Nostalgia

167 19 7
                                    


Naruto©Masashi Kishimoto






-




"Minggu depan kami bertunangan" Suasana gaduh mendadak hening saat Shikamaru dengan wajah malas sembari merangkul Hinata mengatakan perihal pertunangan. Manik rembulan sang gadis Hyuga menatap Shikamaru, kaget dan menuntut pertanyaan. Namun, ucapan selamat dari teman-temannya membuat Hinata disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan,

"Ah, sejak kapan? "
"Ini sangat mengejutkan, bagaimana kalian bisa berakhir bersama? "
"Sweet banget! Hinata-chan selamat ya. Jangan ragu mengabarkan kalau Shikamaru membuatmu sedih"
".... "
"... "
"..." Hinata yang memang dasarnya pendiam dan tidak pandai menyikapi hanya tersenyum canggung mendengar pertanyaan dari teman-temannya.

"Selamat untuk kalian, semoga bahagia selalu" Dapat Hinata rasakan genggaman tangan Sasuke yang erat saat mengucapkan kalimat itu. Entah hanya pandangan Hinata atau memang tampak kesedihan di manik pemuda Uchiha itu. Hinata hanya berharap bahwa arti tatapan Sasuke bukanlah seperti apa yang ia pikirkan.





-




Sasuke tersenyum miris, manik hitamnya menerawang kosong gelapnya malam di gedung Senior High School yang telah sepi. Acara reuni yang diadakan Ino sejak pagi ditutup dengan Shikamaru yang mengumumkan acara pertunangannya dengan Hinata.


"Bodoh" Sasuke hanya menghembuskan nafas, menyulut sebatang rokok dengan korek api. Tidak berniat menanggapi ucapan orang yang sekarang ikut duduk menerawang gedung, Sai Shimurai.
"Kalau kamu mau jujur pasti kalian akan bahagia" Sai masih berbicara, bahkan ketika ia tahu sangat pemuda Uchiha hanya menganggap ucapannya sebagai angin lalu.
"Shikamaru hanya mengambil kesempatan" Yah, Sasuke tahu itu. Karena dia juga tahu dulu Hinata juga mencintainya.

"Aku akan pulang. Bagaimana denganmu? " Sasuke hanya melanjutkan kegiatan merokoknya.

Ah, cinta membuatnya merasakan sakit yang begitu dalam. Sasuke sangat benci ini.

"Biarkan dia bernostalgia, Sai. Kita pulang saja" Entah darimana Sakura datang, dan langsung berlalu diikuti Sai dibelakangnya. Meninggalkan Sasuke yang membiarkan asap rokok menghiasi langit malam.







Nostalgia ya,




Ah, Sasuke bisa merasakan itu sekarang. Hari pertama dirinya bertemu gadis manis nan lugu yang sayangnya sangat tidak peka. Atau dirinya yang sangat sulit dipahami?

"Maaf, Uchiha-san. Bisakah aku melihat hasil pembagian kelasnya? " Sasuke menelisik dari ujung rambut sampai kaki. Tidak heran gadis itu mengenalinya. Sasuke Uchiha cukup terkenal di Tokyo sebagai murid paling berprestasi.
"Bodoh! Kamu harus lebih tegas kalau mau dihargai" Oke! Niat Sasuke baik. Sungguh, Sai dan Sakura yang merupakan sahabatnya tahu itu. Sasuke memang to the poin dalam menasehati orang lain, tapi agaknya Hinata tidak bisa menerima perkataan Sasuke yang agak kasar. Gadis itu malah menganggap Sasuke tidak membiarkan dia lewat dan membenci dirinya.

Sasuke tersenyum sendiri melihat kilasan itu. Ah, sungguh Sasuke terkejut sendiri saat Sakura menasehatinya karena berbicara kasar pada gadis lugu, Hyuga Hinata.

Tidak menyangka bahwa dirinya dan Hinata akan sekelas, bersamaan dengan Sai dan Sakura. Semua berjalan seperti biasa, entah itu karena kepintaran, kepopuleran, ketampanan atau sisi lembut Sasuke yang kadang-kadang muncul, seisi kelas bisa melihat dengan jelas Hinata menyukai sang pemuda Uchiha.

Yah, sangat jelas bahkan Sasuke menyadari itu.

Saat itu, ujian praktek tentang kerajinan sedang dilaksanakan. Sasuke, Hinata, Naruto, Shikamaru dan seseorang bernama Karin berada dalam satu kelompok.
"Auh! Panas! " Teriakan Ino langsung membuat kelompok lain memperhatikannya. Ternyata telapak tangan gadis Yamanaka itu terkena lelehan lem bakar. Kurenai-sensei yang mengambil tanggungjawab langsung mengoleskan salep agar tidak menyebabkan gelembung luka tidak berarti.

Nostalgia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang