TROUBLE MACKER

8 1 4
                                    

Eva dan Zoe melangkah memasuki aula kampus yang telah berubah menjadi tempat pesta penuh gemerlap. Musik yang mengalun lembut diiringi cahaya lampu gantung berkilau menambah nuansa elegan dalam reuni ini. Sebagian besar tamu tampak datang dengan gaya masing-masing—berpakaian formal, mencolok, atau bahkan kasual dengan sentuhan mewah. Eva mengamati sejenak, melihat wajah-wajah yang dulu familiar, kini berubah lebih dewasa dan tampak sukses.

"Wow, ini seperti melihat hidup yang sudah kita tinggalkan beberapa tahun lalu," gumam Zoe di sampingnya, sedikit berbisik sambil melirik para alumni yang berlalu lalang.

Eva tersenyum simpul, namun ada sedikit kecemasan tersembunyi di balik matanya. Ia berusaha menjaga sikapnya, namun ada satu orang yang terus mengisi pikirannya malam ini—Arlando Ksevano, lelaki itu Eva sangat berharap ia tidak akan hadir.

Eva belum pernah bertemu dengan Arlando dalam suasana santai seperti ini, apalagi di tengah keramaian. Selama mereka kuliah Ia hanya mendengar namanya dan beberapa pertemuan kecil yang singkat namun tak berdialog. Eva mengenal Arlando  siapa yang tidak mengenal King Of Kampus pada masa kuliahnya ? Sayangnya  lelaki itu tidak mengenalnya sama sekali.

Malam ini, ia ingin tahu apakah Arlando yang berada di luar urusan perjanjian keluarga sama dengan yang ia kenal sebelumnya.

Jantung Eva berdetak cepat, matanya mulai menyisir ruangan. Banyak wajah yang berlalu di hadapannya—beberapa tersenyum, beberapa berbicara, dan lainnya tertawa sambil mengangkat gelas. Namun Arlando belum terlihat. Bukankah ini yang di harapkan Eva?
Semoga saja lelaki itu memang tidak datang.

Eva tersenyum. Akan lebih menyenangkan jika Tuhan mengabulka  do'a ny

Tanpa sepengetahuan Eva, Arlando sudah lama memperhatikannya dari sudut ruangan yang agak redup, ditemani oleh Gevan. Arlando tampak tenang dengan sikap dinginnya, segelas whisky di tangan dan pandangan tajam yang tak pernah lepas dari Eva di tengah keramaian. Bagi orang lain, Arlando mungkin hanya terlihat sebagai pria berkelas dengan sikap dingin dan tak terbaca. Namun bagi Gevan yang sudah lama mengenal kakaknya, tatapan Arlando malam itu menyiratkan ketertarikan yang tak biasa.

“Kau tidak berniat menyapa dia?” Gevan bertanya dengan nada menggoda sambil mencelupkan lemon ke dalam gelas minumannya.

Arlando hanya meneguk whisky-nya perlahan. “Tidak sekarang,” jawabnya singkat tanpa memalingkan pandangan.

Gevan tertawa kecil. “Kau tahu, dia mungkin mencari-cari dirimu di tengah keramaian ini.”

Arlando tetap tak mengubah ekspresinya. Ia tahu Eva sedang mencarinya. Dan dia juga tahu Eva datang bersama seorang teman, Zoe. Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang menghentikannya untuk segera menghampiri Eva. Mungkin ia menikmati momen ini—momen di mana ia bisa melihat Eva tanpa terbebani oleh sorot matanya yang penuh pertanyaan atau kegelisahan.

Di sisi lain, Eva yang tak sadar bahwa dirinya sedang diamati, terus berjalan perlahan di antara tamu-tamu. Ia berusaha menjaga kesopanan dengan menyapa beberapa alumni yang dikenalnya. Di sudut matanya, tiba-tiba ia melihat seorang pria tampan berdiri di dekat bar, menatapnya dengan senyum hangat. Pria itu adalah Alan Alford, teman lama yang juga pernah dekat dengannya saat masih kuliah.

Ev!” sapa Alan ceria, langsung menghampirinya dengan senyum lebar.

“Oh, Alan! Lama tak jumpa,” jawab Eva sambil tersenyum. Mereka berbincang sejenak tentang kenangan masa lalu, tentang proyek-proyek kampus yang pernah mereka lakukan bersama, serta pencapaian masing-masing setelah lulus.

Dari sudut ruangan, Arlando menyaksikan pertemuan itu dengan tatapan yang semakin intens. Terdapat guratan ketidaknyamanan di wajahnya, meski ia mencoba menyembunyikannya di balik wajah datarnya. Gevan yang memperhatikan reaksi Arlando, kembali tersenyum. “Tak usah berpura-pura, L. Kau jelas tidak suka melihat dia berbincang dengan pria lain.”

YOU ARE THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang