Part. 36 {Peringatan Pertama}

0 0 0
                                    

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥

Di bulan pertama, Sariel sudah menjadi pendeta resmi, dan Minerva beristirahat dirumah karena dia sedang hamil.

Saat Sariel sedang bersiap-siap ingin pergi, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah nya.

*Tok, tok, tok*

"Iya tunggu sebentar." Ucap Sariel kepada seseorang yang mengetuk pintu.

Sariel pun bergegas mendekati pintu dan memutar kenop pintunya, saat dia sudah membuka pintu nya dia terkejut karena melihat Uriel di depan pintunya, bersama Raphael dan Haniel.

"Kak Sariel!!!" Ucap Haniel yang langsung memeluk Sariel.

"Ukh! Haniel, gimana keadaanmu adikku tersayang??" Tanya Sariel.

"Aku baik-baik saja kak, aku rindu sekali sama kakak." Ucap Haniel.

Mereka pun berpelukan dengan erat, Uriel dan Raphael pun tersenyum dan saling memandang satu sama lain.

"Selain untuk mempertemukanku dengan Haniel, pasti kalian juga ada yang ingin diberitahu, iya kan??" Tanya Sariel.

Seketika itu juga ekspresi wajahnya Uriel dan Raphael berubah.

"Sariel, 'Sang Ayah' ingin kamu pulang." Ucap Uriel.

"Hah, dia ingin aku pulang?? Hmh, bilang ke dia, bahwa Minerva juga harus pulang." Ucap Sariel.

"Tapi Sariel..." Ucap Uriel.

"Tidak ada kata tapi, Minerva juga harus ikut pulang, titik." Ucap Sariel yang tegas.

"Sudah Tuan Uriel, cukup, jangan paksa dia." Ucap Raphael sambil memegang pundak Uriel.

"Baiklah Sariel kami tidak akan memaksamu untuk kembali ke surga, tapi jika selama 4 bulan mendatang, akan ada Anggota Malaikat Agung lain yang datang, jangan salahkan kami, salahkan 'Sang Ayah'." Ucap Raphael.

Uriel, Sariel dan Haniel pun terkejut mendengar perkataannya Raphael.

"Tuan Raphael??" Ucap Uriel.

"Sudahlah Tuan Uriel, kita jujur saja, kita juga capek kan dengan semua permintaan 'Sang Ayah', kita juga sakit kan saat Minerva dibuang ke neraka, lebih baik kita jujur." Ucap Raphael.

"Kami akan serahkan semuanya kepadamu Sariel, karena kami sayang kepadamu." Ucap Raphael.

"Tuan Raphael." Ucap Sariel.

"Baiklah Sariel, kami pulang dulu, melapor kepada 'Sang Ayah'." Ucap Uriel.

"Baik Tuan Uriel dan terima kasih kalian sudah datang." Ucap Sariel.

"Iya Sariel, sama-sama." Ucap Uriel.

"Dadah, kak Sariel." Ucap Haniel sambil melambangkan tangannya.

"Dah Haniel, sehat-sehat terus iya Haniel." Ucap Sariel.

"Iya kan." Ucap Haniel.

Mereka pun pergi masuk ke dalam hutan dan tidak lama kemudian datang Morax.

"Tadi ada yang datang iya." Ucap Morax.

"Iya, kau tahu aja." Ucap Sariel.

"Tentu, insting seorang iblis tidak pernah salah." Ucap Morax.

Sariel pun langsung menatap datar ke Morax, tetapi dia tersadar karena Morax Membawa sepiring Kue.

"Ngomong-ngomong, itu kue buat siapa??" Tanya Sariel.

"Hm, matanya tajam kalau ada makanan, ini buatmu, Minerva yang buat." Ucap Morax.

"Ah tahu aja dia kalau kakaknya masih lapar." Ucap Sariel.

"Hm, nah ambil makan tuh." Ucap Morax sambil memberikan kuenya.

"Hihi makasih iya, ucapin juga ke Minerva." Ucap Sariel.

"Iya, sama-sama nanti aku kasih tahu, aku mau ke kebun soalnya, menggantikan Minerva dan membantu yang lain." Ucap Morax.

"Owh, kalau begitu, selesai urusan ku di gereja aku langsung ke kebun juga bantu-bantu." Ucap Sariel.

"Tumben, biasanya selesai urusan mu di gereja, kau langsung menemani Minerva dirumah, ada apakah ini??" Ucap Morax yang curiga dan bertanya-tanya.

"Iya, untuk lebih mengenal semua penduduk yang ada di pemukiman ini, dan lebih mengenalmu, adik ipar." Ucap Sariel.

"Wow, makasih banyak kau mau mengenal ku kakak ipar." Ucap Morax.

Mereka pun saling tersenyum dan mereka pergi ke tempat masing-masing yang ingin mereka tuju.

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Part 36 The End

The Agony of the Angel MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang