Bab 38.

289 69 7
                                    

Langit masih menunggu biru dia akan menanyakan maksud dan tujuan orang tua biru memberikan dia mobil sebagai bentuk karena telah melahirkan anaknya biru, dia beberapa kali menghela nafas dan memijit pelipisnya karena mendadak pusing karena melihat mobil mewah tersebut. Bukan tidak bersyukur akan dikasih hadiah melainkan ini terlalu berlebihan dan langit kurang menyukai nya.

"Udahlah kak terima aja kalau kita pulangkan itu mobil yg ada nanti keluarga mas biru menyangka kakak menghina mereka."

"Aslan, gue gak mau di cap matre oleh keluarga mereka, lagian gue sama mas biru belum ada hubungan yg gimana mana."

"Tapi mereka itu udah tulus ngasih lo mobil."

"Lo mau antariksa keponakan lo diambil mereka, gue mau tanya dulu sama biru soal ini."

"Mau tanya apa" seru biru yg baru datang.

Biru kecil lekas bangkit dan berlari kearah kalandra lalu memeluk nya, kalandra pun lekas menggendong anaknya itu dan berjalan kearah langit, sementara aslan dia langsung bangkit karena tidak mau terlalu ikut campur dalam hal ini.

"Kamu mau tanya apa?" Tanya biru sekali lagi.

"Orang tua kamu belikan aku mobil, aku gak bisa terima mas. Boleh gak aku balikin aja soalnya aku merasa gak enak."

"Oh, mobil yg warna merah itu ternyata udah sampai. Gimana kamu suka gak itu sesuai dengan warna kesukaan kamu sih."

"Mas, kok kamu santai banget aku loh yg gak enak sama mereka, pulangin aja lah mobilnya lagian aku udah punya mobil."

Kalandra mencium pipi anaknya "jangan dipulangin mereka sengaja memberikan hadiah itu sebagai bentuk permintaan maaf, dan hadiah atas betapa hebatnya kamu melahirkan cucu mereka."

"Tapi mas apa gak berlebihan?"

"Nggak langit, apa yg mereka lakukan itu wajar mereka ingin memberikan yg terbaik buat kamu dan biru, lagian sebelum mereka beli mereka udah bicara sama aku kok. Ya, aku setuju aja."

"Kok kamu gak bilang aku? Setidaknya diskusi lah mas sama aku, kamu kebiasaan banget apapun gak kasih tau aku."

"Namanya juga kejutan lang masa bilang kamu dulu."

Langit hanya mendengus saja dia pun lalu menghela nafas berat, ternyata bicara dengan biru sama saja tidak ada artinya. Tetap saja biru mempertahankan mobil tersebut namun langit akan mengembalikan mobil tersebut karena gimana pun mobil yg dia punya masih bagus.

"Ayah kapan kita pergi? Biru udah gak sabar mau naik bermacam wahana hari ini" ujar biru yg sudah tidak sabar ingin bermain.

"Udah siapkan, kita bisa berangkat sekarang. Tapi sebelum naik wahana kita kerumah nenek dulu ya."

"Kerumah mami?"

"Bukan sayang tetapi kerumah ibu aslan dan ibu papa. Mau ya."

"Mau dong, jangan lupa beli bunga ya pah agar rumah nenek dan kakek tetap wangi."

"Iya sayang, sebentar aku ambil tas dulu."

Langit bangkit dari duduk nya dan langsung ke kamar mengambil tas nya, dia juga berpamitan kepada aslan dan mengatakan dia akan pulang sore. Aslan mengiyakan karena dia juga akan pergi dengan marven.

"Yuk udah."

Biru lekas menggendong anaknya menuju ke arah mobil mereka, langit hanya mengikuti dari belakang. Biru membuka kan pintu mobil untuk langit dan juga biru, memastikan semua aman barulah dia masuk mobil.

Anastasia mengerang keras karena saat bangun tidur temen pria nya sudah tidak ada berada di sampingnya, selalu begitu jika mereka telah selesai main pasti anas selalu ditinggalkan seperti layak nya seorang pelacur. Dia lekas bangkit dan memakai selimut tebal buat menutupi tubuh nya yg polos, bahkan untuk sekedar berjalan saja dia tidak mampu dan tertatih-tatih, karena permainan tadi malam dengan sang pria nya sungguh sangat liar.

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang