Kekasih, sikapmu membuatku percaya bahwa aku adalah satu hal yang paling berharga bagimu. Ucapanmu membuatku yakin bahwa denganku, hidupmu dapat berjalan semestinya. Namun kadang, pola pikirmu membuat keyakinanku perlahan runtuh. Aku bingung. Apakah aku ini layaknya penasihat seorang ratu yang omongannya adalah hal penting untuknya. Ataukah sekedar rakyat kecil, yang bersuara namun tak pernah sampai pada gendang telinga.
Kecil, ku akui memang kecil. Hal-hal sederhana dariku untukmu. Namun tak sadarkah engkau, bahwa tujuanku lebih besar di banding suara-suara sederhana yang mungkin kau bosan mendengarkan nya.
Kalau memang aku adalah penasihat ratu, lantas mengapa tak pernah kau lakukan?. Dan kalau memang aku adalah rakyat kecil yang suaranya tak terdengar, lantas mengapa kau mengiyakan? . Taukah kau kekasih? . Aku seperti di ambang ada dan tiada. Seperti diperlukan atau tidak diperlukan. Ibarat layangan yang putus benangnya, tak tahu kemanakah diriku akan dibawa.
Aku siapa? , atau mungkin aku ini apa? . Benarkah aku kekasihmu?. Atau aku hanya salah satu dari sekian banyak pria yang memberimu perhatian murahan?. Hingga tak pernah kau dengarkan dan kau lakukan setiap apa yang aku sampaikan.
Aku memang tak se bijaksana penasihat ratu, tak juga se kecil rakyat yang bersuara. Tapi yang perlu kau tau kekasih, semua untuk kebaikanmu. Semua karna aku takut hal buruk terjadi padamu, karna aku takut gagal menjadi dambaanmu.
Cintaku tak seromantis Romeo, ataupun penuh pengorbanan seperti Adam bertemu hawa. Namun cintaku cukup untuk memberimu rasa aman dan nyaman dari hal-hal kejam yang dunia sediakan. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Kalau aku tak mencintaimu, aku tak akan membuang suara dan pikiran untuk menjagamu dari jahatnya dunia. Walaupun hanya dari sebuah mulut kecil ini. Ku harap kau mengerti, dan ku harap kau memberitahu ku seperti apakah aku di matamu.
