Part 27

255 29 4
                                    

"Selamat makan anak-anak ku!" Mike tersenyum hangat sembari mengusap kepala kedua putranya.

Saat dia kembali setelah bertemu dengan Branden dan istrinya tadi, hari sudah mulai malam. Jadi dia berinisiatif untuk membeli makanan saja dan makan malam bersama dikantornya dengan kedua putranya.

"Sate nya daddy beli dimana?" Tanya Gamaliel sambil mengunyah makanan didalam mulutnya.

Mike tersenyum melihat itu, "di restoran Carmelia. Kenapa? Enak, hm? Lain kali Daddy akan pesan disana kalo kamu mau!" Jawab Mike sambil bertanya.

"Enak, rasanya pas banget. Tapi nggak apa-apa deh, kan dirumah maid juga bikin kalo di request."

"Kalo kamu mau, Daddy akan belikan." Balas Mike, "Daddy akan kasi apapun yang kamu mau, daddy akan tebus semua yang nggak pernah Daddy kasi ke kamu waktu kamu kecil."

Mata Gamaliel memanas mendengar hal itu, apakah Daddy nya benar-benar akan sanggup?

Ada banyak sekali hal yang sangat dia impikan dari sang daddy ketika dia kecil, namun tidak pernah terwujud.

"Tidak usah, dad... Semuanya sudah berlalu, tidak mungkin Daddy bisa memenuhi semuanya."

Nyatanya, dari sekian banyaknya mimpinya, satu-satunya impian terbesar dalam hidupnya adalah sang daddy tidak lagi menyebut atau menganggap mommy nya sebagai pembunuh.

Impian yang sangat inginkan namun sepertinya tidak akan pernah terkabul.

"Daddy bisa memenuhi semua permintaan ku yang lainnya, tapi tidak dengan permintaan terbesarku," sambung pemuda itu lagi.

"Kasi tau daddy, akan daddy coba penuhi!" Mike masih bersikeras berpikir bahwa dia pasti akan bisa memenuhi keinginan terbesar anaknya.

Namun dia lupa, bahwa tidak semua hal bisa dia penuhi dengan uang.

"Sudahlah... Nanti Daddy juga akan mengerti. Sekarang ayo lanjutkan makannya! Kasian jika kita mengabaikan makanan!" Ujar Gamaliel, memutus topik.




🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾




Malam ini Gamaliel tidak bisa tidur, entah mengapa lagi dan lagi seperti ada yang mengganggu pikirannya. Dia saat ini termenung sambil berbaring diatas kasurnya, menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Bagaimana caranya aku mendapatkan bukti kalau mommy tidak bersalah?" Dia yang dulunya hanyalah seorang anak kecil yang tidak tau apa-apa, perlahan-lahan bertumbuh menjadi remaja yang mulai mengerti segalanya dan sekarang dia adalah seorang pemuda yang ingin mencari bukti.

"Bahkan pihak kepolisian saja tidak berhasil menemukan bukti apapun!" Gamaliel mendesah kecewa.

Gamaliel berguling-guling diatas tempat tidurnya, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Laper..." Monolognya saat merasakan perutnya sakit dan sedikit berbunyi karena lapar.

"Derita tidur larut!" Gerutunya.

Pemuda itu kemudian menutup matanya, mencoba tertidur agar tidak merasakan lapar lagi. Namun semakin dia mencoba, semakin dia tidak bisa tidur dan perutnya semakin meronta minta diisi.

"Jam setengah sebelas," lirihnya saat melihat jam dinding besar yang dipajang disana.

Dengan langkah gontai dia berjalan keluar dari kamarnya, terlihat koridor lantai lima itu sangat gelap, dan ada beberapa bodyguard yang terlihat berjalan berpatroli.

"Anda kenapa belum tidur, tuan muda?" Tanya salah satu bodyguard yang menyamparinya, walaupun samar-samar, namun bodyguard itu bisa mengenali tuan mudanya.

 Son Of A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang