4- The bridge is broken between us

72 6 0
                                    

Malam itu, Jake menunggu Heeseung di taman kota. Angin malam berhembus dingin, membuat Jake menggigil sedikit saat ia duduk di bangku taman, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. Ia memikirkan berbagai kemungkinan tentang pembicaraan yang akan terjadi. Mungkinkah ini kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan semakin memburuk?

Setelah beberapa saat menunggu, Heeseung akhirnya datang dengan wajah yang terlihat lelah dan tegang. Jake berdiri, mencoba memberikan senyum tipis, namun Heeseung hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

"Jake," Heeseung mulai bicara dengan nada pelan tapi serius. "Gue rasa kita perlu bicara soal hubungan kita ini. Semuanya jadi terlalu rumit."

Jake merasakan dadanya mulai sesak. Kata-kata Heeseung seperti petir yang menyambar di tengah malam. "Rumit? Emangnya gue salah apa, Hee?" tanya Jake, suaranya bergetar.

Heeseung terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Lo nggak salah, Jake. Ini lebih ke... gue yang bingung sama perasaan gue sendiri," jawabnya, masih dengan nada yang sulit ditebak.

Jake menatap Heeseung, berusaha memahami maksud dari kalimat itu, namun rasa sakit di hatinya membuatnya semakin sulit untuk berpikir jernih. "Jadi... lo ngerasa udah nggak sayang lagi sama gue?" tanyanya pelan, hampir tidak terdengar.

Heeseung terkejut mendengar pertanyaan itu. "Bukan begitu, Jake," ujarnya cepat. "Gue cuma butuh waktu buat menata semuanya. Terkadang, gue merasa mungkin... kita terlalu cepat masuk ke hubungan ini."

Jake terdiam, menatap Heeseung dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kalau emang lo ngerasa gitu, kenapa nggak ngomong dari awal aja?" katanya, mencoba menahan emosinya.

Heeseung menghela napas dalam-dalam. "Maaf, Jake. Gue juga nggak tau harus gimana. Gue nggak mau nyakitin lo, tapi gue juga nggak mau berpura-pura kalau gue belum siap."

Keheningan menyelimuti mereka. Jake merasa hatinya hancur mendengar kata-kata Heeseung. Selama ini, ia berpikir bahwa mereka berdua bisa melewati semua masalah bersama, tetapi sekarang, kenyataan seolah berbicara lain.

"Kalau emang lo ngerasa kayak gitu, mungkin gue yang harus mundur," kata Jake akhirnya, dengan suara yang penuh luka. "Gue nggak mau jadi beban buat lo, Hee."

Heeseung terkejut mendengar pernyataan itu, tetapi ia tidak mampu membantah. Dalam hatinya, ia merasa bahwa mungkin memang ini adalah keputusan yang tepat untuk sementara waktu, meskipun bagian dari dirinya ingin tetap bersama Jake.

---

Keesokan harinya di sekolah, Jake berusaha tampil seolah semuanya baik-baik saja. Ia berusaha tersenyum dan bercanda dengan Jungwon, Kyujin, dan Sakuya, tetapi mereka semua tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda pada diri Jake. Ketiga sahabatnya mencoba untuk tidak terlalu memaksa Jake bercerita, meskipun mereka tahu bahwa Jake sedang melalui masa sulit.

Saat istirahat, Jeno mendekati Jake dengan wajah penuh simpati. Ia tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kepeduliannya pada Jake.

"Jake, mau makan bareng nggak?" tawar Jeno dengan senyum lembut.

Jake sedikit terkejut, tetapi akhirnya mengangguk. "Boleh, Jeno. Makasih ya," jawabnya dengan senyum tipis.

Mereka pergi ke kantin bersama, di mana Jeno berusaha menghibur Jake dengan berbagai candaan dan cerita lucu. Meski begitu, Jeno tidak menyentuh topik tentang Heeseung sama sekali, karena ia tahu bahwa Jake membutuhkan waktu untuk memproses semuanya sendiri. Namun, di dalam hati Jeno, ia merasa bahwa kesempatan ini adalah awal yang baik untuk mendekati Jake lebih dekat.

---

Sepulang sekolah, Jake bertemu dengan Sunghoon di halte bus. Seperti biasa, Sunghoon memperhatikan bahwa Jake terlihat tidak bersemangat.

"Jake, gue bisa lihat ada yang nggak beres," ujar Sunghoon dengan nada lembut. "Lo tau, gue selalu siap dengerin lo kapanpun."

Jake terdiam sejenak, merasa bahwa Sunghoon memang sahabat yang paling bisa ia andalkan. Tanpa banyak kata, Jake mulai menceritakan semuanya dari percakapan terakhirnya dengan Heeseung hingga perasaannya yang kacau saat ini.

Sunghoon mendengarkan dengan penuh perhatian, menepuk bahu Jake setiap kali Jake merasa kesulitan untuk melanjutkan ceritanya. "Jake, gue tau ini berat buat lo. Tapi mungkin ini adalah waktu buat lo fokus pada diri lo sendiri dulu," kata Sunghoon setelah Jake selesai bercerita.

Jake mengangguk, merasa sedikit lebih tenang setelah mengeluarkan semua isi hatinya. Ia tahu bahwa Sunghoon benar, dan mungkin ini adalah saatnya untuk berhenti bergantung pada Heeseung.

"Gue bersyukur punya sahabat kayak lo, Hoon," kata Jake dengan senyum kecil.

Sunghoon hanya tersenyum, tapi di dalam hatinya, ia berharap bisa lebih dari sekadar sahabat bagi Jake. Namun, ia menyadari bahwa untuk saat ini, yang dibutuhkan Jake adalah teman yang bisa mendukungnya, bukan seseorang yang menambah beban pikirannya.

---

Di sisi lain, Heeseung merasa semakin tertekan dengan keputusannya sendiri. Meskipun ia yang meminta jarak, ia tidak bisa mengabaikan perasaan kosong setiap kali melihat Jake bersama orang lain, terutama Jeno yang semakin sering menemani Jake.

Di kelas, Heeseung duduk diam sambil melirik ke arah Jake yang tampak tertawa bersama Jeno di sudut kelas. Hatinya terasa perih, tetapi ia tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya.

"Hei, Heeseung. Lo nggak apa-apa?" tanya Jungwon yang kebetulan duduk di dekatnya.

Heeseung terkejut, tidak menyadari bahwa perasaannya terlihat begitu jelas di wajahnya. "Ah, gue baik-baik aja, kok," jawabnya singkat.

Jungwon mengangguk, meskipun ia merasa bahwa Heeseung sedang tidak jujur. Namun, ia memilih untuk tidak terlalu memaksa, karena ia tahu bahwa Heeseung adalah tipe orang yang sulit terbuka.

---

Malam harinya, Jake duduk sendirian di balkon rumahnya, menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam. Hatinya terasa kosong, tetapi ia mencoba untuk tetap kuat. Ia tahu bahwa ada banyak orang di sekitarnya yang peduli padanya, tetapi kehilangan Heeseung seperti kehilangan separuh dari dirinya.

Di tengah keheningan malam, Jake menerima pesan dari Jeno.

"Jake, kalau kamu butuh teman untuk curhat, aku selalu ada buat kamu."

Jake menatap pesan itu, merasakan kehangatan dari perhatian Jeno. Meskipun ia tahu bahwa Jeno tidak bisa menggantikan posisi Heeseung di hatinya, setidaknya kehadiran Jeno membuatnya merasa sedikit lebih berharga.

---

Choices (sungjake) (Heejake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang