SUICIDAL THOUGHS

27 5 1
                                    

Dika Pov

berita di TV menampilkan kasus tentang kekerasan rumah tangga yang menyebabkan kematian kepala rumah tangga. aku tau itu tentang azka, ibunya ditangkap karna merupakan kaki tangan di kasus itu. kasihan azka, ia menjadi korban kejam nya dunia. lama aku di ruang tunggu, aku memberikan waktu buat mereka, Bisma berantakan karna nya.

jam sudah berlarut tapi tak ada tanda dari bisma, aku yakin kami akan bermalam disini, bisma si keras kepala itu tak akan mau meninggalkan azka.

apa yang dilakukan bisma bersama azka? mau kemana mereka? bocah gila itu sekarang benaran gila, bagaimana ia membawa orang yang sedang sakit keluar dari rumah sakit. entah mengapa beberapa hari ini bisma membuatku mempertanyakan banyak hal.

"bis, bisma. bisma"

aku berlari untuk mengejar nya, tapi kaki ku terlalu pendek untuk menggapai mereka. bisma membawa azka menaiki mobil yang tadi kami bawa. beneran sudah gila dia.

aku khawatir, kepalaku sudah hampir mau pecah, aku tak tau mau melakukan apa, kulihat motor yang masih tertaut kunci di tempatnya. kuputuskan untuk meminjam nya, aku tak tau, aku kehabisan akal.

"pak pinjam motornya sebentar"

entah motor siapapun itu aku minta maaf, bisma yang utama. aku tak mau terjadi sesuatu padanya. aku khawatir.

"lu mau bawa anak orang kemana sih bis?"

aku mengikuti mobil itu, untung aku membawa motor, jadi lebih mudah untuk ku buat menyusul.

lama aku membuntuti mereka, sampai mobil itu berhenti di sebuah pantai.

"pantai? mau ngapain mereka?"

aku bermonolog sendiri

bisma dan azka duduk di pesisir pantai, mereka terlihat sangat....

aku tak tau bagaimana mendeskripsikan nya. tapi mereka terlihat seperti dua orang yang tak ingin berpisah.

aku tak mendengar apa yang mereka bicarakan sampai saat kulihat bisma menutup matanya. bangsat aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya. aku memalingkan wajah. aku malu melihatnya. sebenarnya aku bukan seorang homophobic, hanya saja perasaan malu melihat 2 orang yang saling melepas rindu membuat bulu roma ku bergidik, jadi aku memalingkan wajah.

"jika bahagia lu bersama azka, gua dukung bis"

aku hanya memperhatikan dari jauh, sambil sesekali mencuri pandang.

sialan, mau kemana mereka bergandengan tangan menuju bibir pantai?

apa yang sebenarnya ada dikepala dua bocah itu?

"BISMA BANGSAT!!!"

aku berlari seperti orang gila mendekati dua bocah bodoh itu, nafas ku habis tapi aku masih punya tenaga untuk melayangkan satu tinju ke wajah bisma. aku emosi.

"BISMA!!! SADAR LU BANGSAT!!!"

air mata ku mengalir, aku melihat azka, jika tubuh adalah sasana tinju, maka itu adalah azka.

bisma tersungkur tapi ia tak melepaskan tautan tangan nya pada azka

"BIARIN GUA BANGSAT!!!"

bisma bajingan, selama ini dia anggap aku apa?

"LANGKAHIN DULU MAYAT GUA!!"

suara ku hampir hilang karna emosi.

"GUA TAU LU GAK PERNAH ANGGAP GUA BIS!! LU SELALU ANGGAP DIRI LU SENDIRI DI DUNIA INI KAN BIS? TERUS GUA APA??? GUA SEPUPU LU, GUA GAK MAU LU MATI, ENGGAK SELAMA GUA HIDUP!!!"

aku melihat azka menahan tangis nya, aku tau ia tersiksa. tapi aku mohon jangan bawa bisma

"az, gua minta maaf. gua tau ini gak bakal ngeredain rasa sakit lu, tapi gua minta maaf atas nama orang tua. atas nama dunia, gua minta maaf"

aku menghapus paksa air mata dari mataku. aku berlutut di depan ke dua orang ini.

***

Aku membawa dua orang yang hampir mencabut nyawaku itu kerumah bisma, karna untuk sekarang rumah itu adalah tempat yang paling aman untuk Azka.

Azka dan bisma duduk di kursi belakang, saat ini aku merasa diri ku adalah seorang sopir pribadi. Sesekali aku melihat mereka melalui kaca mobil. Bisma enggan melepas tautan tangan mereka, seperti tangan Azka merupakan bagian tubuhnya, seperti bukan dua orang yang ingin mengakhiri hidup tadi.

Bisma terlihat bersemu saat tatapan mereka tak sengaja bertemu. Klasik memang, tapi aku rasa semua orang yang sedang jatuh cinta seperti itu. Ia terlihat malu, tapi juga yang menyandarkan seluruh tubuhnya di pundak azka. Seperti ia akan mati kalau tubuhnya tidak menyentuh azka.

Sebagai sepupunya sebenarnya aku juga malu melihat kelakuan bisma saat bersama azka tapi aku juga tersenyum bahagia melihat bisma yang seperti itu. Ia terlihat lebih hidup walaupun bisma yang ini juga yang tadi ingin mengakhiri hidupnya.

Malam ini, dan malam berikut nya sampai aku merasa aman melepas mereka, aku akan tidur di rumah bisma.

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang