Tim ekspedisi

10 0 0
                                    

Di ruang Tingkat Spesial yang luas, sinar lampu kristal berkilauan menerangi suasana penuh ketegangan. Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang mengisahkan pertempuran legendaris para pejuang masa lampau. Di tengah ruangan, sebuah meja bundar besar menjadi pusat perhatian, dipenuhi peta-peta yang menunjukkan lokasi serangan monster dan catatan strategi yang ditulis dengan cermat.

Elena, Pemimpin Akademi, berdiri di tengah. Rambut panjang peraknya mengalir anggun, memantulkan cahaya seakan dilumuri bintang. Sorot matanya tajam dan tegas, penuh dengan pengetahuan dan ketenangan yang memancarkan kewibawaan. Di sekelilingnya, dua belas pejuang Tingkat Spesial berdiri dalam keheningan yang khidmat.

Ilham, sang penguasa petir, dengan tangan disilangkan di dadanya, melirik Elena. "Pemimpin Elena, laporan terakhir dari wilayah timur menunjukkan serangan bertubi-tubi oleh monster yang belum pernah kita temui. Jumlah mereka terus meningkat, dan pola mereka semakin terorganisir."

Asahy, si pengendali air dengan rambut berkilau seperti ombak, menambahkan, "Serangan ini bukan serangan acak. Mereka dikendalikan, seperti boneka yang diatur oleh dalang yang cerdas."

Elena mengangguk perlahan, matanya melintas pada wajah-wajah tegas di hadapannya. "Ini lebih dari sekadar serangan sporadis. Ini adalah tanda bahwa kegelapan lama, yang pernah kita hadapi berabad-abad lalu, kembali mengintai. Kita harus bersatu dan bertindak cepat sebelum terlambat."

Alip, si pengendali cermin, maju ke depan. Mata cerminnya yang berkilau menangkap bayangan ruangan. "Jika kita ingin bertahan, kita harus menemukan inti dari kegelapan ini. Kita tidak bisa hanya bertahan di sini menunggu. Kita butuh semua informasi yang ada."

Di sisi ruangan, tiga anggota Tim Informasi - Juang, Rasya, dan Nopla - berdiri dengan raut wajah serius. Nopla, yang baru saja dimasukkan ke dalam tim ini, menatap Elena dengan determinasi. "Kami telah mengumpulkan data tentang gerakan dan pola mereka. Rasanya mereka dipandu oleh kekuatan yang tidak kita duga sebelumnya, mungkin sesuatu yang sudah lama terkubur."

Chaesaril, pejuang semi spesial dengan kemampuan unik mengendalikan mimpi, bersandar di dinding dengan ekspresi berpikir. "Kegelapan ini... aku telah melihatnya dalam mimpi yang datang beberapa minggu terakhir. Bayangan yang menghantui dan kekuatan yang hanya bisa dirasakan, bukan dilihat."

Nior, yang dikenal sebagai pembalik takdir, berdiri di sisi Chaesaril. Matanya berkedip gugup tapi tajam. "Jika kegelapan ini benar-benar sebesar yang kita bayangkan, maka kita harus bersiap bukan hanya secara fisik, tapi juga mental. Pengkhianatan, ketakutan, dan keraguan bisa menghancurkan persatuan kita dari dalam."

Elena mengangkat tangan, menarik perhatian semua orang. "Kalian semua, baik yang berada di tingkat spesial maupun semi spesial, adalah harapan terakhir akademi ini. Kita tidak hanya melindungi tembok akademi, tetapi juga dunia di luar sana yang bergantung pada kita. Kita akan membentuk tim investigasi dan serangan gabungan. Setiap kekuatan, baik besar maupun kecil, akan kita manfaatkan sebaik mungkin."

Mata Yudan, si pengendali api, membara penuh tekad. "Jika ini adalah ujian terbesar kita, maka biarkan api membakar semua rintangan. Kita akan melawan kegelapan dengan segala yang kita punya."

Gilang, sang penguasa tanah, menghentakkan kakinya ke lantai marmer, menciptakan getaran kecil. "Sudah saatnya kita bersatu lebih dari sebelumnya. Monster ini bukanlah akhir, tapi permulaan dari pertempuran yang akan menentukan segalanya."

Elena menatap satu per satu wajah para pejuang di ruangan itu, termasuk Nior dan Evan yang berdiri dengan penuh perhatian. "Ingatlah, kekuatan kita tidak hanya terletak pada apa yang kita kuasai, tetapi pada kebersamaan kita. Bersiaplah, karena bayangan besar akan segera tiba, dan hanya dengan persatuan kita dapat menghadapinya."

Elena berdiri tegak di tengah ruangan, matanya tajam menatap para pejuang yang telah ia pilih dengan cermat. Masing-masing dari mereka mewakili harapan dan kekuatan unik yang akan dibutuhkan dalam misi berbahaya yang menanti. Suasana ruangan tegang; hanya detak jantung yang terdengar ketika Elena membuka suara.

"Ketika bayang-bayang kegelapan mulai menyebar, kita tidak hanya membutuhkan pejuang tingkat tertinggi. Kita memerlukan mata-mata, penyusup, penyembuh, dan penjaga. Kali ini, aku akan memanggil kalian, para pejuang yang bukan hanya spesial dalam tingkat, tetapi juga dalam kemampuan yang mungkin jadi kunci kemenangan kita."

Elena mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada mereka yang telah ia pilih untuk berdiri lebih dekat.

"Tim pertama," Elena memandang Chaesaril, sang pemimpin mimpi, "kau akan memimpin tim pengintaian. Kalian akan menembus wilayah musuh, mengumpulkan informasi penting, dan memastikan setiap langkah mereka terpantau. Bersamamu akan ada Safli, sang penembak jitu dengan bidikan yang tak pernah meleset. Nayaka Gelembung, kau adalah adik dari Alip, dan memiliki keterampilan yang tak kalah hebat dengan gelembung yang mampu melindungi dan menyerang secara bersamaan. Fahmi, tim informasi kita, akan mengumpulkan dan menganalisis segala data yang kalian temukan. Dan Dea, sang penyembuh, akan memastikan kalian pulang dengan selamat."

Chaesaril mengangguk penuh keyakinan, dan timnya bersiap. Mata mereka memancarkan tekad yang kuat.

"Tim kedua," lanjut Elena, menatap Nopla. "Kau akan memimpin pasukan pertempuran garis depan yang akan melindungi wilayah terluar akademi dan menghadang monster yang mencoba mendekat. Fuadi, sang penguasa darah, akan berada di sisimu, siap untuk mengendalikan musuh dari dalam. Aksa, dengan kekuatan cahayamu, engkau akan menerangi jalan mereka, menyilaukan lawan-lawan kita di tengah kegelapan. Raihan, penembak bintang, kau akan menjadi mata kita di kejauhan, menghujani musuh dengan kekuatan bintang-bintang. Dan Aulia, penyembuh, kau adalah sandaran mereka dalam pertempuran berat ini."

Nopla mengangguk, matanya berbinar dengan api keberanian, sementara rekan-rekan timnya bersiap menantikan tugas berat ini.

Elena beralih ke tim ketiga, kali ini tatapannya berfokus pada Evan, sang tendangan petir. "Evan, kau akan memimpin tim infiltrasi yang memiliki misi terselubung untuk menghancurkan pasokan kegelapan dari dalam. Bersamamu ada Khaleed, penguasa air yang bisa melewati medan apa pun. Navely, dengan kekuatan waktu, kau akan memberi mereka kesempatan dengan memperlambat musuh atau mempercepat langkah kita. Tedi, pengendali es, kau akan menjadi pelindung yang membekukan setiap ancaman yang datang. Marvel, si pelihat masa depan, tingkat Pooca, kau adalah pengawal nasib mereka-berikan peringatan akan apa yang mungkin terjadi. Gandi, sang penyembuh, kau akan memastikan bahwa tim ini bertahan sampai akhir."

Evan mengangguk, dan timnya menyeringai penuh keyakinan. Mereka tahu misi ini berisiko, tapi kepercayaan Elena menguatkan semangat mereka.

Elena kemudian berbalik, melangkah ke tengah ruangan, kali ini tatapannya penuh dengan keheningan yang berat. "Dan untuk misi khusus, aku memanggil Eggi, sang petinju api tingkat Knight, dan Fuad, pengendali kertas tingkat spesial. Kalian akan berada di garis depan untuk menghadapi Jenderal Kegelapan. Ini bukan misi biasa; kekuatan kalian dan ketangguhan mental kalian akan diuji sepenuhnya."

Di ujung ruangan, Eggi dan Fuad mengangguk dengan wajah serius, menyadari betapa besar tantangan yang mereka hadapi.

Elena menambahkan, "Selain itu, aku mengutus Alip, penguasa cermin, bersama Habibi, si Claymore dengan tujuh kekuatan yang saat ini sedang berada di misi, dan Nior, si pembalik. Kalian bertiga akan menjadi ujung tombak melawan Komandan Kegelapan, musuh yang lebih kuat dan licik dari yang pernah kita bayangkan. Ini akan menjadi ujian akhir kalian."

Ruangan terdiam. Aura gelap dari ancaman yang mereka hadapi terasa membayang di antara mereka semua. Elena menatap satu per satu wajah-wajah pejuang yang hadir, baik mereka yang sudah ditugaskan maupun para pejuang tingkat spesial yang akan menjaga akademi.

"Sementara kalian menjalankan misi, seluruh pejuang yang tidak terlibat, termasuk tingkat spesial, akan mengawasi dan melindungi akademi. Ini adalah saat kita bersatu sebagai satu kekuatan, satu tujuan, satu nyawa. Aku percaya pada kalian semua, dan ingatlah-kita tidak hanya melindungi akademi ini, tapi juga cahaya yang menyinari dunia di luar."

Semua pejuang, baik yang ditugaskan maupun yang akan menjaga akademi, menegakkan tubuh mereka. Aura keberanian dan pengorbanan membara di setiap tatapan mereka. Keheningan menyelimuti ruangan, tetapi dalam keheningan itu, tekad mereka bergemuruh. Mereka siap menghadapi kegelapan, apa pun risikonya, demi melindungi dunia yang mereka cintai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia yang berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang