Bab 14: A Little Happiness

180 13 5
                                    

Rasi tidak pernah menyangka ia akan menuruti kemauan Nigel siang itu. Tiba-tiba saja hatinya berkhianat, mengelabuhi logikanya yang mati-matian memohon agar Rasi menolak ajakan Nigel untuk membeli kado ulang tahun.

Kata Nigel, Bunda—ibu laki-laki itu—merayakan ulang tahun beberapa hari. Dan Nigel dengan segala kegigihannya berhasil mengajak Rasi ke salah satu mall yang jaraknya tidak jauh dari kampus mereka.

"Menurut kamu, beliin apa ya, Ras?" tanya Nigel saat mereka berjalan menaiki eksalator.

"Emang Bunda kamu suka apa?" balas Rasi

"Nggak tau," jawab Nigel. "Bunda suka semuanya."

Sejenak Rasi terdiam, memikirkan saran apa yang tepat untuk Nigel. Selama Rasi termenung, Nigel memperhatikan gadis yang berjalan di sebelahnya dengan saksama. Sungguh, jika mereka tidak berada di dalam mall yang cukup ramai, Nigel ingin mendaratkan satu kecupan manis di pipi mungil Rasi.

"Kalau parfum?" Ide itu terlintas di kepalanya.

"Oke. Parfum." Dan Nigel menyambut senang, ia tersenyum lebar. "Kamu yang pilih, ya? Aku nggak tau selera cewek."

Mereka masuk ke salah satu store kecantikan dan mulai menjelajah seluruh section untuk menemukan parfum yang cocok dijadikan hadiah untuk Natasha. Keduanya berdiri cukup lama, dengan Rasi yang beberapa kali menyemprotkan isi parfume ke atas pergelangan tangannya.

"Kalau yang ini gimana?" Rasi menyodorkan pergelangan tangannya di depan hidung Nigel secara tiba-tiba.

"Wanginya kamu banget," tanggap Nigel. "Aku jadi pengen beliin ini buat kamu."

"Kan kesini tujuannya cari kado buat bundamu," balas Rasi, melengos.

"Tapi kalau kamu suka parfum yang itu, aku bisa beliin." Nigel mengikuti langkah Rasi yang kini berpindah tempat.

"Aku bisa beli sendiri," ujar Rasi, memupuskan seluruh harapan yang sempat berkumpul di atas kepala Nigel.

Hampir satu jam mereka menghabiskan waktu di store parfume tersebut dengan berbagai percakapan yang mengalir begitu saja. Entah itu tentang politik dunia, isu panas dalam negeri, bahkan obrolan tidak penting seperti kapan kucing kesayangan Nigel melahirkan. Semuanya obrolan itu terasa hangat. Dan Nigel tahu bahwa Rasi adalah satu-satunya orang yang bisa diajaknya membicarakan berbagai hal.

()

"Padahal kalau tadi kamu minta makan steak bakal aku kasih, loh, Ras."

Rasi yang sibuk meracik mie ayam yang mengepulkan uap panas itu segera menatap sangsi ke arah Nigel. Sejak kapan Nigel jadi sepercaya diri ini dengan kekayaan yang cowok itu miliki?

"Kayanya dulu kamu paling nggak suka pamer kalau kamu orang kaya, deh," celetuk Rasi.

"Maksud kamu, aku pamer karena ngajak kamu makan steak?" Nigel tertawa kecil ketika melontarkan pertanyaan itu.

Beberapa jam lalu setelah berkeliling mencari parfum yang cocok untuk kado Natasha, Rasi menolak saat Nigel menawarkannya makan di salah satu restauran terkenal. Bukan karena gadis itu takut dianggap matre, tapi ada makanan yang lebih ia inginkan ketimbang potongan daging dengan harga fantastis itu.

Mie ayam SMA. Begitu Rasi menyebut tempat mie ayam kesukaannya sejak ia duduk di bangku SMA.

"Kehidupan kamu gimana, Ras?" tanya Nigel tiba-tiba.

"Kehidupan yang mana?"

"Semuanya. Hidup kamu selama dua tahun ini... bagaimana?"

Ada banyak sekali jawaban sekaligus pertanyaan di dalam kepala Rasi untuk pertanyaan Nigel. Jawaban tentang kehidupannya di Australia bersama keluarga kecilnya. Atau kehidupannya yang mati-matian berusaha melenyapkan perasaannya untuk Nigel.

Turning PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang