¯ Klandestin ¯
Rora mendesah lelah setelah akhirnya duduk di kursinya. Seperti yang ia duga, Rora langsung dihujani berbagai pertanyaan begitu mendudukkan diri di kantin. Padahal sebelumnya ia selalu mengeluh karena jam istirahat terasa sangat singkat, namun kali ini rasanya lebih lama dari biasanya.
Netranya beralih ke bangku Asa, mengernyit heran karena tak mendapati sang pemilik disana. Hingga saat guru masuk pun, Asa tak kunjung memasuki kelas.
Tentu saja hal itu membuat Rora kebingungan. Yang ia tau, Asa bukan tipe orang yang sering membolos. Gadis itu malah merupakan salah satu yang paling disiplin dan selalu mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Jadi merupakan hal yang sangat aneh ketika tak mendapati presensinya di kelas.
Rora menghela napas, berusaha untuk fokus pada guru dengan rumor yang melekat pada dirinya, yaitu mempunyai kekuatan magis berupa hipnotis. Awalnya Rora tak percaya dengan rumor itu, tapi sekarang ia mulai percaya. Buktinya sekarang ia mulai terhipnotis agar tertidur saat penjelasan. Suara yang memenuhi ruang kelas seakan menjadi lantunan penghantar tidurnya.
Namun Rora merasa tak pantas, ia dipenuhi rasa bersalah mengetahui dirinya yang tak menghargai guru. Maka dari itu ia menulis di sebuah kertas lalu memberanikan diri untuk mengangkat tangannya,
"Ya, Rora. Apakah ada yang ingin ditanyakan?"
Rora menggeleng, ia melangkahkan kakinya menuju sang guru berdiri.
'Bu, Saya izin ke ruang kesehatan, ya? Saya kurang enak badan.'
Guru tersebut menempelkan punggung tangannya ke kening dan leher Rora. Untunglah kemarin ia sempat demam, jadi masih ada sisa-sisa hangat di tubuhnya sehingga lebih meyakinkan. Guru tersebut mengizinkannya ia menunduk sopan lalu berjalan menuju pintu.
Saat menuju keluar, ia melihat Canny menggerakkan tangannya, "Ikut boleh?"
Rora menggeleng sembari menggerakkan telunjuknya ke kiri dan kanan, menggoda Canny yang pasti ingin bolos juga. Ia tersenyum puas mendapati wajah masam temannya.
Rora segera merebahkan tubuhnya begitu sampai di ruang kesehatan. Rasa kantuk perlahan menghinggapi matanya. Entahlah, rasanya begitu lelah padahal kemarin ia hanya tidur seharian. Memejamkan mata, Rora benar-benar butuh untuk memulihkan tenaganya.
;
Gadis kecil itu terisak sembari memeluk erat boneka pandanya. Perawat bilang, Ayah dan Ibunya sudah tidak ada. Tapi ia tak bisa melihat mereka untuk yang terakhir kalinya karena dirinya sempat mengalami koma selama 3 hari.
Mengabaikan tubuhnya yang kesakitan, Rora meminta agar perawat yang tengah memeluk tubuhnya itu untuk melepaskan dirinya, Rora sangat ingin melihat kedua orang tuanya. Ia masih tidak menerima kenyataan bahwa ia benar-benar ditinggalkan sendiri di dunia ini.
Rora takut.
Bagaimana ia bisa menjalani hidup setelah ini?
Bukankah ia masih terlalu kecil untuk menghadapi dunia ini sendirian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin | Asa X Rora
FanfictionKlandestin. (adj) Veiled in secrecy; Hidden beneath the surface. ⚠ This story contains gxg, if you're uncomfortable, please stay away. Start: 27 September 2024 End: - ©Aiileeee, 2024