Happy reading.....
"KAK... Eh lagi ngobrol sama siapa?" Gumam Gaizka yang melihat Mees sedang menelpon sembari menatap pemandangan di bawah sana.
Gaizka berjalan mengendap-endap, saat berdiri di belakang Mees, dia terkikik pelan. Kemudian menyembulkan kepalanya dari samping membuat Mees tersentak.
Mees mengelus rambut Gaizka, kembali berbicara dengan orang yang berada di sebrang sana.
"Iya, bilang gue aja nanti," seru Mees tanpa menghiraukan Gaizka yang menatapnya penasaran.
Gaizka berpindah menjadi di depan Mees, dia berjinjit untuk memeluk leher Mees dengan terus menatapnya.
"Siapa?" Tanya Gaizka tanpa suara, dirinya masih penasaran siapa yang Mees ajak ngobrol. Pasalnya Mees menggunakan bahasa Indonesia, pasti orang Indonesia.
"Husttt.." Mees memberi gestur agar Gaizka diam terlebih dahulu, sebelah tangannya menahan pinggang Gaizka yang memeluknya.
Gaizka mencebikkan bibirnya kesal. Tiba-tiba terlintas satu ide untuk menjahili Mees.
"Iya, nanti... Cup!" Ucapan Mees terhenti ketika Gaizka mengecup bibirnya secara tiba-tiba. Dirinya merasa terkejut, namun detik kemudian dia tersenyum lebar.
"Nanti telfon lagi," lanjut Mees segera memutuskan panggilannya. Dia sedikit melempar ponselnya ke atas meja, kemudian menundukkan kepalanya guna menatap Gaizka.
"Aku tanya tadi Ndak dijawab" cicit Gaizka sembari cemberut, tangannya masih mengalung indah di leher Mees.
"Kan aku bilang diem dulu sayang," balas Mees namun Gaizka merasa kurang puas mendengar jawabannya.
"Jadi lebih penting telfon itu? Dari pada aku?" Sentak Gaizka membuat Mees tertawa kecil melihat Gaizka yang cemburu.
"Nggak gitu, emangnya kamu butuh sesuatu?" Balas Mees sambil mengelus lembut pinggang Gaizka.
Dengan polos Gaizka menganggukkan kepalanya. Mees yang melihat itupun menunggu Gaizka mengutarakan keinginannya.
"Mau apa?"
"Mau kakak! hehe," balas Gaizka hingga Mees tertawa gemas melihatnya. Apalagi senyum bayinya menambah kesan manis pada diri pria manis itu.
"Diajarin siapa gombal gini huh?" Gaizka menggelengkan kepalanya, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Mees. Entah kenapa dirinya menjadi malu setelah mengatakan itu.
"Kakak!" Mees kembali tertawa, tangannya semakin mengeratkan pelukannya untuk melampiaskan rasa gemasnya.
"Oh iya, aku ke sini mau ambil permen tau, ini pasti kakak-kakak sudah nungguin aku," seru Gaizka yang mengingat tujuannya ke ruangan Mees. Pria manis itu melepaskan pelukannya dan mencari permennya yang hilang.
"Kenapa Ndak ada?" Gumamnya setelah mencari ke berbagai tempat, namun tak kunjung menemukannya. Gaizka berkacak pinggang, tatapannya ia alihkan pada Mees yang masih setia berdiri.
"Apa?" Tanya Mees bingung.
"Kakak ambil kan?" Tuduh Gaizka sembari mendekati Mees dan menunjuk wajah Mees.
"Enggak, aku kan nggak suka permen," timpal Mees mengelak, tetapi Gaizka tak percaya mendengar itu.
"Ya udah, sini." Gaizka menarik tangan Mees hingga berdiri di depan tembok. Kemudian Gaizka memerintahkan Mees agar kedua tangannya menumpu tembok.
"Diem, ya. Aku cari," ucap Gaizka lalu meraba-raba seluruh tubuh Mees untuk mencari permennya.
"Awas, salah pegang," seru Mees memperingati Gaizka. Dirinya hanya takut Gaizka akan memegang area sensitifnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374832744-288-k608114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Love
FanfictionKehidupan Mees, pemuda mandiri, berubah drastis ketika sahabatnya, Ezio, menitipkan adiknya yang kabur dari rumah. Gaizka, remaja laki-laki dengan sifat kekanak-kanakan, membuat Mees kewalahan. Namun di balik tingkahnya, tersimpan hati polos dan pen...