Bab 40.

389 69 9
                                    

Kini tinggal lah langit dan biru berdua menikmati makan malam usai lamaran selesai, begitu bahagia nya langit dan biru saat ini sampai keduanya tidak berhenti tersenyum. Bahkan biru sesekali mencium punggung tangan langit sebagai wujud cintanya kepada langit, serta memandangi wajah langit yg begitu cantik dan tampan disaat yg bersamaan. Beruntung hanya tinggal mereka berdua bahkan anak mereka sudah diajak kedua orang tua biru buat pergi jalan-jalan.

"Jadi kamu udah merencanakan ini ya, menyewa wahana satu harian tanpa orang lain boleh masuk."

"Mau gimana lagi sayang, kan malu kalau misal aku lamar kamu didepan orang banyak tapi pake kostum hello kitty."

"Lagian yg aneh-aneh aja ide kamu memang."

"Kan udah aku bilang demi kamu, aku rela menjatuhkan harga diri aku, aku bahkan rela kamu suruh apa aja. Tapi, jangan suruh aku buat ninggalin kamu ya. Itu tidak akan terjadi."

Langit hanya bisa geleng geleng kepala saja, tingkah random biru sejak dulu memang tidak pernah hilang bahkan dia rela malu agar langit selalu bahagia, tidak peduli jika biru di cap jelek atau apapun itu yg penting langit senang jika bersama nya.

"Kamu kenapa bisa ngide ngelamar aku sih? Padahal kita baru ketemu lagi satu bulan."

Biru menggaruk kepalanya yg tidak gatal "sebenarnya aku takut kalau kamu berpaling dengan nathan, kamu begitu dekat banget sama nathan sementara aku tau kalau nathan itu suka sama kamu, ya aku gak rela aja misal dia duluan yg mendapatkan kamu. Jadinya aku inisiatif aja melamar kamu kan."

Langit tertawa "padahal aku tidak niat buka hati aku dengan siapapun, kecuali kamu lagian aku memang masih mencintai kamu kok. Cuman aku lihat bagaimana kamu perjuangin aku, bahkan aku pernah bilang kan kalau aku akan pikirkan ajakan menikah kamu."

Biru tentu sangat bahagia dia tidak menyangka kalau langit masih mencintainya, biru berjanji dia tidak akan menyia-nyiakan langit lagi, dia bakalan jagain langit dan biru anak mereka.

Hingga makan malam telah usai keduanya pun lekas pergi dari lokasi dimana tempat biru melamar langit, keduanya berpegangan tangan satu sama lain. Saling melemparkan senyum bahagia mereka ingin membuktikan pada dunia kalau mereka begitu bahagia malam ini.

"Mau nginep ke apart gak?" Tawar biru membuat langit tersipu malu.

"Lalu biru sama siapa masa di tinggal."

"Ada mama sama papa yg bakal jagain anak kita sayang, mau ya nginep janji kita akan buat adek untuk biru."

Langit memukul lengan biru membuat biru terkekeh geli, dia mencium pelipis langit sambil memeluk pinggang ramping langit. Mereka pun sudah sampai mobil dengan biru membuka pintu untuk langit, tidak lupa langit mengucapkan terima kasih kepada calon suaminya.

Mobil biru segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat wahana menuju ke apartemen biru.

Tak lama kemudian mobil biru masuk ke halaman apartemen nya dan lekas berdua turun dari mobil tersebut, biru masih memegang tangan langit seolah langit takut hilang. Langit pun tidak keberatan tentang hal itu, dan keduanya lekas masuk kedalam lift menuju lantai atas yg mana lantai tersebut unit apartemen biru.

Setelah lift berhenti ke lantai unit apart keduanya masih terus berjalan menuju dimana unit biru tersebut, biru memasukan pin dan terbuka lah pintu tersebut. Biru mempersilahkan langit buat masuk hingga keduanya berdiri berhadapan, biru memegang dagu langit agar tatapan mata mereka beradu dan biru mulai mendekati langit dan mencium ranum langit tersebut.

Ciuman yg lembut tanpa pemaksaan tersebut keduanya menikmati, bahkan langit sudah membuka mulutnya agar biru bisa menjelajahi lidahnya. Langit juga tidak kalah dengan biru dia juga menjulurkan lidah nya hingga keduanya pun perang lidah.

Ciuman yg tadinya perlahan kini mulai berubah menjadi panas, saling melumat satu sama lain bahkan tangan biru sudah memegang leher langit serta menekan tengkuk langit agar memperdalam ciuman tersebut. Bunyi kecapan memenuhi ruangan tamu apart, ciuman pun terlepas dengan biru menggendong langit ala koala buat dia bawa kedalam kamar pribadinya.

Sesampainya di kamar biru meletakan langit dengan perlahan, mencumbui setiap inci tubuh langit dan melepaskan pakaian keduanya. Hingga keduanya bertelanjang bulat. Langit sudah siap membuka kakinya untuk biru, dan biru tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Biru mencumbu dari wajah dan juga perlahan turun ke perut, dia juga memberikan tanda kepemilikan nya. Langit mendongak keatas menikmati setiap cumbuan biru, hingga sampai biru ke penis langit dia memegang penis itu dan mencium nya.

"Ru, ja-jangan ouh..."

Biru bahkan tidak peduli dengan erangan langit dia terus memasukan penis langit kedalam mulutnya, bahkan tangan nya juga sudah masuk kedalam rahim langit membuat langit mendesah tidak karuan.

"Ouh.. God.. Biru.."

Biru semakin bersemangat membuat langit mendesah hingga perut langit mengencang tanda dia mau ejakulasi, dan tak lama kemudian langit mengeluarkan putihnya dan langsung ditelan oleh biru.

"Manis seperti dulu."

Nafas langit memburu usai dia mengeluarkan putih nya, biru membiarkan langit melepaskan pelepasannya. Dan dia segera mulai dengan membuka kaki lebar langit.

"Aku masuk ya sayang" ucapnya dan mulai memasukan penis biru kedalam lubang langit.

"Aarghhh..."




*****

Nathan memegang erat ponselnya usai melihat postingan Richard yg mana itu adalah foto langit dan biru yg sedang melakukan lamaran, disitu Richard menulis caption dengan tulisan congrats bro membuat hati nathan marah. Dia tidak menyangka kalau dia bisa kecolongan seperti ini, padahal niat dia tadi mengajak jalan langit untuk mengungkap kan isi hatinya, namun  dia tidak menyangka kalau dia kalah lagi dari biru.

"Gue kecolongan. Harusnya gue lebih cepat daripada biru, kalau begini caranya gue gak ada harapan lagi buat dapatin langit."

Nathan menghela nafas lelah selalu begini kisah cinta dia tidak pernah berjalan mulus, entah apa kesalahan nya yg pasti setiap mau pendekatan selalu ada penghalang. Dia ingin merebut langit tetapi dia tidak akan pernah tega untuk memisahkan langit dan biru.

Dia harusnya sadar diri karena memang dari awal langit tidak punya rasa apapun tentang nya, bahkan sejak awal dia deketin langit sikap langit sedikit dingin. Berbicara seadanya harusnya dia sadar akan hal itu, namun Nathan menetapkan hatinya jika dia bisa menaklukan langit maka semuanya menjadi lebih mudah.

Namun pertahanan langit mungkin tinggi kepada biru, karena memang sejak awal langit lah selalu menunggu biru, walaupun sudah disia-siakan dengan lelaki putih pucat itu tetap saja langit mau nerima nya.

Dia melirik kearah meja dimana ada kertas yg berisikan tentang kerjasama agensi dia dengan agensi luar negeri, dia diminta buat kerja disana sebagai bentuk kerjasama. Dia belum tanda tangani karena memang belum ada niatan kesana, namun sepertinya dia berubah pikiran, Nathan mungkin akan pergi dari Indonesia menuju ke Amerika.

"Gue gak ada harapan lagi disini, apa gue setujui aja kerjasama ini."

Dia menghela nafas mencoba menenangkan dirinya, ini patah hati terhebat dia setelah beberapa tahun. Dia lekas mengambil kertas itu dan membaca detailnya, dia tersenyum miris karena harus meninggalkan Indonesia.

"Gue bakalan ketemu langit untuk terakhir kalinya."

Dia pun meletakan kembali kertas itu, lekas dia bangkit dan mengambil ponsel, kunci mobil, dan jaket nya. Dia ingin menenangkan dirinya dulu sebelum ketemu langit buat terakhir kalinya.

Dia pun berjalan dengan terburu seolah dikejar waktu, dia lekas membuka pintu studio nya, namun langkah nya berhenti karena ada seseorang yg sedang berdiri dengan lelehan airmata.

"Anastasia."














- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang