part 25

32 3 0
                                    

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********

Sebelum kembali ke rumah danny membawa Luna untuk membeli cemilan untuk mereka, lantas luna dan danny pergi ke mart terdekat.

Saat Luna dan Danny sedang asyik memilih cemilan di rak mart, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Ketika mereka menoleh, Willi berdiri tak jauh dari mereka, dengan ekspresi yang terlihat sedikit terkejut. Ada keheningan sesaat, di mana ketiganya saling memandang dalam kebisuan. Danny, seperti biasa, hanya memasang wajah datar, matanya sesekali memperhatikan gerak-gerik Willi dengan dingin.

Luna segera menyapa Willi dengan senyum ramah, senang melihat kekasihnya itu. "Oh hai, Willi! Kamu juga belanja?" tanyanya, mencoba mencairkan suasana. Willi, yang semula tampak agak canggung, langsung merespons dengan senyum lega.

"Iya, aku mau beli beberapa barang. Eh, ternyata ketemu kamu di sini," jawab Willi lembut, sambil memandang Luna dengan perhatian penuh. Rasa canggung yang semula dirasakannya seketika tergantikan oleh kehangatan saat melihat kekasihnya, dan ia tidak menahan diri untuk menunjukkan sikap lembut dan penuh kasih. Tatapan hangatnya pada Luna terlihat begitu dalam, membuat siapa pun yang melihatnya paham bahwa ia benar-benar peduli.

Danny, yang berdiri di samping Luna, diam-diam merasakan ketidaknyamanan yang memuncak dalam hatinya. Pandangan Willi yang terlalu mesra itu membuatnya jengah, dan tanpa sadar, ia mengepalkan tangan sambil berusaha untuk tetap tenang. Di balik ekspresi tenangnya, Danny sebenarnya menyimpan perasaan tidak suka—bukan hanya karena sikap Willi, tetapi juga karena perasaan pribadinya terhadap Luna yang selama ini ia pendam.

"Kalau lo sudah selesai belanja, kita pulang sekarang, Luna," kata Danny, dengan nada sedikit datar namun terdengar tegas.

"Buru-buru sekali, dann. Perasaan tadi nampaknya biasa aja tuh." Sindir willi

Danny tersenyum miring, "karna kalau tidak buru-buruu, kita bakal ditelfon papanya" Senyuman danny lebar saat melihat ekspresi willi

Luna mengangguk, menatap Willi dan berkata, "Maaf ya, Willi. Aku harus pulang sama kak Danny. Nanti kita ngobrol lagi ya?"

Willi mengangguk dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Meski ia tahu Luna hanya menjalankan kewajibannya sebagai adik, ada perasaan tak nyaman yang menghinggapi dirinya. Terlebih lagi, ia bisa merasakan aura tegang di antara dirinya dan Danny, walaupun Danny tak menunjukkan ekspresi jelas.

"Iya sayang, enggak apa-apa. Nanti kita ketemu lagi, Luna," jawab Willi sambil tersenyum kecil, namun matanya tak lepas dari Danny, seolah menegaskan bahwa ia belum sepenuhnya mempercayai pria itu.

"Tsk, sayang? Sayang matamu sayang" Cibir danny pelan dengan nada mengejek

Setelah mengucapkan selamat tinggal, ia dan Luna pun berjalan keluar dari mart, meninggalkan Willi yang masih memandangi mereka dengan perasaan bercampur aduk.

Sepanjang perjalanan pulang, Danny tak berkata banyak, namun dalam hatinya, ia merasa lega telah mengajak Luna pergi lebih dulu. Meski ia sadar bahwa perasaan itu salah, Danny tak bisa menahan rasa cemburu yang mengganggunya setiap kali melihat Luna bersama Willi. Di sisi lain, Luna tak menyadari ketegangan di antara keduanya, menganggap sikap Danny hanya sebagai bentuk perhatian seorang kakak yang ingin menjaga adiknya.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang