Menulis satu bab itu butuh perjuangan🔥
Banyak kesalahan💥
Banyak ketidakjelasan⚡
Mohon maaf sebesar-besarnya 💐❤️🔥SELAMAT MEMBACA❤️🔥
Perlahan ia membuka matanya, sekujur tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia bangkit dan memegangi kepalanya.
"Kau sudah sadar Pang?"
"Hah, Kapten?"
"—Kenapa Kapten kemari?"
Ying dan Yaya muncul dari balik pintu, dengan perban dan bekas luka di tangan dan kaki mereka yang masih terlihat.
Fang memandangi mereka, "Kalian kenapa?"
Tidak ada jawaban, Fang dibuat bingung dengan situasi saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Dia tidak dapat mengingatnya sama sekali.
"Kau tidak apa-apa kan Fang?" tanya Yaya.
"Eeh," lelaki itu memperhatikan tubuhnya, "Kenapa sekujur tubuhku terasa sangat sakit?"
"Mungkin itu efek pertarungan kemarin," simpul Ying.
"Pertarungan?"
Kapten Kaizo mendekati adiknya itu, "Ya, kemarin kau dan Boboiboy bertarung dengan sangat dasyat, apa yang terjadi?"
"—Aku juga tidak menyangka jika kekuatan kalian berdua bisa membuat sebagian planet ini diselimuti awan gelap dan gemuruh."
Jantung Fang tiba-tiba berdebar hebat, "A—apa? Aku dan Boboiboy... "
"—Bertarung?"
***
Di sofa ruang tamu kediaman pemilik kedai koko, seorang anak laki-laki berbadan gempal bersama robot kuning sedang sama-sama terbungkam.
Mereka berdua menatap lantai atas, berharap seseorang yang mereka khawatirkan keluar dari sana. Sudah sejak kemarin ia tak keluar kamar, setelah pemakaman berakhir pintu ruangan atas itu tertutup.
Gopal bangkit dari sofa nyaman itu, mendongak ke atas, ia menundukkan kepalanya, dan kembali duduk.
"Apakah tadi malam dia keluar?"Tanya Gopal.
"Tidak, aku juga belum melihat wajahnya lagi," sahut Ochobot.
"Aku ingin sekali mendobrak pintu itu, tetapi... "
"—Aku tahu saat ini Boboiboy perlu sendiri."
Gopal berjalan ke luar rumah, "Andai aku bisa membayar hutangku lebih cepat."
***
"TIDAK MUNGKIN! Aku? Aku membunuh kakek temanku sendiri?!"
"Itu kenyataannya," ucap Kapten Kaizo.
Alien berkacamata itu bangkit dari bed ranjangnya. Dengan tergesa-gesa ia segera berlari menuju arah luar.
"Kau mau kemana?!" Dengan cepat Kapten Kaizo menggenggam lengan Fang.
"Aku harus meminta maaf padanya!"
"Setelah semua yang kau lakukan, kau pikir Boboiboy akan mudah menerimanya dan memaafkanmu?"
"Tapi itu bukan salahku!"
"Bukan salahmu? Lalu semua serangan yang kau lancarkan habis-habisan?!"
"—Di mata Boboiboy, yang ada dihadapannya kemarin itu adalah kau Fang, kawannya sendiri!"
Tubuh Fang melemah, perlahan ia mulai terjatuh. Dan berakhir berlutut dengan kepala tertunduk. "Kenapa semua ini harus terjadi?" Lirihnya.
Kaizo mendekat, ia berusaha membangkitkan tubuh adiknya. Netra mereka berdua bertemu, yang ada di hadapan Kaizo adalah wajah adiknya yang basah.
Pelan-pelan tubuh mereka berdekatan, tangan sang kakak melingkar dan melindungi tubuh adiknya. Tubuhnya menutupi wajah sayup itu, hingga suara tangis kesedihannya tak terdengar.
Semua yang ada di ruangan itu terbujur kaku, aliran air juga memenuhi permukaan pipi mereka. Tidaklah menyenangkan melihat seorang kawan yang berjauhan.
Tangan Fang juga memeluk Kaizo dengan erat, ada rasa takut bersamanya. Ada rasa kebencian dan kecewa akan semua peristiwa ini. Harusnya ia yang paling menderita karena semua kesalahan diberi kepadanya, tetapi korban utamanya adalah seseorang yang sedang merasa kehilangan di hari bahagianya.
Dan ternyata hari bahagia ini bukanlah untuknya yang sedang menahan rasa sakit.
***
Manusia hanya bisa berencana, tetapi yang menentukan adalah Tuhan. Dan jika Tuhan tidak menghendaki rencana itu, maka manusia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.
Ia duduk dengan wajah kusamnya, rambutnya acak tak beraturan, sibuk memandangi langit yang masih cerah membiru. Dalam hatinya masih ada rasa kecewa. Lukanya begitu pedih untuk dirasakan, tetapi sekarang ia sendiri, tidak ada seorang kakek yang ada di sampingnya.
Dengan aksara ia bercerita, banyak surat tak terhitung ia kirimkan kembali ke orang tuanya, berharap ada balasan kali ini. Rasa rindu kian membesar dan mungkin bertambah setelah ini.
"Selamat ulang tahun untuk diriku, semoga kamu kuat dengan semua ini." Harapan dan doa yang besar sudah banyak dikeluarkannya.
Boboiboy melangkahkan kakinya dengan pelan menuju pintu. Gagang yang dingin bersentuhan dengan kulitnya. Matanya masih memandangi lantai, sepertinya ia tak kuat mengangkat kepalanya.
Dan di hadapannya sudah berdiri seorang laki-laki berkacamata yang penuh dengan keputusasaan.
"Boboiboy.... " Suara lirih dikeluarkan, sebuah kata membuka kalimatnya.Anak dengan rompi orange itu hanya terdiam, matanya berkaca-kaca. Mulutnya masih terbungkam.
Tangan lembut Fang mulai mengambil lengan kawannya. "Aku bahagia masih bertemu denganmu."
"Lepaskan!" Dengan kasar Boboiboy menarik tangannya.
"Siapa yang membiarkanmu masuk?!"
"Boy! Aku ingin bicara—"
"Pergi!"
"Berikan aku kesem—"
Sebuah pedang merah berjarak cukup dekat dengan leher Fang. Tanpa aba-aba pedang merah itu muncul. Tatapan tajam diterimanya, penuh dengan amarah dan kebencian. Ini bukanlah saat yang tepat untuk lanjut.
"Aku bilang pergi!" Sebuah ancaman telah keluar.
Bantingan pintu terdengar, Boboiboy sudah hilang dari hadapan anak itu. Tangan Fang mulai mendekati pegangan pintu kamar itu.
Dia butuh waktu sendiri.
Sebuah kalimat terlintas di benaknya, kalimat itu mengurungkan niatnya. Perlahan ia mundur dan pergi berlalu meninggalkan ruangan itu.
"Maafkan aku Boboiboy!"
"Selamat hari jadi!"
❤️🔥BERSAMBUNG❤️🔥
Belum ada satu bulan... ☕︎︎☕︎︎☕︎︎
Kuyakin masih ada pembaca yang bertahan di sini...
Terimakasih karena masih menunggu cerita tidak jelas ini🌹🌹🌹Sebenarnya story ini mau aku hentikan
Karena banyak kegiatan sekolah menjelang kelulusan.Tapi udah masuk cerita, kan sia-sia nanti aku mulai nulis
Jadi, semangatin dengan terus mengikuti kelanjutan Countinues The Story Of Boboiboy.
Good bye❀
See you ✎
KAMU SEDANG MEMBACA
Continues The Story Of Boboiboy [Slow Update]
FantasyMonsta minta izin pinjam karakternya, bukan maksud apa-apa. Ini hanya sebatas hiburan dan murni pikiran dari otak saya sendiri. Terinspirasi dari fake scenario yang jika aku simpan sendiri pasti akan membosankan * PERHATIAN * BOBOIBOY HANYA MILIK M...