Suasana sendu sekaligus suram melingkupi pemakaman di siang hari itu. Musim semi yang nampaknya cerah mendadak mendung dan gelap, untung tak turun hujan hingga upacara peringatan berakhir.
Tak tahu mengapa lokasi pemakaman keluarganya diletakkan di dekat rumah keluarga Uchiha, dan bukannya rumah pribadi ayahnya. Padahal saat ayahnya meninggal telah meninggalkan rumah ini, dan menempati rumah yang cukup jauh.
Bahkan meski 17 tahun telah berlalu peringatan kematian tetap dilakukan secara sakral, tak hanya berlaku bagi orang tua, dan kakak Sasuke saja, melainkan juga saudara-saudara lain yang menyandang marga Uchiha.
Beberapanya memang mati secara mengenaskan, namun tak juga membuat kedua pamannya keluar dalam dunia gelap ini.
Sebuah tepukan mantap di bahunya menyadarkan Sasuke supaya tak memandang terlalu dalam pemakaman keluarganya. Sasuke menoleh dan ada Paman Obito di sana.
"Ayo pulang ke rumah, semua sudah menunggu, tuh." Dan Sasuke baru menyadari keramaian di area pemakaman telah tiada, kini hanya meninggalkan dirinya.
Tak perlu menaiki kendaraan untuk sampai di rumah keluarga besar Uchiha yang kini hanya ditempati kedua pamannya, mereka hanya perlu berjalan kaki di jalanan yang cukup sepi untuk dilewati transportasi umum.
Di bawah cahaya langit yang memudar, suasana di sekitarnya menjadi semakin suram, selaras dengan hati Sasuke. Kenapa sih langit tak cerah saja, supaya kondisi hatinya ikut membaik?
"Kemana saja kau, masa tak pernah pulang ke rumah?" Paman Obito kembali membunuh kesenyapan yang ada. Semula hanya terdengar derap kaki mereka, atau embusan angin yang bergesekan dengan dedaunan, dari pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian jalan. "Paman Madara galau karena kangen, tahu."
"Berlebihan sekali, tak pantas tahu dengan wajah garangnya."
Tapi, tak tahu mengapa otak Sasuke justru menebak-nebak bagaimana ekspresi galau Madara Uchiha. Seingat Sasuke, dia bawaannya selalu serius, tak pernah telihat sedih, sulit diajak bercanda. Kalaupun memaksakan diri bercanda malah jatuhnya cringe.
Biarpun begitu dapat diakui bahwa dia paman yang baik, sering membelikan Sasuke sesuatu supaya wajahnya tak cemberut terus.
Padahal memang pada dasarnya Sasuke pelit senyum biarpun hidupnya lancar-lancar saja, 'kan Sasuke jadi untung terus. Tapi itu hanya berlaku sampai Sasuke SMP.
Lalu untuk Paman Obito malah lebih mirip seperti Ibunya. Dia rela belajar memasak untuk membuatkan Sasuke makanan yang enak. Karena dulu ketika Sasuke kecil, kurus sekali sebab pilih-pilih makanan. Dia itu yang termuda dari keluarga Uchiha, makanya disayang-sayang, untung dia tidak ngelunjak.
Obito merangkul bahu Sasuke, hal yang sering dia lakukan dulu setelah mengomel seperti ibu-ibu kompleks saat Sasuke berulah. "Kau sudah sarapan? Di rumah banyak sekali onigiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER || SasuSaku
FanfictionJadi dia yang mengagumi orang lain atau justru yang dikagumi? Dia stalking mangsanya, atau justru dia yang akan dijadikan mangsa? *** START : 27 SEP 2024 NARUTO Fanfiction Disclaimer : Masashi Kishimoto-Sensei Pair : Sasuke - Sakura Rate : 18+ Genre...