Chapter 6 [ M ]

485 40 7
                                    


Warning 21+, full di karyakarsa yes.






Disini lah Gawon berakhir didalam mobil hitam milik Heeseung, terduduk dengan kepala yang pusing dan rasa takut karena Heeseung sepertinya terlihat tengah dilanda rasa marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disini lah Gawon berakhir didalam mobil hitam milik Heeseung, terduduk dengan kepala yang pusing dan rasa takut karena Heeseung sepertinya terlihat tengah dilanda rasa marah.

“Hampir jam satu pagi, bukannya tadi bilang akan pulang sebelum tengah malam?” ucap Heeseung membuat Gawon mengantupkan bibirnya rapat.

“Maaf.” hanya kata maaf yang dapat Gawon sampaikan sekarang, ia paham dan tau sekali bahwa ia berbuat salah.

Heeseung kembali fokus pada jalanan yang sudah lumayan sepi, diam-diam Gawon melirik ujung jari Heeseung yang memerah sebab tadi bekas memukul wajah si keparat aneh itu, lirikan mata Gawon perlahan beralih pada sisi wajah Heeseung yang luar biasa tampan, bahkan hanya dengan diam saja perempuan-perempuan sudah bertekuk lutut padanya sudah sangat tertebak sekali.

“Kak...” panggil Gawon dengan lirih tubuhnya menyandar sepenuhnya pada kursi penumpang dengan surai yang berantakan.

Heeseung menoleh sebentar sebelum mobilnya berhenti karena lampu lalu lintas kini berwarna merah, ia memegang pipi Gawon dan sang pemiliknya hanya mampu menatap wajah Heeseung dengan mendamba.

“Kamu mabuk?” tanya Heeseung tapi Gawon malah menggelengkan kepalanya.

Heeseung yang masih belum percaya dengan gilanya malah melumat bibir Gawon dan ia menyesap pelan setelah itu di lepasnya karena ia yakin Gawon mabuk dan juga masih sangat terasa bekas wine nya.

Lee Heeseung mengecap bibirnya berkali-kali untuk merasakan jenis wine yang diminum Gawon dengan wajah yang masih berjarak begitu dekat dengan Gawon, bahkan ia bisa merasakan deru nafas Heeseung yang menerpa wajahnya.

Tiba-tiba saja terpikirkan bahwa ia bisa sedekat ini dengan Heeseung karena status kakak dan adik tiri ini, jika bukan karena itu mungkin Heeseung akan tau namanya saja tanpa bertindak untuk menemui ataupun membalas perasannya, terkadang disuatu waktu ia berterimakasih karena ibunya dipertemukan dengan ayahnya Heeseung.

“Berapa gelas?” tanya Heeseung lagi dan Gawon mengangkat satu jarinya tapi Heeseung tentu tak percaya.

Gawon memikirkan ide gila bagaimana jika ia mencium Heeseung sekarang? Daripada menyesal karena tidak melakukannya sebab Heeseung malam ini terlihat begitu tampan, lalu tangannya langsung menarik bahu Heeseung makin dekat dan detik berikutnya Gawon mempertemukan kedua bilah bibir mereka, dengan mata yang tertutup dengan perlahan Gawon melumat dan menghisap bibir Heeseung sebisanya.

Rasa bahagia meletup direlung dadanya saat Heeseung balik melumat bibirnya rakus, lidahnya dengan perlahan-lahan meminta untuk melesak masuk dan Gawon mempersilahkan itu dengan membuka mulutnya, tubuhnya langsung meremang kala mereka bersilat lidah dan sesekali Heeseung menghisap lidah Gawon membuat desahan lirih terdengar begitu merdu.

Tiiinnn....

Bunyi klakson terdengar dari mobil-mobil yang berada di belakang mobil sedan sport berwarna hitam yang ditumpangi mereka, sontak Heeseung langsung melepaskan tautan bibir itu dan kembali duduk tegak dan berlanjut menyetir dengan perasaan tidak rela sebab ciuman tadi harus usai.

Disebelahnya Gawon tengah mengigit bibir bawahnya dengan nafas yang memburu. Untung saja mobilnya kini sudah mulai memasuki perumahan komplek mereka, membelah jalanan utama yang sudah sepi karena semua orang pasti sudah menyelam dan merajut mimpi.

“Duduk disini.” pintanya sambil menepuk pahanya, dengan malu Gawon bergerak dengan susah payah hingga berakhir bokongnya yang terduduk diata paha Heeseung dengan tubuh yang saling berhadapan.

Heeseung terkekeh pelan sambil jemarinya memainkan ujung surai Gawon namun detik berikutnya mata Heeseung melotot marah saat tak sengaja bercak merah yang berada di leher Gawon terlihat dengan indra nya, ia mengelus itu pelan dan Gawon meringis, ia jadi ingat perbuatan brengsek laki-laki yang tak ia kenal itu.

“Ini buatan siapa? Laki-laki tadi?” tanya Heeseung dengan mata yang menatap Gawon dan kepala Gawon langsung mengangguk.

Heeseung memukul stir mobil yang ada di belakang punggung Gawon dengan keras bahkan ia sampai terkejut dengan tingkah spontan Heeseung.

“Harusnya ku pukul lebih keras tadi.” geram Heeseung saat sadar ia hanya meninggalkan luka di bibir saja, padahal ia bisa membuat yang lebih parah dari itu.

“Maaf,” cicit Gawon dengan kepala yang menunduk.

Ya Heeseung punya musuh yang merasa tersaingi oleh eksistensi Heeseung di kampus, entahlah padahal ia tidak pernah merasa ingin menyaingi ataupun menggantikan seseorang, kebetulan karena ia tampan saja jadi perempuan-perempuan pada bertolak tertuju padanya.

Bahkan saat mengetahui bahwa Gawon termasuk perempuan di kampusnya yang menyukainya ia juga terkejut, ia ingat sekali dulu saat Gawon memberikannya coklat dengan wajah kakunya, tapi takdir tidak ada yang tau, sekarang malah Gawon berakhir duduk diatas pahanya dengan status sebagai adik tirinya, memang hidup kadang selucu itu.

Heeseung menghela nafas pelan lalu jarinya mengangkat dagu Gawon hingga pandangan mereka kembali bertemu.

“Tapi sepertinya lain kali aku gaakan ngizinin kamu ke pesta lagi.” mutlak sudah ia akan berhenti merasakan pesta.

“Tapi kalo ada aku atau teman-teman aku yang lain boleh.” ujar Heeseung lagi, membuat Gawon langsung menerbitkan senyumnya lagi.

Heeseung tersenyum memperhatikan Gawon dengan kedua pipinya yang memerah, ia mengusap bibir bawah Gawon pelan membuat pandangan mereka kembali bersitatap.

Detik berikutnya Gawon memejamkan matanya saat wajah Heeseung yang kian mendekat, bisa ia rasakan terpaan nafas Heeseung yang menghantam wajahnya, bau mint tercium begitu segar entah bekas apa mungkin Heeseung merokok?

Kecupan Heeseung berikan diatas permukaan bibir Gawon, ia mengintip dari balik kelopak matanya dan melihat Heeseung yang tengah menatapnya dengan jarak yang sedekat ini bahkan hidung mereka saling bersentuhan.

Mmmhh...” desah Gawon saat bibir Heeseung mulai melumat bibir miliknya, Gawon langsung mengalungkan tangannya memeluk leher Heeseung dengan jemari yang tertanam. meremas surai Heeseung.

Nghhh...”

Kedua tangan Gawon memegang masing-masing sisi wajah Heeseung, ia mulai membalas ciuman Heeseung tak kalah gilanya, mencoba melumat dan menghisap dengan terburu-buru membuat saliva mereka yang saling bercampur itu membasahi pipi mereka.

Tubuh Heeseung maju ke depan membuat tubuh Gawon mundur hingga punggungnya menabrak stir mobil, Gawon bergerak diatas pangkuan Heeseung membuatnya bisa mendengar geraman penuh nikmat dari bibir Heeseung.

Ciuman itu terlepas karena mereka berdua sudah mulai kehabisan stok oksigen, Heeseung menyandarkan tubuhnya dengan kepala yang mendongak saat Gawon dengan sensual mengecup permukaan kulit leher Heeseung, bahkan dengan sengaja Gawon menjilati jakun Heeseung yang bergerak naik turun.

Ahhh...” desah Heeseung saat Gawon kembali bergerak menggesek milik mereka yang masih sama-sama terbungkus.

Step Brother • LHSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang