Bab 5

47 0 0
                                    

    Bel istirahat berbunyi.

    Murid dari kelas lain berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju ke kantin, ada yang ke toilet, atau main ke kelas sebelah sekadar mencari pinjaman buku catatan.

    “Kalian jadi ikut, nggak?” Fai berdiri di samping meja Benz.

    “Ikut ke mana?” tanya Lui, teman sebangku Benz.

    “Baksos.”

    “Nggak.” Lui dan Tantra langsung menolak. Begitu juga dengan Benz yang menggelengkan kepala.

    “Ayolah!” Fai memasang wajah manis agar teman-temannya terbujuk. “Buat nambah pengalaman. Nambah teman juga. Bakalan seru kok.”

    “Mending main PS di rumah Benz. Adem.” Tantra tidak termakan bujukan.

    Fai sedikit kecewa melihat teman-temannya yang tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan sosial, namun ia tidak bisa memaksa. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya yang bergetar, tersenyum kecil ia melihat nama si penelepon.

    “Halo,” sapa Fai ke orang yang di seberang telepon. “Oke. Oke. Aku segera ke sana.”

    “Siapa?” Benz yang sudah tahu si penelepon tetap bertanya. Ia bisa memastikan bahwa Eron juga ada di sana – bersama Yuan.

    “Mau ambil formulir pendaftaran.”

    “Mereka ikut baksos?” Benz yang penasaran, berpura-pura bertanya sambil lalu.

    “Hmp. Mereka ikut. Nggak seperti kalian.” Fai pura-pura ngambek, mengambil dompet kecil dari dalam tas.

    “Mau ke mana?” tanya Benz lagi.

    “Kantin.”

    “Ikut.” Benz menutup buku.

    “Ikut?” kening Fai mengernyit. Tidak biasanya Benz ke kantin, biasanya dan setahunya Benz selalu jajan di koperasi, karena di sana tidak seramai di kantin.

    “Ngapain ke kantin? Biasanya juga ke kantin.” Lui mendapat lirikan dari Fai - karena keduanya memiliki pemikiran yang sama.

    “Lihat-lihat kantin,” sahut Benz, tidak peduli.

    “Nggak ada yang bisa dilihat di kantin.” Tantra merangkul pundak Benz. “Yuk, kita nongkrong di ruang OSIS. Di sana lagi ngumpul cewek-cewek OSIS buat persiapan Porak.”

    “Nah, ikut!” Lui langsung bersemangat, lekas beranjak dari duduk.

    Benz menepuk-nepuk punggung tangan Tantra yang berada di pundaknya. Ia hanya tersenyum tanpa berkata sepatah kata pun.

    “Yuk, Fai!” Benz memanggil Fai agar segera ke kantin.

    Fai, Lui, dan Tantra saling melempar pandang bingung dengan sikap tak biasa Benz. Benz adalah tipikal yang berpendirian kuat, tidak mudah dibujuk maupun dirayu.

    Dalam beberapa meter ke depan, Benz bisa melihat kantin yang dipenuhi oleh murid-murid yang berdesakan di depan tenant. Meja-meja yang sudah ditempati para murid. Suara gaduh ramai, saling berteriak memanggil ibu kantin, serta suara mengobrol saling tumpang-tindih terdengar di kejauhan.

    Kehadiran Benz di sana cukup menarik perhatian. Mendadak ia menjadi pusat perhatian para cewek yang mulai berkasak-kusuk. Bagi para cewek, satu objek yang menarik perhatian, maka panjanglah penggibahan mereka. Dari satu senti bisa sampai berjengkal-jengkal.

    Bola mata Benz mencari-cari keberadaan Eron. Seseorang mengangkat tangan, Yuan memberitahukan keberadaannya, tapi Benz tidak melihat Eron di sana. Tanpa sadar ia mengembus napas kecewa tak kentara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌈BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang