Wonyoung menelusuri lorong-lorong kawasan seni kota, di antara tembok-tembok yang penuh warna dan aroma cat yang masih basah. Ada rasa yang tak bisa ia jelaskan, seolah-olah setiap mural di dinding menyimpan petunjuk tentang dirinya, tentang ingatan-ingatan yang tak bisa ia jangkau. Setiap langkah yang ia ambil seakan mendekatkannya pada sosok yang selama ini bersembunyi di balik warna-warna bisu.
Di sisi lain, kabar tentang seorang wanita yang mencari seniman mural tersebar di antara para perupa. Sunghoon mendengarnya dengan hati yang tak tenang. Ia tahu—atau lebih tepatnya, ia merasa—siapa yang mungkin sedang mencari dirinya. Dan meski ia ingin tetap berada dalam bayang-bayang, rasa rindu yang lama terpendam perlahan memaksanya untuk bertahan sedikit lebih lama.
Pada senja yang mulai menguning, di salah satu sudut kota yang senyap, Wonyoung terhenti di depan mural yang baru saja selesai dilukis. Lukisan itu memancarkan kesan yang begitu akrab—bagaikan potongan masa lalu yang terbungkus dalam warna lembut dan garis halus. Tanpa sadar, ia mengangkat kamera, mencoba menangkap setiap detail, berharap bisa menemukan petunjuk dalam karya itu.
Namun, saat ia hendak mengambil gambar, sebuah suara mengusik keheningan.
“Kau... seniman mural ini?” Wonyoung bertanya ragu, menatap pemuda yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
Sunghoon hanya mengangguk singkat, tatapannya dalam namun hati-hati. “Mungkin. Tapi kenapa kau tertarik?”
Wonyoung terdiam sejenak, lalu tatapannya kembali pada mural di depannya. “Aku… aku merasa kenal dengan lukisan ini. Seperti bagian dari hidupku yang hilang, yang tersimpan di dalamnya,” ucapnya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan yang tersesat.
Sunghoon menatap Wonyoung, dan dalam keheningan itu, ia merasakan seluruh rasa yang selama ini terpendam, seluruh kerinduan dan rahasia yang tertuang dalam setiap lukisan yang ia buat. Ia ingin menjawab, ingin memberitahu bahwa mural-mural itu bukan hanya karya seni, melainkan serpihan cerita yang pernah mereka bagi, cerita yang hanya ia simpan dalam ingatan dan cat. Tapi, lidahnya kelu, terpenjara dalam rasa takut akan kenyataan yang mungkin terlalu pahit untuk dihadapi.
Dalam senja yang perlahan tenggelam, keduanya berdiri dalam diam. Wonyoung yang mencari jawaban, dan Sunghoon yang menanggung kenangan—keduanya tahu bahwa ada sesuatu yang pernah hidup di antara mereka, sesuatu yang tak terucap namun terpahat di dinding kota, menunggu untuk ditemukan kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sang Seniman Mural • Jangkku
Romance"Ini hanyalah kisah singkat tentang cinta sang seniman mural." Di setiap guratan cat dan semburan warna, dia menggambarkan sesuatu yang lebih dari sekadar seni; ada kisah yang tersembunyi di balik tembok-tembok kota. Sang seniman mural, dengan hati...