TAKDIR YANG TIDAK BISA DI TOLAK

10 1 2
                                    

Eva Adams menatap nanar layar komputernya, jari-jarinya terdiam di atas papan ketik, seolah terjebak suatu hal membosankan. Di balik wajah tenangnya, pikirannya dipenuhi oleh satu hal yang begitu mengganggunya yaitu perjodohan. Sudah hampir dua hari ia tidak bisa tidur.

Well, Setiap kali bayangan tentang Arlando Ksevano pada masa kuliah mereka muncul di kepalanya, hatinya terasa menciut, antara penolakan dan Janjinya pada Anna. Ia merasa seolah hidupnya sudah sangat kacau.

Ketika ketukan lembut pada meja menariknya dari lamunannya, ia mendapati sahabatnya, Zoe, menggeser kursi kerjanya. Dengan senyum cerah yang selalu mampu memancarkan keceriaan, Zoe menatapnya dengan penuh semangat. “Kau akan ikut ke reuni kampus kita besok malam, Ev?” tanyanya, matanya berbinar.

Eva menoleh, menyaksikan Zoe menyodorkan undangan reuni yang berwarna cerah. Namun, tidak ada kilau kebahagiaan dalam mata Eva. Ia hanya bisa menggeleng pelan, sementara pikirannya kembali melayang kepada perjodohan yang sudah tak tertolong itu.

Zoe terbelalak melihat mata Eva yang kini seperti Zombie.

"Ev!!!" Serunya. Untung saja para pekerjaan lain sudah meninggalkan ruangan untuk waktu makan siang. Dan menyisakan mereka berdua.

"Kau, —" ucapan Zoe terputus "siapa yang sudah menindasmu?"

Eva hanya mengedip-ngedipkan matanya menatap Zoe dengan alis berkerut ia tidak tahu apa yang sahabatnya itu Cemaskan.

"Kau baik-baik saja? " Tanya Zoe lagi. Eva hanya mengangguk pelan.

Sementara Zoe menelan ludahnya dengan susah payah. Ia memegangi wajah Eva sembari memeriksa kedua sisi-Nya.

Eva adalah sahabat yang paling dekat dengannya jadi saat melihat kondisi gadis itu saat ini ia yakin bahwa Eva sedang tidak baik-baik saja.

"Katakan padaku karyawan mana yang sudah menindasmu?" Zoe terlihat panik.

"Ok, Ok aku baik-baik saja" Eva  terlihat meringis sembari menurunkan kedua tangan Zoe yang tengah memegangi wajahnya.

Zoe menatapnya "katakan padaku apa yang terjadi?"

Eva hanya memutar bola matanya jengah. Ia menyerah. Zoe tidak akan melepaskannya kali ini.

"Hanya sedikit masalah dengan Mommy" Ucapnya singkat. Lalu matanya tertuju pada Undangan yang Zoe letakkan diatas meja.

"Apa itu? "

Zoe berdehem pelan.

"Reuni Kampus. Angkatan kita mengadakannya untuk mengenang 7 tahun Almamater" Jelas Zoe

Oke, Reuni, bagi sebagian orang, adalah kesempatan untuk bertemu kembali dengan teman-teman lama, tetapi bagi Eva, itu adalah hal yang membosankan

"Ev, aku tidak tahu apa yang telah terjadi padamu. tapi kau tidak boleh menolak ajakanku kali ini. Reuni kampus kita hanya terjadi sekali seumur hidup dan juga Pangeran Kampus kita akan datang— Arlando Ksevano. " Suara Zoe menekan pada akhir kalimatnya.

"jadi aku harap kau mempertimbangkannnya" Ucapnya lagi dengan penuh antusias.

“Kita bisa mengenang masa-masa indah di kampus. Well, Jangan biarkan masalah yang kau alami menghalangimu untuk bersenang-senang!”

Mendengar itu, Eva merasakan beban di dadanya semakin berat.
“Tapi—bagaimana kalau dia benar-benar ada di sana?” tanya Eva, suaranya hampir tak terdengar.

Nama itu—Arlando Ksevano—terlalu akrab, terlalu menakutkan. Nama itu seolah bom waktu untuknya yang dapat meledakkan apapun ya seperti kenangan yang terlalu dingin dan susah untuk di sentuh hal itu membekas di hati Eva, meski mereka tidak pernah lebih dekat dari sekedar mengenal. Ralat—bukan itu. Eva memang sudah mengenalnya. Sial

YOU ARE THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang