mbak ban mobilnya bocor," jawab Sopir.

"Duh terus gimana dong?" tanya Marsha. Keadaan sekarang panas, Marsha juga rasanya ingin segera istirahat. "Villanya masih jauh Pak?" tanya Marsha kemudian.

"Udah ga terlalu jauh mbak," jawab Sopir.

"Di sini ga ada bengkel terdekat kah?" pikir Ashel sembari ikut melihat sekitar.

"Sepertinya ga ada Mbak, ini saya coba cari di Gmaps, jaraknya masih cukup jauh," jelas Sopir.

"Shel?" Marsha meminta jawaban dari Ashel dari permasalahan ini.

"Bentar-bentar kita coba hubungi nomor bengkel deket sini," kata Ashel sembari mencari informasi di Gmaps.

_OBSESI_

Belum ada satu bulan
Ku yakin masih ada sisa wangiku di bajumu
Namun, kau tampak baik saja
Bahkan senyummu lebih lepas
Sedang aku di sini hampir gila

Di dalam sebuah mobil, terputar lagu bernadya yang membuat suasana menjadi sepi dan merasakan kegalauan yang mendadak. Ini adalah rombongan Zeran yang tujuannya akan mengambil foto di pegunungan sekalian liburan juga.

"A elah, ga seru ah kalau tiba-tiba galau begini. Ganti-ganti!" Zeran mengganti lagu yang terputar menjadi suara lagu yang lebih bersemangat.

Gitar yang rusak masih bisa dibetulkan tetapi
Lubang di hatiku tak bisa tertutup
Terlalu sepi kalau tak ada kamu
Walau aku telefon pun
Cuma ada nada sambung
Dimana dirimu? Bersama siapa?
Aku jadi m'rasa cemburu

Mendengar setiap lirik yang diputar, sebenarnya ini juga sama saja dengan lagu galau. "Ini mah sama aja lagu galau Ze," sahut Aldo.

"Tapi ga segalau tadi, ini lebih bersemangat Do," jelas Zeran. Aldo menggelengkan kepala membiarkan saja apa yang Zeran inginkan. Mereka tidak hanya berdua, masih ada empat teman lainnya yang duduk di belakang. Aldo yang menyetir, matanya terpaku pada mobil yang berhenti di pinggir jalan dan dia seperti mengenal siapa mereka. Inisiatif Aldo menepikan mobilnya. "Loh Do kok berhenti?" tanya Zeran.

"Tuh." Aldo menunjuk ke depan dengan dagu sembari tangannya melepaskan sabuk pengan lalu dia keluar dari dalam mobil.

"Njir dia lagi?!" heran Zeran setelah tau siapa yang dihampiri oleh Aldo.

"Itu Artis Marsha ga sih?" tanya teman-temannya di belakang.

"Iya njir, cantik banget ya kalau pakai baju santai gitu," puji temannya yang lain.

"Cantik, tapi galak," celetuk Zeran sembari melepaskan sabuk pengamannya ikut menyusul Aldo keluar. "Kenapa Do," tanya Zeran setelah sampai di sisi Aldo.

"Astaga Ya Tuhan elo lagi?! Bisa nggak sih lo jangan ikutin gue!" celetuk Marsha saat melihat kehadrian Zeran di antara mereka. Mengapa dunia seakan terus saja mempertemukannya dengan Zeran. Tujuan Marsha liburan salah satunya agar bisa membuang jauh-jauh nama Zeran yang berkeliaran di kepalanya, tapi sekarang yang ingin dilupakan malah ada di depannya.

"Dih siapa yang ngikutin kamu? Saya ke sini karena ada kerjaan!" balas Zeran.

"Stop! Jangan debat," sela Aldo sebelum perdebatan mereka semakin panjang. "Mobil yang mereka tumpangi bannya bocor Ze, kasihan. Gua mau bantuin mereka. Nanti gua bakal ikut Pak Sopir ini sembari nunggu orang bengkel dateng. Jadi lo yang gantiin nyetir ke Villanya? Kebetulan Villa mereka di depan kita, jadi searah," jelas Aldo.

"Mereka ikut kita? Di mobil kita? Do yang bener aja, mereka mau duduk dimana? Kan penuh sama anak-anak."

"Bisa nanti Nano suruh duduk depan, terus Jack gabung duduk belakang aja. Biar Ashel sama Marsha duduk di tengah. Ayolah Ze, gua udah kenal lama sama mereka biasa kerja bareng juga. Tolong bantu," bisik Aldo di akhir pada Zeran.

Zeran berdecak kalau urusan jalinan pekerjaan tak mungkin dia menolak, demi karir temannya juga kan. "Yaudah oke! Mbak Ashel bisa duduk di tengah ya nanti," kata Zeran pada Ashel.

"Terus gue duduk dimana?" tanya Marsha. Zeran menunjuk ke arah atas mobil yang kosong, "Tuh kamu di atas mobil aja." Kemudian Zeran lebih dulu kembali ke mobil.

"Woi! Tega banget jadi cowo!" Namun, kemudian Marsha lebih dulu mengikuti langkah Zeran.



















Akankah liburan bareng?

Dah maap buat typo.

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang