Pagi ini, Seantero sekolah dibuat gempar akan kedatangan Si Kembar yang menginjakkan kaki di sekolah setelah keluar dari dalam mobil bersamaan. Keduanya menjadi pusat perhatian, tatkala Marsella merangkul bahu Maulani menuju kelas mereka dengan senyuman yang terpancar disepanjang koridor.
Bahkan, Jasinda dan Safira sendiri melongo, keduanya bergeming di depan kelas saat melihat bahwa Marsella mulai menaruh tasnya disamping gadis pendek itu.
“Weh, itu tempat gua!” Protes Safira, pasalnya ia tak ingin dipisahkan dengan Maulani.
“Sekarang jadi tempat gue, karena gue kembarannya. Gue harus jaga adek-adek gue mulai sekarang” Balas Marsella acuh, namun sukses membuat Maulani tergelak kecil.
“Buset, kesambet apaan lo? Kok bisa tiba-tiba akur gini?” Tanya Jasinda penasaran, kini gadis itu duduk dihadapan Marsella, sementara Safira duduk dihadapan Maulani.
“Ya ngga pa-pa, lagi pengen akur aja mulai sekarang. Gue muak berantem terus” Balasnya, seraya mengedikan bahunya acuh.
Jasinda dan Safira saling bertatapan antara satu sama lain, “Lah, kocak!”
Marsella dan Maulani tertawa kecil, menggelengkan kepalanya oleh balasan dari kedua gadis itu.
“Yang serius, ah!” Celetuk Safira.
“Iya, Pir. Emang kita mau akur aja, daripada berantem mulu malah bikin kalian ngedumel?” Kekeh Maulani.
Safira menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “Terus, gue duduk dimana?”
“Ya, sama Jasinda. Lo mau duduk sama Jihan?” Tawar Marsella seraya menunjuk seorang gadis dengan rambut hitam panjang berponi dengan raut wajah tanpa ekspresi itu.
“Jihan?! Ogah! Gue ngomong ama tembok, yang ada! Mendingan gue duduk ama Jasinda meskipun nih bocah kayak tai” Sengit Safira.
Jasinda membulatkan matanya, “Palelu! Enak aja cewek secakep gue dikatain kayak tai!”
“Yasudah, kan gue mah menawarkan aja. Tapi, gue tetep duduk disini sama Lani” Sahut Marsella.
“Ck, suka suka lo!” Balas Jasinda.
“By the way, nanti istirahat mau ke kantin bareng?” Ajak Maulani, tentu saja Marsella mengangguk setuju.
“Gas, lah! Gue mau makan Mie Ayam!”
“Gue juga!” Sahut Jasinda.
Safira mengangguk setuju, “Boleh, tuh. Nanti ambil meja yang agak pojokan aja, gue males ketemu rame orang”
Ketiga gadis itu mengangguk setuju dengan pernyataan Safira. Tak lama kemudian, bunyi bel jam pelajaran pertama berbunyi, membuat mereka memilih untuk kembali ke tempat masing-masing untuk mengikuti jam pelajaran pertama mereka.
***
“Suapan terakㅡish, Lan. Terakhir doang, ya Allah”
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Historia Corta𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...