Stars Studio
Setelah menghadiri rapat mengenai kerja sama dengan sebuah rumah produksi, Honey dan Manow berbincang kembali di ruang direktur. Honey mendudukkan diri di kursinya dan Manow duduk di sofa putih di depan Honey.
"Bagaimana pernikahanmu? Apa kau bahagia?" tanya Manow perhatian.
"Ya, Kak Clay memperlakukanku dengan sangat baik," Honey tersenyum bahagia.
"Syukurlah. Aku turut bahagia mendengar kau akhirnya menemukan pelabuhan terakhirmu," ucap Manow terharu.
"Auw. Kenapa kau tampak sedih?" tanya Honey dan duduk di hadapan Manow.
"Aku terharu. Setelah apa yang kau alami selama ini. Tuhan memberikanmu pasangan yang sesuai dengan manifestasimu," ucap Manow memajukan tubuhnya.
"Terima kasih kau selalu menemani di saat aku terpuruk dan bahagia. Kau adalah satu-satunya orang yang kumiliki di saat aku menghadapi keputusasaanku," ucap Honey lirih.
Mereka terhanyut dalam haru hingga akhirnya Marissa masuk untuk membawakan minuman yang mereka minta. Marissa yang saat itu tidak terlihat begitu sehat pun membawa baki yang berisi the dan kopi milih Honey dan Manow.
"Marissa, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat," tanya Honey khawatir.
"Oh, iya. Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan saja, Kak Honey," Marissa masih menyunggingkan senyum di balik bibirnya yang pucat.
"Meskipun kau menggunakan lipbalm, pucat pada bibirmu cukup tampak jelas, Marissa. Istirahatlah. Jangan memaksakan dirimu," ucap Honey lagi.
"Aku akan mengantarkanmu pulang, Sayang," ajak Manow.
"Tidak perlu. Aku hanya perlu menyandarkan diri saja. Nanti juga akan normal kembali. Tak perlu khawatirkan aku. Kalian lanjutkan saja dulu pembicaraan kalian," Marissa masih tersenyum ramah.
Honey dam Manow pun mengangguk mengiyakan. Marissa pun meninggalkan dua sahabat itu di ruangan Honey. Marissa melangkah gontai dan akhirnya...
Braaak!
"Marissa!" teriak Honey ketika melihat Marissa pingsan.
"Sayang!" tak kalah panik, Manow langsung berlari dan mengangkat tubuh sang kekasih.
"Bawa dia ke rumah sakit sekarang juga! Kau kuat menggendongnya?" tanya Honey panik.
"Iya," jawab Manow cepat.
Honey pun melangkah lebih awal menuju parkiran mobil kantor. Honey membukakan pintu mobil di bagian belakang dan langsung melajukan mobil ke rumah sakit terdekat. Manow merebahkan tubuh Marissa dan meletakkan kepala Marissa di pahanya.
"Sayang, maafkan aku. Seharusnya aku tidak memaksanmu hingga kelelahan seperti ini," Manow meracau menyesal dan meneteskan air matanya.
"Apa yang kau lakukan, huh?!" tanya Honey panik.
"Aku memaksakannya melakukannya," jawab Manow masih terisak.
"Apa yang kau paksakan!?" tanya Honey membentak sahabatnya.
"Kenapa kau diam saja, huh?! Apa yang sudah kau lakukan?!" tanya Honey menyecar.
"Aku menggempurnya semalaman. Padahal ia sudah mengatakan ia sangat lelah," jawab Manow panik.
"Huh!? Mengapa kau bodoh sekali?!" ucap Honey membentak.
"Cepat lajukan mobilnya! Jangan memarahiku lagi!" teriak Manow tak kalah keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)
RandomIni adalah kehidupan 'after married' dari Clay dan Honey. Cerita ini akan mengisahkan kehangatan sebuah keluarga yang dibangun oleh mereka. Dalam biduk rumah tentu akan ada permasalahan dan pasang surut di dalamnya. Namun, dengan cinta yang penuh, m...