3

115 15 0
                                    

Setelah hari itu, Riwoo belum pernah berpapasan lagi dengan Woonhak, sudah terhitung dua Minggu lamanya dan hal ini membuat pemuda itu entah mengapa menjadi frustasi. Salah satunya karena gelang milik adik kelasnya itu memiliki bau feromon yang bahkan bisa menenangkan isi pikirannya. Iya, hal ini membuatnya frustasi karena dia terlalu nyaman.

Sepertinya Kim Woonhak tidak pernah melepasnya, karena feromon pemuda itu secara tidak terduga bertahan sangat lama. Taesan bahkan mengatakan bahwa aneh melihat Woonhak memberikan gelang itu pada Riwoo.

Kemudian, entah mengapa Riwoo mengungkapkan perasaannya dengan ekspresif pada hari itu.

"Kim Woonhak?" Panggil Riwoo dengan semangat, dia menghentikan langkahnya dengan tangan yang saat ini sibuk membawa beberapa tumpukan buku.

Hanya dalam beberapa saat dia tiba-tiba menyesal karena bersikap begitu excited ketika mengingat kembali bahwa Woonhak mengintimidasinya 2 Minggu yang lalu.

"Kim Woonhak, sialan." Sekarang yang terucap adalah kata umpatan.

Woonhak yang berada cukup jauh di depannya pun mengernyitkan dahi, sebelum akhirnya berjalan mendekat dan mengambil alih semua buku yang ada di tangan Riwoo.

"Butuh bantuan? Mau dibawa kemana?"

"Bajingan aneh."

"Kasar banget njir, Lo seneng kan ketemu gue?"

Ada yang salah, benar-benar ada yang salah dengan Riwoo saat itu, karena jika dia bisa jujur, setelah pertemuan pertama mereka dua Minggu yang lalu, Riwoo memang sering memikirkan Woonhak. Walaupun tidak semuanya adalah pikiran positif, melainkan kekesalan yang eksplosif.

"Waktu itu, gue bener-bener nggak suka sama feromon Lo." Ujar Riwoo tanpa menjawab pertanyaan Woonhak.

Sedangkan orang yang ditegur saat ini malah tersenyum menyeringai.

"Maaf, gue juga nggak tahu kenapa tiba-tiba kayak gitu." Sahut Woonhak kemudian meraih pergelangan tangan Riwoo dan mengelusnya perlahan.

Feromon milik pemuda itu mulai menyeruak sama dengan yang biasa indra penciumannya tangkap dari gelang Kim Woonhak.

Nyaman. Sialan.

"Bukankah Alphanya terlalu obsesif? Dia bahkan melakukan scenting tanpa mengatakan apapun pada Riu." Suara Sohee berbisik pada Jaehyun, mereka memandangi kedua orang itu dari kejauhan saat ini.

"Alpha emang kayak gitu kalo udah ngincer omega, jadi Lo juga harus hati-hati." Balas Jaehyun akan ucapan Sohee.

"Tiba-tiba? Terus kalo kakak Lo?"

"Dia lebih bisa ambil keputusan, soalnya kak Riu kayaknya juga tertarik sama dia."

Sohee memandangi Jaehyun dengan aneh kemudian memfokuskan matanya pada tangan kanan Jaehyun yang terlihat membiru dari hari ke hari.

"Lo belum nemuin dia?"

"Belum."

"Lu siap mati apa gimana sih?"

"Kalo gue mati dia juga mati, nggak ada penyesalan."

"Lee Jaehyun."

"Lo pingin gue berharap apa? Ketemu sama omega yang banyak ngelakuin hal-hal nggak bener padahal tahu kalo dia udah punya pasangan? Mending mati gue."

Tatapan mata Sohee dapat dibaca Jaehyun dengan mudah setelahnya, jelas sekali jika omega itu sedang mengasihani Jaehyun.

"Hueekk!" Hingga sebuah suara mual terdengar di telinga mereka dan membuat Sohee tanpa babibu berlari memeriksa kamar mandi, karena tempat itu dekat dengan posisi berdiri mereka saat ini.

Red String [Tofuz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang