Senin
Pukul 6:40 Pagi
15 Juli 2024Tempat baru, pengalaman baru, orang-orang baru, dan suasana baru.
Akan tetapi, masih terbesit di pikiranku sejak semalam, apakah orang-orang di tempat ini akan menerimaku?
Kuparkirkan motorku dengan gegabah sampai menabrak tiang pembatas, dan pagi itu aku sudah disapa oleh penjaga sekolah. Beliau merupakan seorang pria berusia senja yang masih semangat bekerja. Terlihat di tanda nama yang ada di seragamnya, nama bapak ini adalah Dzulfikar.
"Pagi juga, Pak Dzul." Sapaku kembali kepadanya. Tidak lupa Pak Dzul membukakan pintu gerbang sekolah untukku. Dari perlakuan penjaga sekolah ini saja, aku sudah berpikir bahwa tempat ini merupakan lingkungan yang positif.
Sekolah yang dari luar berdinding warna putih gading ini memiliki dua gedung di dalamnya. Masing-masing gedung memiliki dua lantai. Aku tidak tahu fasilitas apa saja yang disediakan di sekolah ini, namun yang aku baca dari situs web resminya, sekolah ini memiliki kolam renang pribadi
"Good morning, Mr. Henry," sapa seorang guru muda selepas ia turun dari motor. Ia datang dengan diantar oleh ojek daring. "My name's Frida Irena Nugroho. I am also an English teacher here! I hope we can cooperate well."
Aku tersenyum padanya. Frida ternyata merupakan guru Bahasa Inggrisku di sekolah baru ini. Sebuah SMP swasta yang lumayan termahsyur di Jakarta. Penampilan Frida terlihat seperti Velma di film kartun Scooby-Doo dengan rambut bob berponi dan kacamata tebalnya itu. Terlihat juga ia masih sangat belia. Dari penampilannya, aku bisa tebak ia baru menginjak usia dua puluh lima tahun, namun dari sorot matanya tidak dapat berbohong bahwa ia memikul beban yang kelihatan berat.
"Morning, Ms. Frida, and likewise." Kami berdua telah sampai di depan ruang guru, namun Frida tidak langsung masuk ke dalamnya. Ia tiba-tiba saja dipanggil oleh bapak kepala sekolah ke ruangannya yang tepat berada di sebelah kanan ruang guru.
Meja-meja guru tertata rapih, dan terdapat papan tanda nama di atas meja. Mejaku berada di sisi kiri, barisan kedua. Papan tanda namaku terpampang jelas nama panjang dan gelarku "HENRY SUMARGO, S.Pd.". Mejaku ditata rapih dengan taplak berwarna hitam, yang memang secara harfiah merupakan warna kesukaanku.
Aku segera saja menaruh tas dan laptopku di mejaku. Tidak lupa juga aku menaruh buku-buku bacaan milik Mrs. Dianne yang ada di kolong meja ke atas meja. Hari ini merupakan hari pertama tahun ajaran baru sekaligus hari pertamaku mengajar di sekolah ini. Sebelumnya, aku hanya mengajar di sebuah bimbingan belajar di Bali, namun karena aku menginginkan sebuah pengalaman baru dan jenjang karir, aku memutuskan untuk pindah ke sekolah ini. Walau gajiku tidak sebanding jika dibandingkan dengan di tempat lama aku mengajar, aku tidak merasa itu sebuah masalah, karena istriku, Hana yang sedang hamil besar juga mendapat pekerjaan baru di Jakarta dan merestui keputusanku.
"Mister, ini, kan, di tahun ajaran baru ini, nanti aku kebagian ngajar kelas tujuh sama delapan," Frida yang baru saja kembali dari ruang kepala sekolah pun terdengar sangat antusias. "Mister keberatan, kah, kalau aku bilang ke para wali kelas nanti Mister ngajar di kelas sembilan saja?"
"Are you sure? Ain't that gonna be tiring?"
"Positive, Sir. Since we only have five class for the seventh grade and four class for the eighth grade."
"Alright," jawabku. "If you need help, don't hesitate to reach me out. I'll be glad to help you, Frida."
"Ocreee, Mister."
Bel sekolah berbunyi, dan para guru serta siswa diminta berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Saat berjalan menuju lokasi, terlihat oleh kedua mataku wallpaper ponsel Frida. Foto yang ia pakai berupa foto dirinya bersama seorang murid laki-laki sekolah ini---terlihat jelas dari seragam batik yang ia kenakan. Wajah Frida terlihat sangat senang dan seakan tidak ada beban seperti hari ini aku melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENDRA: Sebuah Nama, Ratusan Cerita
Teen FictionMr. Henry Sumargo, seorang guru Bahasa Inggris berusia 49 tahun yang baru saja pindah mengajar ke sekolah baru. Di sekolah itu, Mr. Henry dihadapkan dengan problematika seorang anak bernama Jendra yang kehilangan arah akan kehidupan. Mr. Henry yang...