🐲

91 10 1
                                    

The last dragon
.
.
.
.
(Warning: 5000+ words)


Hamparan salju putih yang luas dihiasi dengan kabut dan angin dingin yang berhembus cukup kencang dirasakan Tanjiro saat mendaki ke puncak gunung.

Luka di kakinya kembali terbuka dan kini Ia pun tersesat, tak tahu harus kemana lagi karena yang ada di depan matanya saat ini ialah salju putih yang perlahan semakin tebal dan seperti akan menelan tubuhnya.

Dipikiran nya sekarang adalah ajal mungkin akan segera menjemputnya.
Tanjiro memejamkan matanya rapat-rapat, membiarkan salju menenggelamkan tubuhnya.

Namun tak berapa lama, sebuah sosok segera menariknya keluar dari dalam salju dan membawa pria bersurai coklat yang tak sadarkan diri itu pergi.
.
.
.
.

Pemuda itu adalah Tanjiro, si pria baik hati yang dikenal karena sikap lembut dan cerianya. Namun, nasib pemuda itu tidak sebaik hatinya.

Sejak kecil, orang-orang di desanya percaya bahwa Tanjiro adalah pembawa sial. Hujan badai, panen gagal, dan penyakit yang menyebar kerap dikaitkan dengan kehadirannya.

Tak seorang pun yang tahu kebenaran di balik semua itu, tapi ketakutan akan kesialan yang konon ia bawa membuatnya dijauhi.

Suatu hari, sesuai dengan tradisi turun temurun, para tetua desa percaya bahwa satu-satunya cara untuk menghindari malapetaka yang melanda desa saat ini adalah dengan mengorbankan seorang pria sebagai tumbal untuk sang naga air, dan pilihan mereka jatuh pada Tanjiro si pembawa sial.

Dengan penuh kerelaan, Tanjiro menerima nasibnya, meskipun hatinya bimbang. Dalam perjalanannya menuju puncak gunung Sagiri tempat sang naga air berada, Tanjiro bertanya-tanya seperti apa wujud naga tersebut, sebuah entitas yang akan menjadi takdirnya.

---

Hangat...

Pemuda itu merasakan kehangatan dari api kayu bakar dan mengerjapkan matanya perlahan.

Merasa bahwa langit-langit yang ia lihat cukup asing, alhasil Tanjiro seketika bangun dan melihat sekelilingnya.

Sebuah gua? Pikir Tanjiro.

Di ujung sana ia melihat ekor dengan sisik dwiwarna perpaduan biru dan putih yang cukup panjang dari sebuah sosok.

Menyadari bahwa manusia yang ia bawa telah sadar, sosok itu segera mendekati Tanjiro.

Mata mereka bertemu, iris biru gelap seperti batu safir itu menatap wajah pria yang ada di depannya.

Tanjiro tak bergeming melihat wanita yang tepat berada di depan matanya.

Wanita tersebut memiliki paras yang menawan. Bibirnya yang tipis dan ranum bak seorang Dewi. Rambut hitamnya— yang terlihat kontras dengan yukata berwarna biru gelap— begitu indah, diikat dengan model ekor kuda. Kulitnya yang bersisik berwarna putih bak porselen

Di kedua sisi pelipisnya, terdapat tanduk tebal dari es yang mencuat keluar menyerupai tanduk rusa. Tidak hanya itu, Ekor dwiwarna nya itu juga melekat dibelakang tubuhnya

Meskipun visual naga itu indah, namun aroma dan matanya entah kenapa bagi Tanjiro seperti menyiratkan sebuah kesedihan.

Berusaha memecah keheningan, Tanjiro lalu mencoba membuka percakapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanjiro x GiyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang