Tiga Hari Untuk Hidup

Bab 2. Daftar Keinginan

Setelah berjam-jam merenung dan berjuang melawan perasaannya, Aria akhirnya sampai di rumah. Dinding-dinding rumah yang biasanya memberinya kenyamanan kini terasa menekan, seolah menuntutnya untuk menghadapi kenyataan. Dia membuka jendela, membiarkan udara segar masuk dan menghirup aroma bunga dari taman tetangganya, mengingatkan dia pada masa kecil yang penuh keceriaan.

Tanpa ragu, dia meraih buku catatannya yang sudah lama tidak digunakan dan mulai menulis. Pena itu bergetar di tangannya saat ia menulis, tidak hanya untuk mengekspresikan keinginannya tetapi juga untuk menemukan kembali kekuatan dalam dirinya. Setiap goresan pena adalah mantra harapan.

1. Mengunjungi Bali untuk melihat keindahan pantai dan menikmati matahari terbenam.
2. Menghabiskan waktu dengan keluarga, berbicara tentang mimpi dan harapan yang belum terwujud.
3. Bertemu Rizky, cinta pertamanya, yang tidak pernah dilupakan.
4. Menyelesaikan lukisan yang terpending, mengekspresikan semua yang ada di hatinya.
5. Mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukungnya.

Setiap item di dalam daftar itu terasa seperti pelukan perpisahan. Dia merasa bangga dan bersemangat, tetapi saat ia menulis tentang Rizky, hati Aria bergetar. Dia teringat senyumnya, tawa mereka yang hangat, dan kenangan indah yang mereka bagi. Air mata mengalir saat dia menyadari betapa dia merindukan pria itu, dan betapa mereka terpisah karena kesibukan dan pilihan hidup.

Malam itu, Aria tidak bisa tidur. Dia berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit sambil merenungkan semua hal yang ingin dia capai. Dia merasa rindu akan kehadiran Rizky dan menyadari bahwa menghubunginya adalah langkah yang harus diambil. Dengan hati yang berdebar, dia menulis pesan untuk Rizky, mengungkapkan niatnya untuk bertemu.