AWAL MULA 3 🔞

940 59 10
                                    

Sebelum membaca chapter ini, alangkah baiknya untuk mengulangi baca bab sebelumnya biar berkesinambungan alurnya, terimakasih 🙏🙏🙏
.
.
.
.
.
.
AWAL MULA 3

"Berlutut, sayank." Ucap Faldi, enatah kenapa, Arsya mengikutinya.

Setelah berlutut, Faldi mulai mendekatkan kontolnya di wajah Arsya. Arsya menelan ludah, rudal besar berurat dan panjang itu didepan matanya langsung.

"Jilat, Sayank. Akhh... Nikmati"

Faldi membimbing Arsya, bibirnya dia buka, sedikit demi sedikit Faldi memasukan konyol ya dimulut Arsya. Karena baru pertamakali, Faldi dengan sabarnya mengajari Arsya cara melumat sekaligus mengoral kontol dengan benar.

"Jangan sampai kena gigi, yank."

Gulk
Gulk
Gulk

Beberapa kali kontol Faldi mengenai gigi Arsya. Tapi lama kelamaan, Arsya sudah mulai bisa beradaptasi dengan kontol jumbo milik Faldi.

"Akhh... Anjinghhh... Enak banget seponganmu... Shit fuck... Akhh..."

Arsya terus saja memaju mundurkan kepalanya mengoral kontol Faldi. Faldi merem melek menerima servis dari Arsya

"Sshhhh... Akkhhhh... Terusshhhh... Anjinghhh... Lama-lama bisa crot... Akhhh..."

Plop..

Kontol Faldi dicabut tiba-tiba. Faldi merasa tadi akan keluar dulu. Dirinya masih i gin menikmati sensasi bercinta dengan Arsya, tidak ingin terburu-buru.

"Sekarang, gua ajarin inti dari bercinta, sayank."

Ucap Faldi sambil tersenyum smirk. Tubuh telanjang Arsya segera dia bopong keluar menuju ranjang. Dengan masih sedikit basah, keduanya kini saling lumat dangan tubuh yang sama-sama polos telanjang.

"Bersiaplah, sayank...."

Arsya yang dibawah kungkungan tubuh Faldi terengah-engah. Begitu pula dengan Faldi, dia kini berjalan kearah nakas sambil terengah. Tanganya kini membuka sebuah laci. Mengeluarkan dua buah benda khas yang digunakan untuk bercinta.

Faldi kembali berjalan menuju ranjang dan menaikinya. Kedua kaki Arsya dibuka oleh Faldi. Terlihat oleh kedua matanya. Lubang pink kemerahan milik Arsya yang berkedut. Faldi tersenyum melihatnya.

Dia arahkan jari tengahnya menuju lubang milik Arsya. Tak lupa, sebelumnya Faldi melumuri jarinya dan lubang Arsya dengan pelumas.

"Akhhh... M-mashhh...."

"Shhhh... Akhhh...."

Baru satu jari masuk kelubang Arsya, arsya sudah menggelinjang. Suara desahan dari bibir Arsya membuat telinga Faldi seolah mendengar musik yang membangkitkan gairahnya.

Satu jari, dua jari hingga tiga jari dimasukan kedalam lubang arsya. Faldi memaju mundurkan jarinya dilubang milik Arsya. Sang pemilik lubang mendesah nikmat. Apalagi ini baru pertama kalinya bagi Arsya.

"Ahh... M-mashhh... Akhhh... "

"Gimana? Enak, sayank? Hmm ?"

"Hmmhhh... Shh... En-enakhh...."

Hampir lima belas menit, Faldi memasukan jarinya dilubang Arsya. Kini tibalah saatnya untuk dirinya bermain kepermainan inti.

Faldi memasang alat pengaman ke kontolnya yang sudah menegang. Ia lumasi sedikit pelumas dan sedikit ia kocok. Lubang Arsya juga dilumuri pelumas.

"Tahan ya, sayank. Sakit dikit aja diawal"

"T-tapi, aku takut, mas!" Ucap Arsya sendu.

"Ssstttt. Gua jamin ga bakalan sakit terus. Entar lama-lama enak, percaya, ya."

Pertama, Faldi memasukan kepala kontolnya dengan hati-hati. Mengingat ini juga baru pertama kalinya untuk Arsya. Takutnya akan menyakitinya.

"Akhhh... Sakitt... Udah mas, keluarin akhhh...." Teriak Arsya kesakitan.

Faldi mejadi, baru kepala kontolnya saja Arsya sudah mengeluh sakit, apalagi saat nanti sudah sepenuhnya. Faldi kemudian bergegas mencium bibir Arsya untuk mengalihkan rasa sakitnya. Dengan pelan, Faldi kemudian memasukan kembali sedikit demi sedikit kontolnya.

Bless

"Akhhhh... Sakittt..."

Tes.

Satu bulir air mata Arsya menetes keluar. Faldi mencium kening, bibir dan lelehan air mata Arsya dengan kelembutan.

"Hey, tenang, ya. Gua bakal berusaha lebih pelan lagi. Tenang, ya." Hibur Faldi. Arsya mengangguk pelan dalam tangisnya.

Dirasa sudah cukup, Faldi kembali memaju mundurkan kontolnya dengan perlahan. Arsya masih merasakain perih dibagian bawah sana.

"Akhhh... Anjinghhh .... Sempithh banget goblok... Shhh..."

"Pelanh-pelanhhh mashhh... Akhhhh..."

"Yeshhh babyhhh... Aakhh... Fuck... Lubang kamu ngejepit bangethh... Anjinghh lobang perawan akhh... "

Semakin lama, genjotan Faldi semakin cepat. Didetik ini pula, Arsya sudah mulai beradaptasi dengan kontol jumbo Faldi. Bahkan kini Arsya mulai menikmati disodok kontol besar Faldi.

"Yeahh... Mashh... Yang dalem lagihhh..."

"Siapphhh yankkhhh... Akhh... Anjinghh... Ngewe lobang sempithhh fuckkk....."

"Akhhhh mashhh... Ahhh..."

"Shhh... Fuck... Ngentot... Shit.... "

Bunyi kecipak antara kontol dan pantat beradu. Untung saja kamar Faldi kedap suara. Jadi, sekeras apapun mereka berdua mendesah, tidak akan terdengar dari luar.

"Mashh... Ak-aku keluarhh akhh..."

"Keluarin aja yankkhhh shhh...."

"Masshhh ahhhh akhhh....."

Crot
Crot
Crot

Semburan pejuh Arsya membanjiri perutnya. Arsya kini sudah kelelahan. Sedangkan Faldi masih saja dengan kuat menggenjot lubang Arsya dengan ekspresi yang sangat sexy.

Karena ejakaulasi Arsya, membuat otot di ding anusnya menyempit. Hal itu membuat kontol Faldi didalam sana seperti dijepit.

"Anjinghhh... Lubang kamu enak banget sayank....akhhhh shh..."

"I come... Ahhh... Gua mau crot sayank.... Ahh... Fuck shit... Yeshhh

"Anjinghhh... Fuckkkkkkk...."

Crot
Crot
Crot

Semburan pejuh Faldi didalam pengaman sebanyak duabelas kali tembakan pejuh. Arsya sampai terheran, kuat sekali Faldi. Padahal, tadi siang dirinya sudah bersetubuh dengan Revan.

Tibuh Faldi ambruk memeluk tubuh Arsya dibawahnya tanpa melepas penyatuan mereka.

Kening Arysa dicium dengan lembut sambil memejamkan mata. Nafas keduanya masih tersengal akibat kelelahan.

Dengan pelan, Faldi mencabut kontolnya. Terlihat oleh matanya, bercak kemerahan memnuhi sprei ranjang Faldi. Untung saja, warna sprei yang dipakai warna gelap.

Faldi kemudian mencabut pengaman yang terpakai dan mengikatnya. Membuangnya kedalam tempat sampah. Langkah kakinya berjaln menuju nakas. Mengambil sebuah barang. Terlihat seperti cream.

Dengan telaten, Faldi mengolesi lubang anal Arsya dengan sebuah cream. Tak ada percakapan antara keduanya. Hanya terdengar ringisan dari bibir mungil Arsya sesekali.
.
.
.
.

PELUH KENIKMATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang