Guys Jangan lupa dukungannya di karyakarsa ya dan komen di jalan cerita serta vote.
Supaya Jae bisa mengembangkan cerita Sasusaku setiap harinya 😇
.
.
.
Happy Reading
Sasuke berdiri di dapur, wajahnya membara dengan kemarahan yang tak terduga. Melihat Sakura menunduk, air mata mengalir di pipinya, membuat hatinya semakin tertekan. Tapi kemarahan lebih kuat dari rasa bersalahnya. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak pernah dia inginkan, dan frustrasi itu meledak seperti api yang baru saja dia padamkan.
“Bisa-bisanya kamu menganggap ini semua lucu?” katanya, suaranya membentur dinding dapur.
“Setiap kali aku pulang, ada saja masalah baru yang kamu ciptakan. Pertama, kamu tidak bisa memasak, sekarang hampir membakar apartemen kita. Apa yang salah denganmu, Sakura?” lanjutnya.
Sakura terkejut mendengar kata-kata Sasuke yang tajam, seakan setiap patah kata menggores jiwanya. Dia mencoba menjelaskan, “Aku hanya ingin membuatmu bahagia. Aku hanya...”
“Bahagia?” potong Sasuke, nada suaranya semakin tinggi.
Lanjut Sasuke “Kamu pikir menghidangkan makanan gosong adalah cara untuk membuatku bahagia? Coba pikirkan! Kita hidup di kota besar, dan aku bekerja keras setiap hari. Yang kamu lakukan hanyalah membuat kekacauan!”
Suara hujan di luar semakin keras, seakan ikut merasakan ketegangan di antara mereka. Sakura merasa terperangkap dalam badai emosi yang tidak bisa dia atasi. Dia ingin berjuang, ingin membela diri, tetapi kata-kata Sasuke menghujam begitu dalam, membuatnya merasa kecil dan tidak berarti.
“Aku berusaha! Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk kita!” Sakura akhirnya bersuara, suaranya patah-patah.
“Kenapa kamu tidak pernah melihat usaha yang aku lakukan? Kenapa semua ini tidak pernah cukup untukmu?” Tanya Sakura.
Sasuke mencemooh, matanya berkilau dengan kemarahan yang tak tertahankan.
“Usaha? Jika itu usaha, aku tidak tahu apa yang bisa disebut dengan ‘sebenarnya’! Seharusnya kamu tahu, seharusnya kamu bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari ini!”
Dia berbalik, berjalan menjauh dari dapur, membiarkan Sakura terdiam dengan rasa sakit yang membuncah di dalam dadanya. Sasuke tidak ingin melihat betapa hancurnya hati istrinya. Dia merasa semakin marah, marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menahan emosinya, marah pada dunia yang membawanya ke titik ini.
Dari ruang tamu, dia menatap hujan deras di luar, merasa seolah segala sesuatunya berantakan—pernikahan, harapan, dan cinta yang terpendam di dalam hatinya. Hanya satu sosok yang mampu menenangkan hatinya: Naruto. Namun, dia juga tahu bahwa arah perasaannya itu tidak bisa menjadi kenyataan, dan itu membuatnya semakin terpuruk dalam kemarahan yang menggebu.
.
.
.
Sasuke berdiri di dekat jendela, menatap hujan yang terus mengguyur Tokyo. Setiap tetesnya seakan mewakili setiap air mata yang ditahan Sakura, dan dia merasakan sebuah ketidakpuasan yang membara di dalam hatinya. Dia ingin mengabaikannya, tetapi suara hatinya terus berbisik, mengingatkan bahwa dia tidak hanya sedang berjuang melawan Sakura, tetapi juga melawan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU AKAN MEMBERIKAN MU YANG TERBURUK
FanficBalas dendam? Tentu saja, Sasuke yang menduakan Sakura lalu dengan mudah mengatakan bayi yang di kandungnya bukan anak hasil hubungan mereka berdua. " Lalu bagaimana kau bisa memaafkan aku, Sakura..."