Becky menelan saliva. Seluruh tubuhnya lemas, kakinya mati rasa. Matanya berkaca-kaca memerah menahan rasa sakit juga keterkejutannya.
"Maafkan aku" Bola mata Freen berkeliaran tak tentu arah menghindari tatapan tidak percaya -akan situasi membingungkan- Becky saat ini.
Becky menahan air matanya, sungguh ini sakit. Namun melihat bagaimana Freen tidak bisa menghadapinya seperti ini, membuatnya lebih sakit juga. Gadis cantik itu sekali lagi menelan saliva, melepas genggaman tangan mereka. Menanggkup wajah Freen agar berhenti menghindarinya.
"Phi, tolong lakukan dengan perlahan. Kha?" Lirih Becky, lalu mulai melumat bibir Freen penuh kelembutan. Freen mulai bergerak perlahan sesuai permintaan Becky. Pergerakan mereka begitu lembut. Seolah keduanya takut jika Becky bisa saja pecah saat itu juga.
"Eungghh..." Lenguh Becky kesakitan di sela-sela ciuman mereka, membuat Freen mengusap pelipis gadis itu.
Jika tangan Freen keduanya masih di atas, lalu apa yang bergerak di bawah sana? Becky hampir tidak bisa fokus. Gadis itu mendorong bahu Freen menjauh, lalu melirik ke bawah, ke arah penyatuan mereka. Kenyataan yang terpampang jelas di hadapannya ini benar-benar membuat perasaannya kini campur aduk.
Seolah tak percaya dengan apa yang hari ini ia dapatkan. Ada rasa sakit, sedih, senang, bingung, marah, perasaan bersalah. Semuanya jadi satu, membuat Becky begitu tersesat dengan keadaannya saat ini.
Becky kembali menatap mata Freen dalam-dalam, mencari jalan untuk keluar dari ketersesatannya. Yang ia lihat saat ini, Freen bebar-benar dalam keadaan tertekan. Sama sekali tidak ada rasa bahagia di dalamnya. Membuat Becky jauh lebih sakit lagi.
"Lakukan apa yang kau ingin lakukan padaku phi" Becky melingkar tangannya ke leher Freen. Menarik tengkuk itu agar mereka semakin tak berjarak.
Freen bergerak lebih cepat setelahnya, ia masih menahan diri agar tidak membiarkan sisi liarnya menjadi lebih dominan saat bersama Becky.
"Aahh.." Becky mendesah lagi, tangannya mengusap lembut tengkuk Freen yang tengah sibuk mengatur nafsunya.
"Eungghh.. Phi Freenhh.."
"Aku- eunghh.. Aku ingin buang air- aahh.." Kening Becky mengernyit panik. Freen masih tidak ingin berhenti.
"Sebentar lagi, kita akan keluar bersama beck" Becky tak ingin membantah lagi, meski aneh rasanya buang air bersama di atas ranjang.
"Ahh.. Aku tidak tahan phi!" Pekik Becky mencengkram rambut Freen lebih kencang. Tak peduli beberapa helai sudah patah di tangannya.
"Keluarkan bersama" Instruksi Freen dengan suara tertahan nafsunya.
Tepat saat itu juga Becky melepasnya, bersamaan dengan sesuatu yang juga mengalir ke dalam dirinya di bawah sana.
Sial.. Mereka tak menggunakan pengamanan.
Freen ambruk di atas dada Becky. Perempuan itu memeluk erat pinggang gadis di bawahnya. Tidak tahu gadis di bawahnya tengah kebingungan.
Bisa Freen dengar jantung Becky berdetak sangat cepat. Keduanya memburu napas setelah permainan sungguhan pertama mereka hari ini.
"Phi, bagaimana jika-"
"Aku punya pil untuk mencegahnya" Freen merogoh celana tak jauh dari tempat mereka bersenggama. Mengeluarkan satu strip pil dari dalamnya.
"Heidi selalu lupa membawanya, jadi aku menyiapkan ini untuknya"
Nama wanita itu lagi. Apa maksud selalu lupa membawanya? Jadi Freen berbohong soal pernah sekali meniduri Heidi? Mereka sering bermain di belakangnya. Ah, jadi seperti ini rasanya tidak bisa marah saat cemburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Us
FanfictionMungkin tidak seharusnya aku mencintaimu. Atau mungkin tidak seharusnya kau melebihi batasnya. Kini aku yang begitu tersesat mencari hingga tak tau akan mendapatkan hatimu atau mencari jalan keluar dari duniamu yang begitu rumit. Namun sial, sejauh...