- BAB 3 -

44 4 0
                                    

Kami melangkah keluar dari galeri, diiringi sinar matahari yang mulai tenggelam, menciptakan warna jingga lembut yang seakan-akan menyelimuti dunia di sekitar kami.

“Do you ever feel like everything happens for a reason?” Qayden tiba-tiba bertanya, menoleh kepadaku dengan mata yang bersinar. “Like… people you meet, places you go, they’re all part of some bigger plan?”

Aku mengangguk perlahan, merenung kata-katanya. “Yes, I do believe that. Every person we meet, every moment we experience… semuanya memberi kesan kepada hidup kita, sama ada kita sedar atau tidak."

Dia tersenyum kecil, seolah-olah puas dengan jawapanku. "That’s how I feel about meeting you. It’s like... maybe you’re here to remind me of what I’ve been missing in life.”

Aku tertawa kecil, cuba menyembunyikan debaran di hati. "You’re giving me too much credit, Qayden. I’m just here to listen and share a moment."

“More than that, signora. You make me feel like there’s something worth fighting for, you know?” Dia menarik nafas panjang, memandang jauh ke hadapan. “It’s been so long since I’ve felt that way.”

Aku terdiam, cuba memahami kedalaman kata-katanya. "Well, maybe it’s time for you to start believing again. Sometimes, kita hanya perlu beri peluang kepada diri sendiri."

Dia mengangguk, dan aku dapat merasakan senyuman kecil yang tulus daripadanya. “Thanks for reminding me. You have this way of making everything seem... possible.”

Kami berdua berjalan dalam diam seketika, menikmati suasana petang yang damai. Di tengah-tengah kesunyian itu, aku menyedari betapa selesanya aku berada di samping Qayden, walaupun kami tidak berbicara. Hanya berada di situ, berkongsi ruang dan waktu, terasa begitu bermakna.

So… what's next for us?” Qayden tiba-tiba bertanya, memecah kesunyian. “Do we keep meeting, sharing these random conversations?”

Aku memandangnya, tersenyum penuh keyakinan. “Why not? Sometimes, the best connections come from moments that aren’t planned. Let’s see where this leads us.”

Dia tersenyum lebar, jelas gembira dengan jawapanku. "I like that. Taking things one step at a time. No pressure, just... letting things unfold naturally."

Aku mengangguk, rasa gembira menjalar dalam hati. “Exactly. Let’s just be present, enjoying the moments as they come.”

Qayden menghela nafas lega, seolah-olah baru sahaja melepaskan beban yang berat. "You’re really something, signora. You make everything feel simple, yet meaningful.”

Aku tersipu malu, namun berusaha mengekalkan nada tenang. “Sometimes, all we need is a little reminder that life doesn’t have to be complicated.”

Dia tertawa kecil. “Thank you for reminding me. I think… I really needed this.”

Kami terus berjalan, langkah kami selari, seolah-olah dunia sekeliling menjadi latar belakang kepada perbualan kami yang penuh makna. Meskipun kami tidak tahu apa yang menanti di hadapan, perasaan itu tidak menakutkan. Malah, ia memberikan harapan seperti pintu yang baru sahaja terbuka, menjemput kami untuk melangkah ke dalamnya bersama-sama.

Let’s make a pact,” aku tiba-tiba mencadangkan, rasa teruja membuak dalam dada. “No matter where life takes us, we’ll always make time for moments like this.”

Qayden menoleh, matanya bersinar dengan rasa kagum. “Deal. No matter what, we’ll keep these moments alive.”

Dengan itu, kami melangkah ke dalam malam yang mulai menyelimuti, hati kami penuh dengan harapan dan ketenangan. Kami mungkin tidak tahu apa yang masa depan sediakan untuk kami, tetapi satu perkara pasti; dalam detik-detik kecil ini, kami telah menemukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang membawa makna kepada kehidupan masing-masing.

HATINYA UNTUKKUWhere stories live. Discover now