Hari demi hari berlalu, Elysia masih saja belum menyerah untuk bisa mendekati Lumiere. Dia sering mendatangi perpustakaan kampus dan mengatakan jika dia suka membaca buku. Padahal sebenarnya hanya karena di sana ada Lumiere yang suka menghabiskan waktunya di luar jam kuliah.
Di dalam perpustakaan, mereka duduk berhadapan. Lumiere hanya fokus membaca sebuah buku. Sedangkan Elysia malah terlihat menikmati cemilan yang dia bawa sembari membolak-balikkan halaman buku yang sama sekali tidak dia baca.
"Kamu mau ini? Aku bawa banyak! Aku bawa juga teh susu kesukaan kamu ..." Elysia mengeluarkan satu kantong berisi makanan dan minuman yang dia beli sebelum dia datang ke perpustakaan.
"Kamu tidak bisa baca? Di dalam perpustakaan tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman!" Lumiere menuding sebuah papan tulisan peringatan di dekat pintu dengan dagu tegasnya.
Elysia meringis, "Tapi aku sudah minta izin sama senior Xan yang sedang berjaga kok ... kamu tidak perlu khawatir."
"Senior Xan, apa maksudnya ini? Mengapa dia diperbolehkan membawa makanan di perpustakaan?" Lumiere langsung menyembur seniornya yang sedang berjaga di perpustakaan karena merasa semua ini tidak adil.
"Oh, soal itu ... Elysia memiliki lambung yang bermasalah. Aku akan merasa sangat bersalah jika melarangnya membawa makanan yang dianjurkan dokter untuknya. Lagipula hanya ada kalian di dalam ruangan baca ini. Aku akan membantu merahasiakannya." jawab senior Xan melirik Elysia tidak tega.
Lumiere mendengus kesal. Dia menutup bukunya dan meraih ranselnya.
"Lumiere, kamu mau kemana? Kamu bahkan baru 20 menit di sini." tanya senior Xan bingung.
"Mungkin penyakit lambungnya akan dengan ajaib langsung sembuh setelah dia menghabiskan semua makanan itu. Aku tidak akan mengganggunya." singgung Lumiere melenggang dengan langkah lebarnya meninggalkan perpustakaan.
Elysia terlihat kebingungan menatap kepergian Lumiere. Ingin rasanya dia mengejarnya.
"Jangan pedulikan dia, Sia. Ucapannya memang selalu saja menyebalkan. Kamu makan saja dulu. Jangan khawatir ..." senior Xan berkata sembari merapikan beberapa buku di atas meja.
"Uhm ... terima kasih banyak, Senior. Tapi aku juga harus segera pergi. Oh iya, semua makanan ini untuk senior saja. Aku masih punya banyak persediaan di rumah kok. Bye ..." Elysia meninggalkan perpustakaan dengan terburu. Dan tentu saja dia akan berusaha mengejar Lumiere.
Elysia nekat untuk mendatangi ruang musik dan mengintip dari pintu. Di sana dia melihat Lumiere tengah memainkan sebuah melodi indah dan manis. Bahkan tanpa Elysia sadari, kakinya diketuk-ketukkan pelan mengikuti permainan musik Lumiere.
"Kamu masih saja mengikutiku?! Apa kamu sungguh memiliki waktu yang sangat luang?" sindir Lumiere setelah mengakhiri permainan musiknya. Nampaknya dia sudah menyadari sejak awal, jika Elysia diam-diam melihatnya bermain piano.
"Ehh? Bukan seperti itu ... uhm ... sebenarnya aku sangat menyukai musik. Hanya saja aku tidak berbakat untuk memainkannya. Aku ingin belajar lebih dalam tentang musik. Bisakah kamu mengajariku, Lumiere?" Elysia berkilah. Dengan wajah berbinar dia memasuki ruangan.
Alasannya cukup masuk akal. Meskipun pada akhirnya alasan-alasan tersebut malah digunakan pria lain untuk mendekati Elysia.
"Sia, aku cukup baik bermain piano dan pernah memenangkan kontes besar di kota ini. Jika kamu bersedia, aku akan mengajarimu bermain piano." Damian yang baru saja datang menawarkan diri.
"Wah, benarkah? Terima kasih sudah berniat untuk mengajariku." Elysia membalasnya ramah.
TTTIIINGGG ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Callestera Princess Crosses the World
FantasyMenjadi abadi dan memiliki keistimewaan luar biasa, nampaknya malah menjadi sebuah petaka untuk putri Elysia Callestera. Di hari pernikahannya bersama Pangeran Lumiere, sebuah bencana terjadi dan hampir melenyapkan kerajaan Callestera. Namun, pange...