05

586 64 4
                                    

Ryuu mendongak menatap bangunan sederhana yang berdiri di hadapannya.

"Jadi seperti inilah tempat kerjamu?"

Ryuu menurunkan kembali pandangannya. Dahinya agak mengernyit ketika ia menatap ke area sekitar yang dipenuhi oleh anak-anak kecil yang sedang bermain.

"Penuh dengan anak-anak, hm?"

Ryuu menoleh untuk melihat pria tinggi di sebelahnya.

Dia adalah Zayn, suaminya yang manis.

Yah mereka berdua telah menikah. Meresmikan hubungan setelah melalui banyak proses rintangan.

"Hum, aku pikir aku cocok," kata Zayn dengan ekspresi kalem.

Zayn tidak pandai melakukan apapun. Dia tidak cerdas dan begitu cekatan, jadi maka dari itu dia hanya membutuhkan sebuah pekerjaan yang dikiranya cukup mampu ia atasi dengan mudah.

Dan dipikirnya menjadi penjaga anak-anak di rumah penitipan anak adalah termasuk pekerjaan mudah.

"Kamu menyukai anak-anak ya?"

"Sedikit," jawab Zayn lembut.

Ryuu melipat tangannya di depan dada dan tersenyum manis. "Yah jika kamu benar-benar menyukai anak-anak kamu pasti akan cocok bekerja di sini," katanya.

"Apakah kamu tertarik untuk bekerja bersamaku?"

"Um ini tawaran yang menggoda, tapi sepertinya aku tidak bisa."

Ryuu mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Bagaimana ya, selain tempat kerja yang kurang cocok karena aku yang tidak terlalu menyukai anak-anak, aku juga tidak akan bisa fokus jika bekerja di dalam satu tempat denganmu."

Zayn yang sebelumnya berdiri tegak menjadi tegang ketika merasa Ryuu mulai condong mendekatinya dengan gayanya yang genit sengaja untuk menggodanya.

"Kamu dan aku tidak pernah tahan untuk menahan diri masing-masing, aku tidak ingin di tempat kerja, kita menjadi orang yang penuh nafsu untuk terus membuat anak sendiri dari pada fokus menjaga anak-anak yang dititipkan."

Bisikan setan!

Cup!

Bibir lembut Ryuu yang menggoda berhasil mencuri satu kecupan manis di sudut bibir pihak lain yang tercengang akan tingkahnya.

"Semangatlah, aku akan menyambutmu di rumah nanti dengan kejutan."

Zayn yang tidak kuasa menahan diri lagi harus menarik pinggang Ryuu dan membawanya mendekat ke pelukannya.

"Kejutan apa kali ini? Apakah kamu akan menyambutku dengan hanya menggunakan apron tanpa pakaian?"

Ryuu terkekeh pelan. Dia kembali mencondongkan tubuh untuk memberi kecupan manis di sisi pipi Zayn lalu bergerak mundur melepaskan pelukan.

"Kamu akan tahu nanti," tuturnya dengan senyuman cantik sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Aku akan pulang dan menunggumu, sampai jumpa nanti."

Zayn hanya bisa tersenyum lembut penuh kasih sembari membalas lambaian kekasihnya yang perlahan berjalan menjauh.

-

"Tidak beruntung."

Zayn mengernyit menatap rekan kerjanya yang menatapnya prihatin. Apa yang tidak beruntung?

"Kamu menjadi pengganti Amy, ah, bagaimana ya aku menjelaskan?"

Dandi, rekan kerja Zayn yang baru tampak memasang ekspresi berpikir yang begitu jelas.

"Jadi seperti ini, teman, Amy sebelumnya adalah kakak pengajar di kelas 2."

Zayn mendengarkan dengan seksama.

"Dia mundur karena merasa seperti dipermalukan oleh seorang anak nakal yang ada di kelas itu."

"Anak nakal?"

Dandi mengangguk.

"Sebenarnya tidak hanya Amy, namun beberapa orang yang mendaftar sebelumnya juga banyak yang kewalahan."

Seburuk apa anak itu?

"Aku akan berusaha untuk terus bertahan, tapi bolehkah aku tahu mengapa anak ini bersikap seperti itu?"

Dandi mengangkat bahunya dengan gerakan ringan tanda tidak tahu.

"Kami juga tidak mengerti."

"Lalu apakah ada dari kalian yang pernah bertanya perlahan tentang masalah anak itu?"

Dandi menggeleng.

"Sebenarnya dia anak yang cukup manis dan tampan," tutur Dandi menambahkan.

"Satu hal yang aku tahu hanya fakta tentang dia sebenarnya adalah anak dari orang tua tunggal."

Zayn, "..."

"Hah sebenarnya aku tidak ingin menilai seperti ini, tapi kebanyakan anak yang memiliki orang tua tunggal akan tumbuh menjadi anak yang nakal."

Zayn, "..."

Meski sangat ingin menyanggah opini Dandi, Zayn harus menahan diri dan menutup mulutnya rapat.

Dia tidak bisa berdebat dengan rekan kerjanya di hari pertama bekerja, 'kan?

"Sudahlah aku hanya bisa memberimu semangat, sekarang aku akan mengantarkanmu ke kelasnya."

Rumah penitipan anak ini hanya menerima anak-anak berumur 2-6 tahun. Selain sebagai tempat penitipan, rumah ini juga memiliki peran untuk sedikit memberi pelajaran umum untuk anak-anak.

"Bajingan!"

Dandi dan Zayn tertegun.

Mereka baru saja sampai di ambang pintu hendak ke dalam kelas tapi malah disuguhi oleh pemandangan runyam ini.

Dua anak sedang saling berguling dan menindih untuk memukuli satu sama lain.

Mereka bertengkar dengan sengit sampai tidak menyadari kakak pengajar telah tiba dan melihat pemandangan ini.

"Siapa yang kamu sebut haram?!" Rully menduduki lawannya dengan penuh dominasi.

"Tahukah kamu bahwa sebenarnya mulutmu yang lebih haram dan menjijikkan daripada kami!"

Mata Rully menyala penuh amarah.

"Sekarang biarkan aku memukul mulut busukmu itu dengan tanganku, dasar kamu anak babi!"

Dan kekacauan pun segera dimulai.

---
Tbc

(Hiatus) [ABO] Happy Family! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang