Masa kalian jadi silent readers terus? :(
Vote dan komen gak🫵
Selamat membaca :)
•••
Di dalam kamar, tepatnya di balkon kamar itu, seorang gadis tengah berdiri dengan manik yang tak lepas memandangi langit malam yang mendung dengan kilatan petir yang sesekali menghiasinya. Manik mata indah itu terpejam saat angin lembut terasa menyapu wajahnya dan pada saat itu juga air mata yang ia tahan luruh seketika, gadis itu terisak pilu lalu jatuh terduduk di lantai balkon yang dingin."Kak Alzam ... Ais sakit," lirihnya saat teringat dengan segala ucapan dan perlakuan buruk dari laki-laki yang ingin ia andalkan dan percayai seumur hidupnya setelah sang ayah.
"Kenapa Kakak tega nyakitin Ais?" Tangan gadis itu terangkat memukul pelan dadanya yang terasa sesak, "Ais benci Kak Alzam ... tapi Ais juga kangen," ucap gadis itu dengan air mata yang bercucuran dan sudut bibir yang melengkung membentuk senyuman, gadis itu tersenyum pedih, ia ingin membenci tapi hatinya selalu meneriakkan kerinduan akan sosok yang ia cinta.
"Ais harap keputusan yang Ais ambil ini bisa bikin Kak Alzam jadi lebih baik dan Ais pun bakal berusaha menjadi perempuan yang lebih baik lagi, nanti jemput Ais, ya, Kak, Ais kangen ...." Aisha memeluk kedua lututnya lalu menenggelamkan wajahnya di sana, gadis itu menangis sejadi-jadinya hingga suara seseorang yang begitu ia rindukan menyapu telinganya.
"Aisha!"
Manik gadis itu menyapu sekitar, mencari sumber dari suara yang begitu familiar ditelinganya, gadis itu berdiri seraya menghapus jejak air matanya saat maniknya menemukan sosok laki-laki yang begitu dirindukannya namun tak ingin ia temui untuk saat ini.
"Kak Alzam?" gumamnya lalu berbalik hendak masuk ke dalam ingin menghindari laki-laki itu namun teriakan Alzam yang memohon menghentikan niatnya.
"Aisha! Gue mohon!" Melihat Aisha berhenti dan menunggunya, membuat harapan laki-laki itu seketika menggunung, Alzam berusaha dengan cepat memanjat gerbang besi itu, ia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk meminta maaf pada gadisnya.
Dengan napas memburu, laki-laki itu akhirnya bisa masuk, "Please, gue mohon tunggu bentar," Alzam berujar dengan netra yang menyapu pandangannya pada sekitar, mencari sesuatu yang bisa membantunya untuk naik dan lebih dekat dengan Aisha yang berada di lantai dua.
"Ais gak mau ngomong dan ketemu sama Kak Alzam," ucap Aisha dengan pandangan dan nada bicara yang datar namun ekor matanya tak berhenti mengikuti pergerakan laki-laki itu.
Netra laki-laki itu berhenti pada tangga yang berada di samping pohon mangga, "Tapi gue mau!" sahut Alzam seraya berlari dan mengangkat tangga itu.
Laki-laki itu mulai menaiki anak tangga satu persatu lalu melompati pembatas balkon kamar hingga ia tepat berada di hadapan Aisha, "Ais bilang gak mau berarti gak mau," kata Aisha seraya berbalik hendak pergi namun dengan cepat, Alzam mencekal lengannya, menahan agar Aisha tetap di sana.
"Kakak mohon, dengerin penjelasan Kakak dulu ya?" bujuk laki-laki itu dengan suara yang dibuat selembut kapas agar gadisnya luluh.
Aisha merotasikan bolamatanya lalu menghempas tangan Alzam yang menahan lengannya lalu berujar dengan menatap tepat pada netra gelap kepunyaan laki-laki itu, "Kakak tuh emang gak pernah hormatin keputusan Ais ya."
"Sayang ... bukan gitu maksudnya." Wajah Alzam memelas meminta belas kasih dari sang isteri, Aisha yang melihatnya menarik napas dalam lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sekarang aja ngomongnya bisa dilembutin," Aisha terkekeh, "Kenapa gak dari kemaren-kemaren Kak Alzam bersikap lembut dan dengerin Ais ngomong?"
"Maaf, maafin Kakak ya, Kakak bener-bener nyesel udah bersikap kasar sama kamu." Kepala Alzam tertunduk, menyesali semua perkataan dan perbuatannya yang menyakiti sang isteri, "Kemaren Kakak bener-bener dikuasai amarah karena cemburu sama ustaz itu, sekarang udah enggak, apalagi dia juga udah keluar, sekarang Kakak udah tenang kalo kamu balik ke pesantren," lanjut Alzam lengkap dengan senyum dan mata berbinarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagfirullah, Alzam! (On Going)
Novela Juvenil⚠️17+ (Berisi kata-kata kasar, harap bijak!) Spin of Bukan Cerminan [Religi - Teenfiction] Apa yang terlintas dalam benakmu, ketika mendengar nama, Alzam? Seseorang yang soleh? Tekun beribadah atau seseorang yang berwawasan luas? Tetapi, bagaimana...