"Lumiere, kamu boleh duduk!" ucap sang dosen menuding sebuah bangku kosong dengan tatapannya.
"Baik, Profesor ..." sahut mahasiswa bernama Lumiere patuh dan langsung berlalu.
DEGHH ...
Lumiere? Pa-pangeran Lumiere? Benarkah itu kamu?
Elysia masih saja membeku menatap mahasiswa berpenampilan rapi itu. Bahkan dia juga menatap kepergiannya hingga pria itu duduk di salah satu bangku paling belakang.
"Elysia, kamu juga duduklah. Kelas hari ini akan segera dimulai."
Ucapan dosen membuyarkan angan Elysia. Gadis cantik berambut keemasan panjang itu mengangguk ramah dan patuh bak seorang mahasiswi teladan lalu
langsung mencari tempat duduk. Bahkan Elysia sengaja mencari tempat duduk tepat di samping pria itu.Di sepanjang mata kuliah, Elysia terus menatap pria itu dengan segala pertanyaan yang mengganggu dirinya saat ini.
Benarkah dia pangeran Lumiere? Tapi ... mengapa dia tidak mengenaliku?
Batin Elysia masih saja bertopang dagu menatapnya. Menyadari terus ditatap, pria itu menutup bukunya lalu beralih menatap Elysia.
"Ehh? Haii ..."
Elysia menarik sudut-sudut bibirnya dan menyapanya penuh binar. Namun, pria itu malah memberikan tatapan dingin dan tidak bersahabat. Dia bahkan memberikan sebuah isyarat agar Elysia fokus mendengarkan dosen yang sedang mengajar.
Hah? Apa maksudnya ini? Mengapa dia menatapku seperti itu? Pangeran Lumiere tidak pernah menatapku seperti itu ...
Elysia kembali bermonolog di dalam hati, melirik Lumiere yang kali ini sibuk mencatat sesuatu dengan bukunya.
Disaat jam kuliah berakhir, Elysia berusaha untuk mengejar Lumiere yang sudah lebih dulu meninggalkan aula kelas.
"Maaf ..." begitulah Elysia berkata di setiap kali dia tidak sengaja menabrak beberapa mahasiswa karena terburu-buru mengejar Lumiere.
"Uhm ... pangeran Lumiere, tunggu sebentar!"
Kali ini Elysia berhasil mengejar dan menarik ransel Lumiere. Dan saat ini mereka berhenti tepat di halaman utama Loveland University. Mereka berdua terlalu mencolok dan menawan hingga menjadi pusat perhatian hampir seluruh mahasiswa yang berlalu lalang.
"Wah ... bukankah dia adalah mahasiswi pindahan itu? Ternyata mereka berdua saling mengenal ya. Serasi sih ... cantik dan tampan ..." bisik seorang mahasiswi yang menyaksikan semua itu.
"Iya. Seperti seorang tuan putri dan pangeran saja." bisik mahasiswi lainnya.
Elysia mengukir senyuman penuh binar mendengarkan semua itu. Andai saja mereka tau, jika dirinya memanglah seorang putri Callestera. Dan pangeran Lumiere memanglah seorang pangeran dari Luminara.
Berbeda dengan Elysia. Lumiere malah merasa tidak nyaman dengan semua ini. Pria itu kembali memberikan tatapan dingin dan tidak bersahabat untuknya. Salah satu alis tegasnya diangkatnya, membuat tatapannya semakin menusuk.
"Ada apa?" tanya Lumiere dingin sambil melirik sisi ranselnya yang ditarik oleh Elysia.
Elysia langsung melepaskan tarikannya, mengukir senyum penuh binar dan kerinduan.
"Pangeran Lumiere, apa kamu tidak mengenaliku? Apa kamu kamu tidak mengingatku? Ini aku ..." ucap Elsysia penuh kerinduan. Suaranya bergetar penuh dengan harapan.
"Pangeran?" Lumiere mengangkat salah satu alis tegasnya kembali, lalu mendengus dalam tawa singkatnya. Seolah tengah mengejek.
"Kamu mahasiswi baru jurusan seni, bukan? Tidak aku sangka, di hari pertama kamu belajar rupanya kamu begitu berisik dan sangat mengganggu! Bahkan ... kamu juga menggunakan cara rendahan dan klise untuk mendekatiku. Tcchh ..." sembur Lumiere tanpa perasaan.
DEGHH ...
Mendengar untaian kata tersebut, Elysia terkejut bukan main. Dia sungguh tidak menyangka jika pria di hadapannya bisa berkata demikian. Kekasihnya yang selama ini selalu bersikap hangat dan lembut padanya, kini bisa melontarkan untaian kata yang menusuk dan tidak berperasaan.
Sebenarnya Elysia cukup terluka dan kecewa mendapatkan semua perlakuan ini. Seribu tahun dia terus menunggu sang kekasih. Bahkan dia sudah mengorbankan separuh keabadiannya untuk melewati portal di Shadowmere untuk menembus dunia manusia. Namun, pria itu malah bersikap dingin padanya.
Elysia masih membeku syok menatap kepergian Lumiere dengan sepasang manik hazel yang sudah berkaca-kaca.
Apa yang terjadi? Mengapa pangeran Lumiere seperti ini?
"Ingatan pangeran Lumiere tersegel setelah dia melepaskan kristal kehidupannya. Dan semua ini dia lakukan hanya untuk melindungi tuan putri dan Callestera." ucap Ulysses yang kini terbang di sampingnya.
Elysia meremas kuat pakaiannya. Berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.
Dia sudah melakukan segalanya untuk melindungiku dan Callestera. Maka aku juga akan melakukan segalanya untuknya. Aku tidak akan menyerah! Aku akan membuatnya kembali mengingat semuanya ... mengingatku dan semua kenangan kita!
Batin Elysia dengan tekad kuat.
Belum sempat dia beranjak dari tempatnya, seorang gadis berlarian mendatanginya.
"Elysia ... hoshhh ... hoshhh ..." gadis itu memegangi lututnya dan mengatur nafasnya, "Kamu cepat sekali berlari! Aku tidak bisa mengejarmu ... hoshhh ..."
"Ziel? Kamu ... mengapa ada di sini?" tanya Elysia bingung.
"Aku kuliah di sini. Kita bahkan seharian di ruangan yang sama. Hanya saja kamu malah selalu memperhatikan si dingin Lumiere itu! Berkali-kali aku juga berusaha memanggilmu, tapi kamu tidak mendengarku sama sekali. Hufftt ..." Graziella memasang raut cemberut dan terlihat kesal.
"Maaf, aku tidak menyadarinya." ucap Elysia merasa bersalah.
"Uhm ... Ziel, apa kamu mengenal pangeran ... uhm ... maksudku Lumiere? Bisakah kamu memberitahuku tentang dia?" imbuhnya bersemangat.
"Elysiaaa! Pleeeaaseeee ... kamu jangan dekat-dekat deh sama dia! Dia itu Ice Prince-nya di kampus kita. Dia juga sangat aneh dan penyendiri. Dan lagi! Dia nggak akan mudah jatuh cinta dan diluluhin! Aku percaya sih ... kamu itu sempurna dan caannntikkkk sekali seperti seorang putri! Tapi ... hatinya sudah beku. Kamu tidak akan berhasil ..."
"Hah? Tapi kenapa? Bukankah bisa saja dia akan membuka hatinya untukku?" tanya Elysia tak mengerti.
"Tidak ... kamu tidak akan bisa ..."
"Kenapa aku tidak bisa?"
"Karena dia sudah mencintai seorang gadis. Lebih baik kamu menyerah deh jika ingin mendekatinya." ucap Graziella sukses membuat Elysia terdiam syok.
DEGH ...
Apa? Baru saja terlahir kembali di dunia manusia, tapi dia sudah melupakanku begitu saja? Bahkan dia sudah mencintai gadis lain? Itu tidak mungkin ... tidak ...
Batin Elysia syok. Kenyataan ini sungguh sangat tiba-tiba dan mengguncang dirinya. Dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini.
Tuan putri, maafkan aku. Aku sungguh tidak mengerti mengenai hal ini.
Ucap Ulysses merasa bersalah. Dan ucapan hanya bisa didengarkan oleh Elysia. Elysia tidak menjawabnya, dia masih terlalu terkejut mengetahui semua ini.
"Lebih baik aku kenalin kamu sama cowok lain deh. Di kampus kita banyak kok pangeran-pangeran tampan yang nggak kalah ganteng dibanding Lumiere si es kutub yang aneh bin ajaib itu. Kamu jangan buta dan hanya melihat si dingin Lumiere! Kamu ini cantikkk sekali! Kamu tidak pantas untuk dia!" Graziella menggandeng Elysia dan mengajaknya meninggalkan kampus.
"Nanti malam ada perayaan pesta ulang tahun temanku. Kamu ikut yah! Kita beli gaun dan ke salon dulu yuk!!" ajak Graziella bersemangat.
Elysia tidak menghiraukannya. Hatinya kini sedang gundah memikirkan sesuatu.
Siapa gadis yang dicintainya? Apakah aku harus menyerah sampai di sini? Apa yang harus aku lakukan?
Batin Elysia bingung.
Tidak boleh!! Sudah 1000 tahun aku menunggunya. Aku tidak akan menyerah begitu saja!
Batin Elysia memantapkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Callestera Princess Crosses the World
FantasyMenjadi abadi dan memiliki keistimewaan luar biasa, nampaknya malah menjadi sebuah petaka untuk putri Elysia Callestera. Di hari pernikahannya bersama Pangeran Lumiere, sebuah bencana terjadi dan hampir melenyapkan kerajaan Callestera. Namun, pange...