Istana Mawar Hitam berdiri megah, namun terasing di sudut kekaisaran, jauh dari gemerlap istana utama kekaisaran. Dindingnya yang tua, penuh dengan tanaman rambat yang mulai mengering, menjadi saksi bisu atas kehidupan sunyi seorang pangeran kecil yang terlupakan, Ezekiel Calanthe. Bangunan ini, yang awalnya didirikan dengan kemegahan, kini seolah kehilangan jiwanya, layu seperti penghuninya.
Sudah dua minggu sejak Hael menduduki tubuh Ezekiel, dan ia masih merasa asing di dunia yang penuh ketidakadilan ini. Boneka kelinci kecil bernama Snowly adalah satu-satunya benda yang memberikan sedikit kehangatan di tengah kehampaan dan keheningan istana ini. Boneka usang itu selalu digenggamnya erat, sebuah simbol dari apa yang tersisa dari kebahagiaan masa kecil Ezekiel.
*mulai sekarang panggil Hael dengan Ezekiel*
Hael mulai memahami rutinitas dan lingkungan barunya. Taman di sekitar Istana Mawar Hitam penuh dengan tumbuhan liar, dedaunan mati, dan jalanan berbatu yang tak pernah dibersihkan. Tak banyak pelayan di sini, hanya lima orang yang bertugas, namun mereka lebih mirip penjaga ketimbang pelayan yang peduli. Tentu saja, kehadiran mereka bukan untuk melayani, melainkan memastikan bahwa sang pangeran tetap tersembunyi dari dunia luar.
Pagi ini, hawa dingin menusuk hingga ke tulang, membuat tubuh Ezekiel menggigil di balik kain tipis yang ia kenakan. Namun, daripada kembali ke kamarnya yang terasa seperti penjara, ia memilih untuk menghirup udara segar di taman, meskipun tubuh kecilnya rentan terkena dingin. Setidaknya, taman ini memberikan sedikit kebebasan.
Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar dari kejauhan, memecah kesunyian pagi. Hael langsung mengenali langkah-langkah itu—para pelayan istana yang suka menyiksanya. Dengan gugup, ia mencengkeram erat Snowly, berharap kehadiran boneka itu bisa memberinya kekuatan. Namun, sebelum ia sempat beranjak pergi, kedua pelayan itu sudah berdiri di hadapannya.
"Hei, lihat siapa yang berani berkeliaran di luar kamarnya!" ejek salah satu dari mereka dengan senyum mengejek.
"Bukankah kau sudah diajari untuk tidak meninggalkan kamarmu, Pangeran tak berguna?" tambah pelayan yang lain. Di tangannya, terdapat ranting pohon yang patah, seolah siap digunakan sebagai senjata untuk mendisiplinkan sang pangeran kecil.
Ezekiel menelan ludah, menahan gemetar di tubuhnya. "Ca-Caya hanya ingin menghilup udala cegal..." bisiknya pelan. Namun, keberaniannya langsung hilang ketika pelayan pertama mengangkat ranting itu dan mencambukkannya ke tubuh Ezekiel.
Ctass
Ctass
Ctass
"Akhh!" Hael merintih, tubuh kecilnya langsung merasakan perih yang menusuk dari pukulan itu.
"Udara segar? Kau tidak layak mendapatkannya, bahkan untuk bernapas pun seharusnya kau bersyukur!" Salah satu pelayan itu mencengkeram rambut Ezekiel dengan kasar, memaksa wajahnya mendongak menatap langit kelabu di atasnya.
Rasa sakit semakin menusuk, namun Ezekiel tidak menyerah begitu saja. Ia menggenggam Snowly lebih erat, seolah kehadiran boneka itu dapat mengurangi penderitaan yang ia rasakan. Namun, cengkeraman pada Snowly tak bertahan lama boneka itu terjatuh dari tangannya dan tergeletak di tanah.
Salah satu pelayan menendang boneka itu, membuatnya terpental ke sisi taman yang lain. "Boneka usang untuk anak pangeran yang terbuang. Kau benar-benar menyedihkan," katanya dengan tawa keji.
Ezekiel, merangkak menuju Snowly, meskipun tubuhnya terasa nyeri di setiap langkah. Tekadnya untuk meraih kembali boneka itu memberinya kekuatan untuk bertahan di tengah-tengah siksaan yang ia alami.
Bugh
"Kau mengabaikan kami?" Pelayan pertama menendang tubuh Ezekiel sekali lagi, mencegahnya mendekati Snowly. "Kau bahkan tidak pantas untuk boneka itu, pangeran terkutuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ezekiel: A Changed Destiny
FantasiaHael, seorang pemuda yang hidup dengan penyakit yang tak bisa disembuhkan, akhirnya meninggal di usia 17 tahun. Namun, bukannya pergi ke alam baka, ia terbangun dalam tubuh Ezekiel Calanthe, seorang tokoh figuran dalam novel yang berakhir tragis. De...