Frostfire duduk di meja belajar, wajahnya serius saat menatap layar laptop. Suara ketukan jari-jarinya di keyboard menciptakan irama yang monoton.
Pemuda itu sedang mentransfer uang dari rekening orangtuanya ke rekening pribadinya, berharap tidak ada yang menyadarinya.
Namun, saat Glacier melintas, dia tidak sengaja melihat layar laptop Frostfire yang menampilkan proses transfer. Glacier menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Frostfire.
"Frostfire! Apa yang lo lakuin!" seru Glacier.
Frostfire menoleh, terlihat tidak terganggu dengan pertanyaan Glacier. "Hah? Oh, ini cuma transfer biasa," jawabnya dengan santai.
"Biasa? Lo ngambil uang tanpa izin orangtua! Itu bukan hal yang biasa, Frost!" Glacier tidak bisa menahan kemarahannya lagi. Dia melangkah lebih dekat, menuntut penjelasan.
Frostfire tersenyum. "Come on, Glacier. Mereka nggak akan keberatan. Ini cuma sedikit. Lagipula, kita butuh uang buat jalan-jalan nanti," katanya, berusaha meyakinkan adik kembarnya itu.
Glacier menggelengkan kepala. "Tapi ini salah, Frost. Lo harus bilang ke mereka."
Frostfire mengalihkan perhatian Glacier dengan tepukan lembut di kepalanya. "Dengerin gue, Glacier. Kita bisa ngelakuin ini bareng-bareng. Anggap aja kita ambil sedikit dari mereka, dan nanti kita balikin. Lo juga mau jalan-jalan, kan? Ini kesempatan kita buat seneng-seneng."
"Lo tahu gue bukan orang yang suka hal kayak gini," balas Glacier.
"Just give it a chance, okay? Lo kan selalu berusaha bikin kita bahagia di rumah. Biar gue yang tanggung jawab kalau ada masalah. Lagipula, emang mereka bakal tahu kalau gue ambil uang tanpa izin?" Frostfire menambahkan, dia masih berusaha mempengaruhi adik kembarnya.
"Terserah lo, jangan ambil banyak-banyak!" peringat Glacier sebelum merebahkan dirinya ke atas kasur.
Supra yang baru saja ingin masuk ke kamarnya, merasakan penasaran ketika mendengar suara dua abang sepupunya. Dengan langkah pelan, Supra bergerak mendekati pintu kamar Frostfire dan Glacier, mendengarkan percakapan antara abang sepupunya itu.
Setelah mendengar cukup banyak, Supra merasa bahwa dia tidak seharusnya berada di sana lebih lama. Mungkin ini bukan urusannya, dan dia tidak ingin terlibat dalam masalah yang mungkin timbul. Dengan cepat, Supra menarik kepala dari celah pintu dan mundur sedikit, sebelum melangkah ke kamarnya.
Supra menutup pintunya pelan-pelan, memastikan tidak menimbulkan suara, dan menghela napas panjang. Supra duduk di tepi tempat tidurnya, merenungkan apa yang baru saja dilihat dan didengarnya. Ekspresi wajah Glacier yang khawatir dan Frostfire yang santai terus terbayang di benaknya.
"Abang Frostfire udah gila," gumam Supra, dia memilih untuk memainkan ponselnya tanpa memikirkan apa yang dia dengarkan tadi.
Supra mendengar suara ketukan pintu, dia meletakkan ponselnya dan membuka pintu kamar. Supra langsung mundur selangkah karena terkejut melihat Frostfire berdiri di depan kamarnya.
"Supra, kita perlu ngobrol," ujar Frostfire sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Dia duduk di kursi dekat meja belajar Supra.
"Kenapa lo ada di sini, Bang?" tanya Supra dengan suara pelan.
Frostfire tertawa. "Gini, lo tau, kan, gue nggak mau keluarga kita ada masalah?" Suaranya terdengar santai, mata Frostfire tetap mengamati reaksi adik sepupunya. "Gue sayang sama lo, Supra. Gue selalu pengen yang terbaik buat lo dan keluarga kita."
Supra mengerutkan alisnya, mencoba memahami maksud Frostfire. Frostfire mencondongkan tubuh ke arah Supra. "Lo inget nggak waktu lo baru pertama kali masuk sekolah dulu pas SMP, siapa yang bantuin lo pas lo nggak punya teman? Siapa yang bawa lo kenalan sama temen-temen gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanficStart 24 Mei 2024. End 20 November 2024. Setelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, a...