Fariz mengekori langkah papah dan adiknya, kini mereka menuju masjid terdekat yang ada di komplek perumahan mereka.
Papahnya tadi memaksa Fariz untuk ikut sholat di masjid, karena biasanya ia hanya melakukan itu dirumah atau tempat dimana ia dinas.
Sesampainya di masjid Fariz memilih untuk sholat di barisan yang paling belakang, alasannya memang barisan didepan dan tengah memang sudah terisi.
Ketika selesai Fariz kembali mengekor pada papah dan adiknya dan menyapa para tetangga lainnya, hingga sampai pada ayahnya Nadhifa. Dari belakang Fariz dapat mendengar percakapan antara papahnya dan ayahnya Nadhifa.
"Kenapa? Tumben mukamu kusut gitu?" Itu pertanyaan dari papahnya Fariz.
"Lagi khawatir aku, Nadhifa gak pulang semalam." Jawab ayahnya Nadhifa. Mendengar nama Nadhifa, dengan tanpa disadari Fariz yang tadinya hanya berdiri dibelakang mereka kini sudah mensejajarkan dirinya dengan papahnya.
"Nadhifa? Loh kemana emangnya dia?"
"Kemarin bilangnya ke puncak, aku ijinkan karena bilangnya langsung pulang. Tapi tiba-tiba dia cuma kirim pesan gak pulang, ku telfon juga gak diangkat sama dia. Mau di jemput juga gak tau penginapannya dimana."
"Tumben banget, seingatku Nadhifa tuh anakmu yang paling gak macem-macem."
"Memang biasanya dia gak begini, ibunya juga pasti marah banget kalo nanti anaknya pulang. Tapi aku lebih khawatir sama hal yang lain, takut dia kenapa-kenapa."
"Tenang, Nadhifa pasti baik-baik aja."
Mendengar percakapan mereka membuat Fariz kebingungan, karena memang seperti yang dikatakan papahnya tadi kalau Nadhifa adalah anak Om Bian (ayahnya Nadhifa) yang paling gak macam-macam.
Pasti ada sesuatu, itulah yang langsung muncul dari pikiran Fariz.
Fariz dengan terburu berpamitan untuk pulang pada papahnya dan juga ayah Nadhifa, langkahnya begitu cepat dan menghiraukan panggilan dari adiknya yang sedari tadi juga hanya menyimak.
Ketika dirumah dengan segera Fariz meraih ponselnya dan mencari kontak Nadhifa. "Ahh sial, gue kan gak punya nomor Nadhifa." Gerutu Fariz.
Hingga kemudian ia beralih pada aplikasi yang biasanya hanya ia buka ketika ada notif bahwa Nadhifa upload sesuatu.
Dengan gerakan cepat ia mengetik nama akun Nadhifa dan segera mengirimkannya pesan. Namun tanpa ia sangka pesannya langsung dibaca dan dibalas oleh Nadhifa.
Balasan dari Nadhifa sukses membuat Fariz langsung membeku. Nadhifa meminta tolong padanya? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Tangan Fariz dengan cepat menekan tombol panggilan pada akun Nadhifa, dan baru beberapa detik panggilan tersebut juga langsung dijawab oleh Nadhifa.
"Nad, lu kanapa?"
Fariz tidak mendapatkan jawaban apapun "Kenapa Nad?
Diam, Nadhifa masih belum mau menjawabnya. "Ada apa Nad? Lu harus jawab biar gue tau keadaan lu sekarang." Fariz mencoba mengkontrol suaranya meskipun saat ini dia sudah panik tidak karuan.
Fariz masih menunggu hingga kemudian dia bisa mendengar Nadhifa mengeluarkan suara, bukan hanya suara tapi juga di iringi oleh isakan tangis dari Nadhifa.
"Tolong gue riz, gue takut banget. Please tolongin gue...."
Mendengar hal itu semakin membuat panik Fariz. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu.
"Gue kirim nomor gue. langsung share lokasi dimana lu sekarang, gue kesana. Gue gak tau ada apa sama lu, jadi jangan kemana-kemana Nad. Gue jemput lu. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love
Fiksi PenggemarFariz akan selalu mengharapkan satu cinta dari seorang Nadhifa.