•> Part 29

17 2 7
                                    

Deven berjalan menuju ruang kerja profesor Endy. Langkah lebarnya berhenti tepat didepan pintu bertuliskan 'Profesor Endy Gusnandi Sp. BTKV M. Kes' mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah dia melangkahkan kaki masuk kedalam. Situasi mungkin tidak terkendali setelah dia mengatakan apa yang akan dia katakan nanti. Tapi, tekadnya sudah bulat untuk mengakhiri semua permasalahan tersembunyi ini. Semuanya harus selesai!. Gumamnya dalam hati. Deven pun mengetuk pintunya.

" Masuk" Jawaban dari dalam.

Dia membuka pintu dan masuk. Didalam, profesor Endy tengah sibuk didepan laptop hitamnya. Setelah melihat siapa yang datang ia sempat terkejut kemudian menatap dokter bedah jantung bertangan dingin itu dengan ekspresi tanang yang sedikit dipaksakan.

" Deven, tumben sekali kamu mengunjungiku diwaktu seawal ini. Ada hal penting apa?" Tanya profesor Endy basa-basi. Matanya tetap tidak bisa membohongi Deven bahwa ada kewaspadaan tersirat disinar mata hangat itu.

" Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda profesor. Bisa saya minta waktu anda sebentar?"

Mimik wajah profesor Endy berubah serius. Mengangguk dan mempersilahkannya untuk duduk. Dihampirinya sofa berwarna cokelat kopi disamping Deven lalu duduk menunggu pembicaraan dimulai.

" Saya ingin menanyakan tentang kasus 10 tahun lalu, apakah saat itu ada dua malpraktek yang dilakukan secara bersamaan dan salah satu dokter yang menangani adalah Bryan? Benarkah seperti itu profesor?" Deven memulai pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan yang sudah diduganya sejak pertama kali tamu tak terduga itu menginjakkan kaki di ruangannya, cukup membuatnya terkesan ternyata anak ini sudah tahu.

" Benar, emang saat itu ada dua kejadian malpraktek yang terjadi secara berdampingan. Ruang operasinya pun bersebelahan dan salah satu dokter yang menangani memang Bryan. Enam hari pasca operasi kedua pasien sama-sama mengalami kerusakan otak karena ketidakcocokan golongan darah pada jantung baru" Tidak ingin menutupi apapun, dia mengatakan yang sebenarnya pada Deven. Selama ini ia terpaksa menutupinya atas permintaan Naufal.

" Kenapa anda tidak memberitahu saya? Kenapa baru mengatakan sekarang profesor?" Tanya Deven tidak disangka sang profesor bisa menutupi semua ini darinya.

" Jangan salah paham dulu, aku tidak menceritakannya padamu juga karena pamanmu yang melarang, dia memintaku untuk merahasiakan ini dari semua orang termasuk kamu. Maksud pak Naufal baik, dia nggak mau kamu ikut tertekan jika mengetahui kejadian buruk yang menimpa sepupumu, Bryan" Tutur profesor beranak tiga itu.

" Tapi saya berhak tau profesor! Saya nggak suka diperlakukan layaknya anak kecil yang nggak bisa apa-apa. Lantas bagaimana bisa Bryan seperti kehilangan sebagian ingatannya setelah kejadian itu?" Deven mulai meninggikan suaranya.

" Maafkan aku Deven, tidak ada yang berniat memperlakukanmu seperti anak kecil. Pak Naufal sengaja menutupi ini karena rasa khawatirnya sebagai seorang ayah pada putra tunggalnya. Beliau bahkan sengaja menutupi kasus malpraktek Bryan, semua data-data disembunyikan dan keluarga korban diatur agar tutup mulut, serapi mungkin kejadian ini disimpan rapat-rapat" Jawab profesor mencoba meredam emosi Deven.

" Dan setelah kejadian itu, kita semua tahu jika anak korban yang ditangani Bryan menculik Bu Nilam hingga menewaskan beliau, semenjak itulah pak Naufal meminta Bryan untuk ke Amerika, mungkin disana Bryan mengalami kecelakaan hingga membuat sebagian ingatannya hilang"

" Untuk apa Bryan ke Amerika?"

" Pak Naufal yang menyuruhnya kesana, beberapa saat setelah pemakaman Bu Nilam untuk menyelesaikan bisnis alat medisnya"

Penjelasan ini justru menambah kecurigaan Deven pada Naufal. Kenapa dia justru ragu pada fakta yang satu ini? Semua yang dijelaskan oleh profesor Endy tidak ada yang sama dengan bukti-bukti yang Royce dapatkan dari penyelidikannya selama ini. Profesor Endy yang menatap Deven, dia paham bahwa keterangannya barusan mengipasi rasa penasaran Deven.

SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang