Arlando duduk di tepi ranjang dengan tubuh tegap namun wajahnya menahan perih. Di hadapannya, Eva dengan hati-hati mulai membersihkan luka di punggungnya, gerakan tangannya begitu lembut namun penuh kehati-hatian.sementara keringat dingin mengalir di dahi Arlando. Di sisi lain, ibunya-Stevie Ksevano, berdiri dengan wajah cemas, matanya tak lepas dari putranya yang tengah menderita.
"Apa yang terjadi, Arlando?" Tanya Stevie, suaranya bergetar penuh kekhawatiran. Ia ingin melangkah maju, ingin menolong, tetapi Leonar Ksevano ayah mertuanya, berdiri di sampingnya, menahan langkahnya dengan isyarat tangan. Ekspresi wajahnya seolah berkata, "Biarkan Eva yang melakukannya."
"Ada beberapa berandalan di reuni, mereka tampak kesal dan aku hanya berusaha menenangkan," jawab Arlando, berbohong dengan senyum tipis yang terpaksa ia tunjukkan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti duri, menyakitkan. Ia berusaha untuk tampak kuat, meski rasa sakit di punggungnya membuatnya ingin berteriak.
Eva mencabut beberapa serpihan pecahan kaca yang mencap di punggungnya.
"Maaf," ucap Eva pelan, matanya fokus pada luka yang sedang diobatinya. Suaranya lembut, seolah ingin menghapus semua rasa sakit yang dirasakan Arlando.
Mata nyonya Stevie memperlihatkan kekesalan beriringan dengan deru nafas yang ia tahan. Bagaimana tidak, Putranya barus saja terluka. Dan gadis pilihan Ayah mertuanya menjadi salah satu penyebabnya. Ia tampak tidak suka dengan Eva.
Kakeknya yang sedari tadi memandang Arlando dengan tatapan penuh wibawa
akhirnya angkat bicara. "Kalau begitu, biarkan Eva meneruskan mengobatinya, kami akan menunggu di bawah, Dokter Stefan akan segera datang memeriksa" ucapnya singkat namun penuh ketegasan, memberi isyarat agar mereka yang lain mengikuti.Dengan gerakan lembut namun tegas, Tuan Leonard Ksevano berlalu membimbing Stevie dan suaminya keluar dari kamar. Meninggalkan Arlando dan Eva dalam keheningan yang perlahan terasa semakin menekan setelah pintu tertutup.
"Dad, kau yakin Arlando akan baik-baik saja?" Stevie Ksevano merasa tidak puas, bagaimana pun Arlando adalah putranya. Bagaimana jika Gadis bermasalah itu malah memper parah luka anaknya?
Mereka masih berada di depan pintu kamar Arlando saat Stevie bertanya.
"Tenanglah sayang, aku pikir gadis itu sama sepertimu, aku memperhatikannya dan — dia sangat hati-hati kau jangan cemas" Ucap suaminya dengan nada lembut ia berusaha menenangkan.
"Anggap ini sebagai awal untuk membuat mereka dekat" Suara Leonard Ksevano terdengar ceria ia tersenyum simpul "aku akan menunggu mungkin saja besok kita akan mendapat kabar bahagia" Ucapnya sambil tersenyum
"Apa maksud Daddy?"
"Ya, seperti aku akan memiliki cicit"
"Dad!" Stevie membelalakkan matanya tidak percaya.
Leonard Ksevano dan Gusion mengabaikan teriakannya. Mereka tidak ingin memperpanjang. mereka langsung meninggalkan wanita setengah baya itu di iringi dengan tawa Tuan Leonard yang menggema di lorong Mansion.
Setelah kepergian orang-orang terdekatnya, suasana di dalam kamar terasa lebih tenang. Hanya ada suara detak jantung Arlando yang berdebar kencang dan desiran napas Eva yang lembut. Eva mulai mengoleskan obat pada luka Arlando dengan hati-hati, dan saat itulah ia membuka percakapan.
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Eva ia tampak sangat bersalah.
Sekalipun tatapan Arlando dingin, dari balik matanya terdapat kelembutan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia melihat ke dalam mata Eva, dan untuk sesaat, semua rasa sakit dan kecemasan di dunia seakan menghilang. "Kau tidak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu," jawabnya, suaranya tenang meski ia masih merasakan nyeri di punggungnya.
Eva tersenyum, yang membuat jantung Arlando berdebar lebih cepat. Ia terus mengoleskan obat dengan lembut, dan setiap sentuhan itu membuat Arlando merasa seolah ada energi yang mengalir di antara mereka. Ia berusaha untuk tidak terhanyut dalam perasaan yang tiba-tiba muncul, tetapi semakin lama, semakin sulit baginya untuk menahan diri.
"Kau sudah tahu kita sudah bertunangan?" Tanya Arlando. sesekali ia meringis kesakitan.
"Sakit?" Kening Eva berkerut. Ia mengabaikan pertanyaan Arlando.
"Lumayan" Ucap Arlando "Kau belum menjawab pertanyaanku apa kau sudah tahu kita— "
"Aku hanya tahu mereka baru membahasnya, belum sampai pada tahap itu ." Jawab Eva. Ia mencelupkan kain kasa kedalam baskom berisi air lalu kemudian memerasnya untuk membersihkan sisa darah yang menggumpal pada luka Arlando.
"Kau setuju? " Arlando masih bertanya. Sesekali ia melirik kearah Eva yang sedang sibuk.
Eva mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat wajah Arlando.
"Aku— " Eva berhenti sesaat. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Anna. Yang berusaha keras mencarikannya jodoh untuk masa depannya. Yah, itu yang Ibunya katakan tapi itu bukan masa depannya sendiri. melainkan untuk masa depan perusahaannya.
"Tidak" Jawabnya singkat.
Mendengar itu raut wajah Arlando berubah. Ia merasa tidak senang dengan jawaban Eva. Gadis ini terlalu berani untuk menolaknya. Menolak Arlando Ksevano yang terlalu Raja. Apa Gadis ini waras ? Apa hanya gadis ini yang tidak mengenalnya? Bukankah semua gadis akan dengan senang hati membuka selangkangannya hanya untuk menyenangkan Arlando Ksevano? Dan tanpa dia duga gadis ini malah terang-terangan menolak perjodohan darinya?.
Sial. Arlando mengumpat dalam hati.
Sudah lebih dari tiga tahun ia mengamati Eva semenjak gadis itu menjadi pusat perhatian Demian Ksevano Kakaknya. Arlando penasaran kenapa dulu kakanya begitu tergila-gila pada gadis ini sampai ia harus mengorbankan semua kehidupannya untuk dia. Dan gadis itu tampak seperti tidak pernah terjadi apa-apa.Baiklah Arlando akan berpura-tidak mendengar pernyataan Eva jadi ia mencoba mengatakan "Ya, aku tahu kau sangat terkejut namun, kakek sudah memilihmu—" Arlando tampak hati-hati ia tidak ingin kalimatnya menyinggung gadis itu. "Kupikir kau harus mempertimbangkannya lagi." Ucapnya.
Namun gadis itu tidak menjawabnya ia kemabli fokus pada aktivitasnya membersihkan luka Arlando. Lukanya terlalu dalam dan itu membuatnya kesulitan untuk menghentikan perdarahan. Apalagi, Zoe dan Gevan masih belum muncul untuk membawa kotak obat dan perban.
Di tengah keheningan, Arlando merasa dirinya terhanyut dalam momen itu. Sentuhan Eva yang lembut, aroma sabun yang menempel di kulitnya, dan kedekatan mereka yang semakin tidak membuat jarak. Membuat hatinya bergetar. Sesekali matanya tertuju pada bibir merah Eva. Ia ingin sekali mengecupnya.
Sial, pikirannya mulai tidak bisa bekerja sama.
beberapa kali ia menelan ludah dengan susah paya untuk menahan diri.
Semakin Eva mendekat semakin ia memejamkan mata dan menahan nafas aroma tubuhnya begitu candu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Eva ia melihat wajah Arlando yang kini memerah menahan gejolak. Peluh membanjiri pelipisnya.
Eva khawatir jika luka itu telah membuat suhu tubuhnya menghangat. jadi ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening lelaki itu.
Namun Arlando dengan cepat menepisnya kemudian mendorong Eva ke atas tempat tidur.
Eva terkejut "Apa yang yang kau lakukan?"
Terlihat jakung Arlando naik turun menelan ludah. Ia menatap Eva dengan sorot mata sendu. Jantungnya semakin berdebar.
"Jangan menyentuh ku—" Satu kalimat berhasil keluar dari bibirnya. "Kau membuatku tidak bisa menahannya"
Kening Eva berkerut "Kau—" Belum sempat Eva melanjutkan, tiba-tiba Gevan dan Zoe muncul di ambang pintu, membawa kotak perban dan air es.
"Maaf, kami terlambat!" seru Gevan, wajahnya ceria, tetapi seketika suasana menjadi canggung saat ia melihat ekspresi Arlando dan Eva. Zoe, yang berdiri di samping Gevan, langsung menyadari ketegangan di antara mereka.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya, matanya melirik ke arah punggung Arlando yang terluka.
Arlando, yang seketika menoleh, tersadar dengan posisi mereka. "Ya, semuanya baik-baik saja," jawabnya, berusaha untuk terdengar normal. Namun, beberapa detik kemudian ia terjatuh diatas Eva. Dia pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE ONE
RomanceSaat Eva menari dalam balutan gaun warna ungu yang lembut. Arlando langsung terpesona pada dirinya. Apalagi saat mereka berdua menari di atas Altar pada malam pertunagan mereka. Hanya saja Arlando tidak yakin pada dirinya sendiri. Memiliki Eva adala...