3.

30 6 0
                                    

Keesokan harinya, Hua Cheng bangun seperti kemarin. Dirinya tak berendam terlalu lama seperti kemarin karena takut canggung seperti kemarin.

Tok! Tok! Tok!

Hua Cheng sedang mengikat rambutnya saat pintu diketuk. Dirinya segera merapihkan pakaiannya.

"Iya? Ada apa?"

"Zewu-jun dan HanGuang-jun sudah menunggu di ruang makan. Ada tamu yang ingin bertemu denganmu, ghongzi."

Hua Cheng mengernyitkan keningnya mendengar itu. Seingatnya dirinya tak ada janji dengan siapapun selama di sini.

Cklek!

"Tamu?"

Lan Sizhui, sang junior yang berada di depan kamarnya mengangguk.

"Mereka sudah menunggu di ruang makan, ghongzi."

Hua Cheng mengangguk. Dirinya mengucapkan terimakasih dan berjalan menuju ruang makan. Sesampainya di sana, Hua Cheng disambut dengan Jiang Cheng yang sedang membicarakan sesuatu dengan Lan Xichen. Sedangkan Lan Wangji hanya menatap Hua Cheng yang baru masuk.

"Jiang Wanyin?"

Sang pemilik nama menoleh ke arah Hua Cheng. Dirinya melirik Lan Wangji yang masih tenang di tempat duduknya sebelum menarik Hua Cheng duduk di sampingnya. Sang penguasa kota hantu yang sedang menggunakan tampilan San Lang langsung mengikuti tarikan Jiang Cheng.

Lan Xichen melirik sang adik yang dengan jelas menatap tak suka ke arah Jiang Cheng. Dirinya tau sang adik sangat tidak menyukai pemimpin klan Jiang itu sejak mengetahui tentang penderitaan sahabatnya, Wei Wuxian.

Jiang Cheng mendekatkan wajahnya ke arah Hua Cheng. Dirinya melirik Lan Wangji sebelum tersenyum miring setelah melihat wajah tak suka sang HanGuang-jun.

"Sehabis sarapan, ada yang ingin aku bicarakan padamu."

Hua Cheng mengernyitkan keningnya mendengar itu. Dirinya merasa aneh, tapi kepalanya tetap mengangguk.

"Baik. Ayo mulai sarapan."

Ketiganya mengangguk mendengar perkataan Lan Xichen. Mereka semua mulai memakan sarapan mereka dengan tenang.

Di kota hantu, Wei Wuxian sedang menggantikan Hua Cheng. Xie Lian hanya menggelengkan kepalanya setiap para penduduk kota hantu dijahili oleh sang kekasih.

"A-xian, jangan menjahili mereka terus. Nanti mereka akan mengadu pada San Lang."

Saat ini mereka berdua ada di istana nirwana. Wei Wuxian merebahkan dirinya di ranjang empuk milik Hua Cheng. Sedangkan Xie Lian mengupas kulit buah untuk sang kekasih.

"Biarkanlah. Lian ge tau sendiri Hua Cheng tak akan berani memarahiku. Karena dia sangat menyayangiku sebagai Didi nya."

Xie Lian hanya tersenyum. Itu memang benar. Hua Cheng selama ini tak pernah benar-benar memarahi Wei Wuxian. Paling parah pun hanya pemuda Wei itu yang dirantai di penjara bawah tanah.

Kembali ke Hua Cheng yang sedang menghabiskan sarapannya bersama Jiang Cheng, Lan Wangji dan Lan Xichen. Dirinya meminum teh miliknya setelah makanannya habis.

"Lan zhongzu, aku akan menginap di sini bersama Hua Cheng."

Lan Wangji dan Hua Cheng terkejut mendengar perkataan Jiang Cheng. Sedangkan Lan Xichen hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Tolong tempatkan aku di samping kamar Hua Cheng."

"Hao, Jiang zhongzu."

Setelah selesai mengatakan hal itu, Jiang Cheng langsung menarik Hua Cheng untuk pergi. Lan Xichen menepuk bahu sang adik dan menggeleng pelan ketika sang adik menatapnya.

Jiang Cheng membawa Hua Cheng ke tempat biasa dirinya bermain bersama Wei Wuxian dan Nie Huaisang dulu. Setelah sampai, tangannya melepaskan tangan Hua Cheng.

"Jiang Cheng, ada apa?"

Jiang Cheng tak langsung menjawab. Dirinya terdiam sejenak sebelum menoleh ke arah Hua Cheng.

"Kapan kau akan kembali dari Yun Shen Bu Zhi Chu?"

"Seharusnya lima hari lagi. Kenapa?"

Jiang Cheng tiba-tiba berbalik ke arah Hua Cheng. Dirinya menarik pemuda itu hingga kepalanya berada di dekat wajahnya.

"Lusa. Menginap di Yunmeng. Wei Wuxian yang menyuruhku."

Jiang Cheng menjauhkan kepalanya dari Hua Cheng. Dirinya bisa melihat raut wajah kebingungan dari sang penguasa kota hantu. Namun Hua Cheng hanya mengangguk.

Mereka berdua berjalan-jalan sebentar sebelum kembali ke kamar Hua Cheng. Sesampainya di kamar, Hua Cheng langsung ke jendela untuk menemukan burung merpati yang terbang ke arahnya.

Tangannya siap menerima pendaratan burung itu. Setelah mendarat, Hua Cheng langsung meraih surat yang ada di kaki burung itu dan membiarkan burung merpati itu terbang kembali. Tangannya membuka surat itu dan mengernyitkan keningnya.

"San Lang, jangan khawatirkan tentang kota hantu. Gege akan membantu a-xian mengurus kota hantu. Maaf karena Gege meminta Jiang Cheng menemanimu. Gege takut kau bosan di sana.

-Xie Lian."

Hua Cheng menoleh ke arah Jiang Cheng yang duduk di ranjangnya. Sedangkan Jiang Cheng hanya mengendikkan bahunya.

"Aku hanya akan mengawasi mu. Lagipula aku juga ada urusan dengan Lan Xichen. Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengannya."

Hua Cheng mendudukkan dirinya di samping Jiang Cheng. Dirinya melirik sang pemimpin klan Jiang.

"Ingin membicarakan pernikahanmu dengannya?"

Jiang Cheng langsung mengeluarkan zidiannya mendengar itu. Dirinya menatap tajam Hua Cheng dengan pipi yang memerah.

"M-MANA ADA SEPERTI ITU!"

Hua Cheng mengendikkan bahunya mendengar itu. Dia merebahkan dirinya di ranjang sambil menatap ke atap kamarnya. Jiang Cheng hanya menatapnya dengan lirikan sinisnya dan memasukkan zidiannya kembali.

"Bagaimana dengan perasaanmu pada Lan Wangji? Aku dengar kau jatuh cinta pada pandangan pertama padanya."

Sekarang giliran Hua Cheng yang mengeluarkan E-ming nya dengan wajah yang merona. Menodongkannya pada Jiang Cheng yang tak bergeming sedikit pun. Pemimpin klan Jiang itu hanya menatapnya datar.

"Kalian sebenarnya saling menyukai satu sama lain. Tapi tak ada yang mau bergerak lebih dulu."

Mendengar itu, Hua Cheng menaruh E-ming nya kembali. Dirinya menatap ke luar jendela dan mengabaikan Jiang Cheng sepenuhnya.

Menjelang petang, Lan Sizhui dan Lan Jingyi memberitahu Jiang Cheng bahwa kamarnya sudah siap. Dirinya mengangguk dan keluar dari kamar Hua Cheng meninggalkan sang pemilik kamar yang tertidur.

"Jangan bangunkan dia. Biarkan dia beristirahat. Sampaikan pada HanGuang-jun dan Zewu-jun."

"Shi."

Lan Sizhui dan Lan Jingyi mengangguk mendengar perkataan Jiang Cheng. Mereka berdua pamit setelah mengantar pemimpin klan Jiang itu ke kamarnya untuk beristirahat. Jiang Cheng masuk setelah keduanya tak terlihat lagi. Tubuhnya lelah karena perjalanan dari Yunmeng menuju Gusu. Berakhir Jiang Cheng tertidur setelah melepas ikatan rambutnya dan hanfu luar miliknya.









TBC.

Halooo.

Jangan lupa vote dan komennya yaaa.

Jangan salah lapak juga yaaa

Maaf kalo ada typo soalnya ini lngsng ngetik dan lngsng up tanpa liat lagi ehe

Pretty couple [WangHua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang