Bab 12: The Same Gaze

234 12 2
                                    

Adalah sebuah kesalahan bagi Nigel karena berharap bahwa hubungannya dengan Rasi bisa diperbaiki hanya dalam hitungan hari. Laki-laki itu menaruh harapan terlalu besar terhadap sikap Rasi kepadanya sehingga tidak menyadari bahwa Rasi bisa saja mengambil jarak dan menganggapnya sebagai orang asing dalam dunia gadis itu.

Namun, apapun konsekuensi itu, Nigel tetap memilih untuk menjadi orang keras kepala. Sekeras kepala ketika ia datang ke rumah Rasi untuk mengajak gadis itu ke suatu tempat yang dulu sering mereka bicarakan.

"Malam, Tante."

Malam itu Nigel datang lengkap dengan senyum manis dan kehangatannya menyapa Dahlia yang menyambutnya di pintu rumah. Dahlia—orang yang paling menginginkan kehadiran Nigel untuk hidup putrinya—otomatis tersenyum saat melihat tamu yang mengetuk pintu rumahnya adalah Nigel.

"Nigel, ada perlu apa malem-malem?" tanya Dahlia dengan senyum sehangat matahari pagi.

"Aku boleh ketemu Rasi, nggak, Tan?" tanya Nigel.

Dahlia terdiam selama beberapa saat. Tubuhnya membeku karena kebingungan harus bereaksi bagaimana atas permintaan Nigel kepadanya. Wanita itu tentu senang karena Nigel—laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai anak—datang dan meminta bertemu dengan putri kesayangannya. Namun, Dahlia juga tidak bisa menyingkirkan fakta bahwa Nigel adalah seseorang yang melukai hati Rasi sedemikian dalamnya.

"Ehm... itu..."

"Siapa, Ma?"

Dahlia dan Nigel otomatis menoleh ke belakang saat mendengar suara Rasi. Gadis itu turun dari kamarnya di lantai atas dengan celana pendek santai dan baju kaus oversize. Nigel terpaku, menatap lurus ke arah Rasi yang baru pertama kali ia lihat berpenampilan santai seperti ini.

"Rasi, ini ada Nigel," ujar Dahlia dengan senyum tipis. "Mau ngobrol sebentar?"

"Kenapa dia kesini, Ma?" Pertanyaan itu memang diarahkan untuk Dahlia, tetapi tatapan Rasi masih mengarah kepada Nigel yang berdiri beberapa meter dari dirinya.

"Mau jalan keluar, Ras?"

Satu-satunya hal yang ingin Rasi lakukan malam itu adalah memukul wajah Nigel sampai babak belur. Gadis itu berusaha mati-matian mempertahankan harga dirinya agar usahanya melupakan Nigel tidak sia-sia. Namun, Nigel hanya melakukan beberapa hal sampai akhirnya usaha Rasi hancur tak tersisa.

Ujung baju yang dipakai Rasi diremas kuat-kuat ketika Rasi mati-matian berusaha untuk menahan keinginannya menyetujui ajakan Nigel. Gadis itu tidak hanya meremat ujung bajunya, tetapi menggigit bibirnya hingga terasa sakit.

"Kalau kamu nggak mau, nggak apa. Aku kebetulan lewat rumah kamu jadi mampir seben—

"Pergi kemana?"

"Ke taman baca."

Nigel membeku. Rasi juga mematung. Hanya Dahlia yang menatap bergantian ke arah Rasi dan Nigel yang sama-sama terdiam saling menatap satu sama lain.

"Aku izin pergi sama Nigel, ya, Ma."

Dan begitu saja, seluruh usaha Rasi untuk melupakan Nigel berakhir sia-sia. Tembok pertahanan yang menjulang tinggi itu runtuh begitu saja hanya karena satu ajakan secara tiba-tiba di malam hari oleh Nigel.

()

Mereka menamai taman pinggir kota itu dengan sebutan Taman Baca. Tidak ada buku-buku atau ruang khusus untuk membaca di ruangan itu. Hanya saja karena Nigel dan Rasi sering menghabiskan waktu bersama dengan membaca buku disana, mereka sepakat menyebutnya sebagai taman baca.

"Kamu nggak bawa buku?" tanya Nigel.

"Udah malam." Rasi menjawab tanpa menoleh ke arah Nigel yang sejak tadi memperhatikannya. "Kalau jalan itu lihat ke depan, Nigel."

Turning PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang