8 :: Put Justice

9 7 1
                                    

Jangan lupa pencet tombol vote karena ini chapter yang belum pernah aku publik sebelumnya

(⁠ノ⁠•̀⁠ ⁠o⁠ ⁠•́⁠ ⁠)⁠ノ⁠ ⁠~⁠ ⁠┻⁠━⁠┻

"Ada apa, anak-anak?" tanya kepala sekolah dengan nada dingin.

Seungmin melangkah maju, berusaha untuk tetap tenang. "Pak, kami minta kesempatan. Seperti yang pernah bapak bilang, club kita ini masih tahap pengembangan, nggak salah kalau beberapa fasilitas dan kinerja di club ini kurang karena masih jadi program baru sekolah. Tapi kenapa Bapak tiba-tiba mau berhentikan program ini?"

"Terserah saya, dong!" jawabnya dengan asal.

Para anggota club berdiri berbaris rapi di depan kepala sekolah, wajah mereka penuh harap dan tampak serius. Soobin yang berdiri di barisan paling belakang maju selangkah, menunduk hormat sebelum bicara, "Club penyiaran ini penting buat kami, Pak. Kami janji akan bekerja keras dan aktif, asal Bapak tidak membubarkan kami."

Yang lain ikut mengangguk, beberapa bahkan memasang ekspresi tegas sebagai tanda kesungguhan. Suasana sunyi sejenak, hanya suara napas dan detak jantung mereka yang terasa, berharap agar permohonan ini diterima.

"Kerja keras, ya? Selama ini, yang saya lihat, studio kalian cuma jadi ruangan kosong tanpa aktivitas. Jangan jadikan listrik sebagai alasan kalian malas-malasan. Sekarang, ada club band yang lebih aktif mau pakai studio itu. Kalian pikir saya akan pertahankan club yang tidak berkontribusi?" Kepala sekolah hanya menatap mereka sambil tersenyum mengejek.

Mendengar kata-kata yang menyakitkan itu, Renjun langsung terpancing emosi. "Pak, itu nggak adil! Bapak bilang kami nggak aktif, tapi Bapak belum pernah kasih dukungan. Listrik nggak dibenerin, peralatan kami rusak. Gimana kami bisa siaran kalau Bapak sendiri nggak kasih kesempatan?"

Kepala sekolah mengernyit, menatap Renjun dengan tatapan tajam. "Jaga bicaramu, Hwang Renjun. Club penyiaran ini cuma menghabiskan waktu dan sumber daya sekolah. Kalau kalian nggak bisa menunjukkan hasil nyata, sebaiknya memang dibubarkan."

Seungmin maju selangkah lagi dengan mendengus sebal, hampir mengenai sisi meja kepala sekolah. Kalau membawa pisau tajam, ia akan menyuruh bapak-bapak bau tanah itu untuk menelannya.

"Semuanya bakalan ada hasil nyata kalau Bapak kasih kesempatan kita untuk tunjukkan kalau club ini penting buat sekolah!" ucapan tajam itu membuat kepala sekolah bungkam.

Mendengarnya, kepala sekolah malah tertawa kecil, seolah-olah meledek usaha mereka. "Buktikan? Dengan fasilitas yang kalian miliki sekarang, saya ragu kalian bisa melakukan apa-apa."

Kemarahan Renjun semakin memuncak, tetapi sebelum ia bisa berbuat lebih jauh Seungmin menegurnya tajam. "Renjun, cukup! Jangan sampai ini tambah buruk."

"Seungmin, kepala sekolah ini nggak pernah peduli sama kita. Bahkan dari awal, dia nggak ada niat buat dengar alasan kita," dengus Renjun, lalu mengalihkan pandanganya.

Seungmin menghela napas panjang, merasa serba salah. "Gue ngerti, Renjun. Tapi kalo lo bikin masalah, malah makin nggak ada harapan buat kita. Sekarang, tolong... tenang, ya?"

Renjun hanya diam dengan ekspresi masam, merasa kesal karena usahanya untuk membela club malah berujung pada kekacauan. Kepala sekolah menatap mereka dengan tatapan tidak simpatik, sebelum akhirnya mengusir mereka dari kantornya.

Setelah mereka keluar dari kantor, Jeongin menatap Renjun dengan kecewa. "Gue tahu lo marah, Njun. Jangan sampe lo malah bikin situasi makin susah. Sekarang, kepala sekolah makin yakin kalau kita ini cuma masalah."

Muñeca ⋮ Kim SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang