Liburan akhir semester biasanya menjadi momentum emas bagi siswa-siswi pada umumnya. Bisa menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah, bertemu sanak saudara, atau sekedar pergi refresing guna menghilangkan rasa suntuk.
Namun, bagi Shaka selaku anak rumahan, liburan sekolah hanya sebatas berdiam diri di rumah, membantu mama, dan sesekali main ke luar jika Karel mengajaknya. Tidak ada yang spesial.
Seperti sekarang, dirinya baru selesai belanja di pasar. Dua kantong kresek berukuran cukup besar ada di kedua tangannya. Ini bukan pertama kali Shaka disuruh begini, setidaknya ia sudah terbiasa dengan suasana pasar yang ramai.
Merasakan lengan yang mulai kebas, Shaka menaruh kantong-kantong itu di sebelahnya. Lantas ia duduk pada pembatas jalan di trotoar.
Wilayah ini terbilang cukup sepi karena memang sudah keluar dari area pasar. Dan itu membuat Shaka bisa menghirup udara bebas dari hiruk pikuk kesibukan penghuni pasar.
Karena sungguh, bagi orang introvert seperti dirinya, berada diantara orang ramai dan terlibat terlalu banyak interaksi sosial itu melelahkan. Menghabiskan hampir seluruh energinya untuk hari ini.
Diam menunggu angkutan umum jadi kegiatan Shaka selanjutnya. Sekarang masih pagi, mungkin sekitar pukul sepuluh, tapi matahari rasanya sudah sangat terik, cukup sekali untuk membuat keringat menetes.
Butuh waktu lumayan lama untuk Shaka menemukan angkot yang ia cari. Bisa dimaklum karena biasanya mereka ini memang gemar sekali ngetem sampai penumpang penuh.
Hingga kemudian Shaka lekas berdiri kala matanya menangkap satu mobil angkot yang hendak ia naiki. Dirinya sudah bersiap membawa dua kantong belanjaan yang semula tergeletak itu.
Namun berikutnya, sebuah mobil berwarna merah berhenti tepat di depan tempat ia berdiri, mengakibatkan angkot yang sudah diincar berlalu tanpa mengangkut dirinya. Karena itu pula Shaka mendesah kecewa, padahal sudah lama dinantikan.
Melirik pada mobil yang parkir di depannya, Shaka menemukan kaca mobil itu terbuka. Lantas kala mendapati satu entitas tak asing di dalam sana, ia bergumam, "Revan?"
Yang dipanggil tersenyum, melambaikan tangan sekedar balas menyapa, "Mau kemana?" tanyanya.
Shaka mengangkat satu kantong belanjaannya setinggi dada, "Mau pulang, habis belanja."
"Bareng gue aja, yuk!"
"Gak papa?"
"Gak papa lah. Ayo, masuk!" Revan bantu membuka pintu penumpang samping kemudi, lalu mengambil alih kantong belanjaan Shaka untuk ia simpan di jok belakang kala pemuda itu masuk ke mobil.
Satu Minggu tidak bertegur sapa tak membuat mereka merasa canggung. Keduanya masih tampak akrab, dengan beberapa obrolan ringan mewarnai sepanjang perjalanan.
Dari obrolan itu juga Shaka mengetahui, selama satu Minggu ke belakang Revan sibuk belajar mengemudi hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan SIM dan memamerkannya dengan bangga di depan Shaka saat ini.
"Gue kan udah punya SIM nih, jalan-jalan, yuk!" seru Revan saat melajukan mobilnya setelah sempat berhenti karena lampu merah.
"Jalan-jalan apa dah?" Shaka menanggapi.
Dan respon itu membuat Revan mencebik, "Kita kan janji, Lo mau gue ajak jalan-jalan kalo gue udah punya SIM," katanya, lalu melanjutkan, "Gak baik loh langgar janji."
Shaka baru akan membuka mulut untuk menjawab, tapi Revan kembali ucap, "Gak boleh nolak pokoknya!"
Gelak tawa keluar dari bibir Shaka kemudian, menertawakan bagaimana Revan yang bahkan tak memberinya kesempatan untuk bicara.
"Iyaa Revann iyaaaaa. Tapi anterin gue balik dulu, ini belanjaan punya mama ditungguin soalnya."
"Siap, tuan muda!"
Begitulah akhir percakapan mereka. Sisa perjalanan dilalui dengan keheningan, mungkin sesekali ada satu dua kalimat yang keluar dari mulut jika diperlukan.
Mobil itu berhenti di depan gang rumah Shaka beberapa saat kemudian. Keduanya lantas turun dari mobil tanpa lupa mengambil kantong belanjaan milik Shaka di jok belakang. Revan berinisiatif membawakan satu kantong kreseknya saat melihat Shaka nampak kesusahan.
Perjalanan dari gang ke rumah Shaka hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit. Dan ketika sosok mama yang berdiri di depan rumah sudah terlihat oleh matanya, Shaka lekas menghampiri.
"Kok lama banget?" itu mama yang menyambut, langsung mengambil alih kantong kresek hitam dari tangan sang anak.
"Iya ma, lama nungguin angkot gak dateng-dateng," jawab Shaka, sedikit berkeluh kesah.
Mama mengangguk mengerti, hendak pergi masuk ke dalam rumah tapi satu sosok yang datang lalu berhenti tepat di depannya membuat ia mengernyit.
"Oh iya ma, kenalin temennya Shaka." Seakan menjawab rasa penasaran mama, Shaka buka suara.
Revan tersenyum cerah, meraih tangan mama Sita untuk dijabat lalu ditempelkan ke kening setelahnya. "Haloo Tante, saya Revan."
Mama Sita balas senyum ramah, "Halo, Revan. Duh, maaf ya ngerepotin harus anterin Shaka kesini."
"Gak repot kok Tante. Oh iya, Revan sekalian mau minta ijin ajak Shaka jalan-jalan keluar. Boleh kan, Tan?"
Tanpa banyak berpikir, mama Sita langsung menyetujuinya dengan antusias, "Boleh dong, bawa aja. Selama libur cuma mendekam aja dia, macam gak punya kehidupan."
"Maaaa!!"
Rengekan dari Shaka itu membuat mama total tergelak, pun Revan ikut melakukan hal yang sama, dan pada akhirnya mengakibatkan bibir yang sudah melengkung ke bawah itu semakin cemberut.
"Udah ya Tante masuk dulu. Oh iya Shaka, di dalem ada Karel tuh nungguin kamu."
"Hah? Karel?"
Seakan terkena sengatan listrik, Shaka langsung menegang, kedua matanya terbuka lebar. Bahkan ia total lupa dengan kesalnya tadi.
"Iya, udah ya mama masuk."
Bersamaan dengan mama yang bilang begitu, yang dibicarakan muncul dari balik pintu. Sempat tersenyum pada Tante Sita kala mereka berpapasan di pintu masuk, sebelum kembali berjalan mendekati Shaka yang tampak berdiri kaku.
Shaka tidak tahu situasi macam apa ini. Namun, melihat Karel yang hanya diam dan memandang lurus pada Revan dengan tatapan nyalang, membuat ia sadar akan ada satu hal yang terjadi. Atmosfer ini terlalu mencekam untuk bisa dibilang semuanya baik-baik saja.
Alamat ribut lagi ini mah.
***
Aku gak tau kenapa aku sangat cinta keributan mereka😭🙏
Percayalah guys, di universe lain Karel sama Revan itu sohib banget wkwk
Udah yaa segitu dulu
Kritik dan saran akan sangat diterima. Jangan lupa tekan bintangnya juga yaa~
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (Boy) Friend
JugendliteraturMereka yang harus berpura-pura asing antara satu sama lain. Apa yang sebenarnya terjadi? ‼️P E R H A T I A N‼️ Cerita ini mengandung unsur boyslove, yang tidak suka harap menyingkir, terimakasih 😊 ©thursdayliu Start : 06/08/24 End : ?