(chapter 1) - hari pertama, misi pertama.

6 1 0
                                    

Blessed are the currios because they will have adventures

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blessed are the currios because they will have adventures.

                 Siapa bilang pra mpls SMA tidak sibuk? Buktinya, aku sekarang sangat sibuk mencari pulpen untuk menandatangani daftar hadir peserta didik baru. Hanya bisa melirik ke kanan dan ke kiri akibat lidahku yang seolah terkunci, sulit bicara (maaf, bukan berkebutuhan khusus ya, memang aku saja yang pemalu!). Tidak satu pun dari murid-murid baru ini ada yang ku kenali, tak ada teman SMP, SD, atau bahkan TK yang lanjut ke sekolah SMA yang aku masuki ini.

                 "Hai," sapa seorang gadis yang rambutnya di kuncir dua dengan jepitan bunga tulip di dekat ikat rambutnya.
                 "Gaada pulpen ya? Nih pake punyaku aja dulu," gadis itu menyodorkan pulpen snowman miliknya kepadaku.
                 Aku mengambil pulpen itu darinya, "Makasih ya." Gadis itu mendaratkan bokongnya di bangku sebelah kananku. Sebenarnya dua kursi di sampingku sudah ada yang menempati dari tadi, tapi orang yang duduk di sampingku sempat muntah di tengah tengah acara pembukaan (suhu ruangan auditorium ini dingin, rumornya, orang tadi alergi dingin, makanya dia muntah muntah). Sebab itu bangku di kananku kosong sebelum gadis pulpen ini mendatangiku. Setelah aku membolak-balikkan kertas absen akhirnya aku menemukan nama 'Hilara Cahyaningrum' di kertas halaman 3, tepatnya di daftar hadir kelas X IPA 3.

               4, nomor urut absenku. Mataku tertuju pada nomor absen 1, Afghanistan. Namanya bagus banget, tapi ko ga asing ya?  bukan karena namanya kayak nama negara, tapi namanya kayak nama orang yang aku kenal, hanya saja, seingatku aku belum pernah punya temen ataupun kenalan yang namanya Afghanistan... batinku. Aku penasaran banget kok namanya familiar ya? Nanti kalau sudah masuk sekolah, aku bakal cari dia deh. 
              "Kamu Hilara kan?" gadis tadi menyeletuk, "aku lihat postingan twibbon kamu di instagram. Keren banget name tag kamu, lucu deh model-nya lebah lebah. Aku yakin deh kayaknya kamu yang dapet pernghargaan name tag ter-kreatif nanti dari osis!" pujinya terhadap name tag ospek buatanku.
                Aku cuma bisa menyengir membalas pujiannya, mungkin saja di matanya saat ini sudah terlihat pipiku yang merah seperti tomat matang, tersipu.
               "Hehe bisa aja kamu. Banyak kok yang name tag-nya bagus bagus. Oh iya, nama kamu siapa? aku Lara." Gadis itu menarik tanganku, alih-alih jabat tangan tanda perkenalan.
               "Ainun Ainara, panggil aja Ai." Aku mengangguki-nya,
               "Nice to meet you Ai."
Perkenalan singkat itu berjalan lancar. Ainun Ainara, teman pertamaku dari kelas X IPA 4.

                Setelah acara selesai, aku menuju ke kamar. Disinilah aku, boarding school. Entah hoki apa yang menghampiriku, aku menemukan kamarku yang di depan pintu terpampang papan bertuliskan L1-001 artinya kamar pertama di lantai satu dari asrama yang berlantai tiga. Sebenarnya tempatnya cukup strategis, karena bertetangga aliasn bersebelahan dengan kamar pembina. Kabarnya, bunda Sekar, pembina asrama terlama itu terkenal cukup moody-an. Sekali beliau naik pitam, DUARR! meledak asrama putri! Takut-takut nanti aku dan teman teman kamarku sedang karaokean disaat suasana hati bunda sedang buruk, bisa-bisa nanti kami di labrak langsung, haduh...

                Ceklek. 3 perempuan di dalam kamar menoleh ke arah pintu saat aku memutar kenop pintu kamar. 3 orang itu adalah teman kamarku, sudah tiba lebih dulu dariku rupanya. Syifa Filana, perempuan dengan uraian rambut sepundaknya tak lupa t-shirt denim bergambar Batman di ujung atasnya serta Pegged Pants hitam yang ia kenakan. 2 perempuan lainnya kompak mengenakan Flared Skirt krem, yang satu menggunakan atasan Blouse pink dan satunya mengenakan Hoodie krem, keduanya masih memakai hijab, tentunya hijab instan.
                "Halo Lara! welcome to our room beibeh!" seru Akarsana. Panggil saja dia Karsa.
Sedangkan perempuan dengan Blouse pink tadi namanya Dahayu Marnata, sekedar melambaikan tangan padaku bersamaan dengan Syifa.
               "Syukur deh kamarnya udah bersih banget pas kita masuk," ucap Syifa, "kamu kesisaan lemari bareng aku, lemari yang kiri udah di keep sama Karsa dan Ayu, gapapa kan?" tanyanya.
               Aku mengangguk menanggapi, "Gapapa kok, lagian lemarinya sama aja deh." Syifa mengacungkan 2 jempolnya kepadaku. Kami sudah saling kenal nama sebelum masuk tatap muka, sebab beberapa hari yang lalu, kami saling mencari kontak ataupun media sosial yang kami miliki satu sama lain, kemudian membentuk grup obrolan kamar, sudah sepatutnya begitu bukan? Ya setidaknya mungkin tidak terlalu canggung di banding tidak pernah mengobrol sebelum bertatap muka. Karena hari ini cukup melelahkan, akhirnya kami berempat memutuskan untuk tidur siang, mempersingkat durasi hari yang melelahkan ini dari kesadaran kami.


kira-kira Lara beneran mau nyari Afghanistan gak ya? 

See u guys, enjoy ur reading!
Nantikan kelanjutannya ya, semoga suka :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cara lara bicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang